Minggu, 5 Oktober 2025

Konflik Thailand Vs Kamboja

Penembakan Massal Terjadi di Chatuchak Bangkok, 6 Orang Tewas Termasuk Pelaku

Serangan ini terjadi di dekat posko pengumpulan donasi untuk korban konflik perbatasan Thailand–Kamboja di Pasar Or Tor Kor, Chatuchak, Bangkok

Penulis: Bobby W
Editor: Febri Prasetyo
Tangkap Layar Youtube AMARINTV : อมรินทร์ทีวี
PENEMBAKAN MASSAL BANGKOK -Tangkap layar Youtube AMARINTV : อมรินทร์ทีวี yang memerlihatkan pelaku penembakan massal di Pasar Or Tor Kor, Distrik Chatuchak, Bangkok, pada Senin (28/7/2025) 

TRIBUNNEWS.COM - Warga Kota Bangkok digegerkan dengan peristiwa penembakan massal yang terjadi di Pasar Or Tor Kor, Distrik Chatuchak, Bangkok, Thailand, pada Senin ini (28/7/2025)

Dikutip dari The Nation, seorang pria bersenjata melepaskan tembakan di Pasar Or Tor Kor yang menewaskan lima orang.

Pelaku kemudian mengakhiri hidupnya dengan menembak diri sendiri hingga tewas.

Serangan ini terjadi di dekat posko pengumpulan donasi yang didirikan untuk membantu korban konflik perbatasan Thailand–Kamboja.

Aktivis media sosial Guntouch Pongpaiboonwet, yang dikenal di dunia maya sebagai “Gun Jompalang”, melaporkan bahwa penembak tersebut menargetkan pos donasi yang dikelola oleh timnya.

Insiden tersebut juga diliput oleh halaman Facebook populer “Drama-addict”, yang awalnya melaporkan tiga korban tewas dan menyarankan warga sekitar untuk tetap berada di dalam rumah dengan pintu dan jendela tertutup rapat. 

Pihak berwenang kemudian mengonfirmasi bahwa empat orang tewas.

Laporan awal menyebutkan bahwa tiga dari korban merupakan petugas keamanan.

Satu orang lainnya ditemukan terluka di lokasi kejadian dan mendapat pertolongan resusitasi jantung paru (RJP).

Namun, korban tersebut kemudian meninggal dunia.

Pelaku penembakan tersebut digambarkan sebagai seorang pria lanjut usia yang mengenakan kaus hitam dan celana pendek warna krem, membawa tas ransel kamuflase. 

Baca juga: Kamboja Tak Punya Jet Tempur? Tak Masalah, Pertahanan Rahasia Bikin Pasukan Thailand Kelabakan

Sesaat setelah kejadian, pelaku masih buron sehingga memicu penutupan sementara area pasar oleh petugas dari Kantor Polisi Bang Sue dan instansi terkait.

Kepolisian mengamankan garis pengamanan dan mengimbau masyarakat untuk tidak mendekati area tersebut hingga lokasi benar-benar aman.

Tak lama berselang, pelaku ditemukan telah mengakhiri nyawanya sendiri. Identitas dan kewarganegaraannya belum dapat dipastikan.

Setelah jasat pelaku ditemukan, Pusat Pelayanan Medis Darurat Kota Bangkok (Erawan Center) telah mengonfirmasi bahwa enam orang tewas dalam insiden tersebut.

Adapun korban tewas merupakan empat petugas keamanan, seorang perempuan, dan pelaku.

Dua perempuan lainnya mengalami luka dan dilarikan ke Rumah Sakit Phyathai Phaholyothin.

Berdasarkan hasil penyelidikan awal, penembak berusia 61 tahun tersebut sebelumnya bekerja sebagai petugas keamanan di lokasi yang sama dengan para korban.

Pihak berwenang awalnya menduga motif serangan ini bersifat pribadi dan tidak terkait dengan pos donasi bantuan perbatasan.

Penembak menewaskan lima orang dalam penembakan di Pasar Or Tor Kor sebelum mengarahkan senjata ke diri sendiri.

Pada 2019, tersangka dilaporkan pernah menjalin hubungan dengan seorang pedagang pasar dan memiliki konflik dengan sesama petugas keamanan, yang mungkin menjadi pemicu serangan balas dendam ini.

Masalah Kepemilikan Senjata di Thailand

Thailand memiliki sejarah jarangnya penembakan massal dibanding negara lain, namun insiden seperti tragedi Nong Bua Lamphu (2003) dan Korat (2020) menunjukkan risiko serius.

Tragedi Nong Bua Lamphu melibatkan penyerang warga sipil yang menewaskan 18 orang di sekolah dasar, sementara insiden Korat 2020 dilakukan anggota militer yang mencuri senjata dan menewaskan 29 orang.

Penembakan massal di Thailand umumnya dipicu konflik pribadi, bukan ideologi ekstremis.

Aturan kepemilikan senjata di Thailand sendiri sangat ketat bagi warga sipil.

Warga yang ingin memiliki senjata api memerlukan izin khusus dan alasan mendesak seperti profesi berisiko.

Namun, anggota militer dan polisi memiliki akses mudah ke senjata api tanpa pengawasan ketat.

Insiden Korat mengungkap celah keamanan dalam pengelolaan senjata militer yang rentan disalahgunakan.

Pemerintah kemudian memperketat protokol penyimpanan senjata di markas militer pasca-2020.

Skrining psikologis rutin juga diterapkan bagi personel bersenjata untuk mencegah penyalahgunaan.

Meski demikian, regulasi kepemilikan senjata untuk sipil tetap tidak longgar dan melibatkan verifikasi latar belakang ketat.

Warga harus mengajukan alasan spesifik seperti pekerjaan sebagai satpam atau petani berisiko.

Kepemilikan senjata ilegal masih terjadi melalui jalur gelap dari institusi militer ke pasar gelap.

Peristiwa di Korat pada tahun 2020 memicu debat tentang perlunya pembatasan lebih ketat terhadap akses senjata militer.

Namun, upaya ini sering menghadapi resistensi dari institusi militer yang berpengaruh di Thailand.

Masalah kesehatan mental juga menjadi faktor, karena pelaku kerap memiliki riwayat gangguan psikologis.

Sistem deteksi dini gangguan mental di kalangan personel bersenjata masih terbatas dan kurang terintegrasi.

Masyarakat Thailand umumnya mendukung kebijakan pengendalian senjata yang lebih ketat untuk mencegah insiden serupa.

Namun, implementasinya terhambat oleh birokrasi dan dominasi kekuatan militer dalam kebijakan nasional.

Saat ini, Thailand berusaha menyeimbangkan keamanan publik dengan hak militer mengakses senjata.

Perbaikan sistem pelaporan dan edukasi masyarakat menjadi fokus utama untuk mencegah penyalahgunaan senjata. Regulasi kepemilikan senjata di Thailand tetap menjadi isu kompleks yang memadukan aspek hukum, keamanan, dan kesehatan mental.

(Tribunnews.com/Bobby)

Sumber: TribunSolo.com
Rekomendasi untuk Anda

Berita Terkini

© 2025 TribunNews.com, a subsidiary of KG Media. All Right Reserved