Konflik Thailand Vs Kamboja
Konflik Perbatasan Memanas, Warga Thailand dan Kamboja Saling Serang di Sosial Media
Ketegangan antara Thailand dan Kamboja kembali memburuk setelah bentrokan mematikan di perbatasan yang terjadi pada Kamis (17/7/2025), lalu.
Penulis:
Farrah Putri Affifah
Editor:
Nanda Lusiana Saputri
TRIBUNNEWS.COM - Ketegangan antara Thailand dan Kamboja kembali memburuk setelah bentrokan mematikan di perbatasan yang terjadi pada Kamis (17/7/2025), lalu.
Konflik ini menewaskan 32 orang dan 130 orang lainnya terluka.
Insiden terjadi di sekitar kompleks kuil Ta Muen Thom, wilayah yang telah lama disengketakan oleh kedua negara, dan segera memicu eskalasi militer serta perdebatan sengit di dunia maya.
Meski pemerintah kedua negara mengupayakan diplomasi dan menahan diri dari menyatakan perang terbuka, 'perang' jenis lain telah lebih dulu pecah di lini masa media sosial.
Di tengah situasi yang memanas, warganet Thailand dan Kamboja justru semakin tersulut emosi.
Kolom komentar di TikTok, Facebook dan platform X (sebelumnya Twitter dipenuhi saling tuduh, cemooh dan propaganda yang membela narasi nasional masing-masing.
“Pasukan Thailand menembaki pasukan Kamboja terlebih dahulu,” tulis seorang warga Kamboja, dikutip dari BBC.
Tak lama kemudian, warganet Thailand membalas.
“Kamboja-lah yang memulai. Bergabunglah dengan #CambodiaOpenedFire,” tulis akun lain yang mengklaim versi peristiwa berbeda, disertai video suntingan yang telah ditonton jutaan kali.
Sementara itu, warga Kamboja menggunakan tagar "Thailand melepaskan tembakan" dan membuat video mereka sendiri tentang konflik tersebut.
Serangan mematikan ini bukan hanya soal peluru dan kawat berduri.
Baca juga: Kamboja Desak Gencatan Senjata Segera usai 32 Orang Tewas dalam Bentrokan dengan Thailand
Media sosial kini menjadi medan tempur utama bagi kaum muda Nasionalis dari kedua negara.
Mereka tidak hanya saling menyalahkan soal konflik militer, tapi juga melanjutkan perdebatan panjang tentang budaya dan identitas nasional.
Sengketa budaya mencakup klaim atas kuil kuno, kostum pernikahan tradisional, bahkan makanan khas.
Istilah menyindir seperti “Claimbodia” (klaim budaya Kamboja) dan “pencuri Siam” kini ramai digunakan sebagai ejekan di media sosial yang justru semakin memperkeruh suasana.
Tak hanya warganya, para penentu politik di kedua belah pihak, yang juga merupakan pengguna media sosial yang aktif juga saling melontarkan sindiran.
Di mana mantan perdana menteri populis Thailand, Thaksin Shinawatra menyatakan keinginan untuk menjadi penengah.
"Tetapi saya meminta waktu karena saya harus membiarkan militer Thailand memberi Hun Sen pelajaran atas kelicikannya," tulisnya.
Namun pernyataan tersebut memicu reaksi negatif dari mantan pemimpin kuat yang tetap berpengaruh dalam politik Kamboja, Hun Sen, yang menuduh Thaksin sebagai pengkhianat.
"Saya tidak terkejut dengan sikap Thaksin terhadap saya, karena dia bahkan telah mengkhianati Raja Thailand, serta anggota partainya sendiri," tulisnya pada hari Jumat (25/7/2025).
"Sekarang, dengan dalih membalas dendam kepada Hun Sen, dia justru menggunakan perang, yang konsekuensi akhirnya adalah penderitaan rakyat," tambahnya.
Persahabatan yang Retak
Di balik bentrokan fisik dan digital ini, ada intrik politik tingkat tinggi yang memperburuk suasana.
Eskalasi terkini dipicu oleh pecahnya hubungan antara dua tokoh kuat Asia Tenggara: Thaksin Shinawatra, mantan PM Thailand, dan Hun Sen, mantan PM Kamboja yang masih berpengaruh.
Keretakan itu bermula dari bocornya percakapan telepon antara Hun Sen dan putri Thaksin, Paetongtarn Shinawatra, yang saat itu menjabat perdana menteri Thailand.
Dalam rekaman tersebut, Paetongtarn menyebut Hun Sen sebagai “paman” dan mengkritik militer Thailand, yang kemudian menjadi bahan olok-olok nasional dan menyebabkan dirinya diskors dari jabatan.
Hun Sen dianggap memanfaatkan konflik ini untuk mengalihkan isu politik dalam negeri dan memperkuat posisi anaknya sebagai penerus.
Sebaliknya, Thaksin membalas lewat media sosial dengan komentar tajam yang menyulut kembali sentimen nasionalis.
Situs Bersejarah Jadi Api Perselisihan
Sengketa perbatasan ini memiliki akar historis panjang.
Perselisihan seputar kuil Preah Vihear dan Ta Moan sudah berlangsung lebih dari satu abad, sejak penjajahan Prancis atas Kamboja.
Ketika Kamboja berhasil mendaftarkan Preah Vihear sebagai Warisan Dunia UNESCO pada 2008, Thailand mengecam keras dan memobilisasi militer di wilayah sekitar.
Pada tahun 2023, para kickboxer Thailand memboikot Pesta Olahraga Asia Tenggara di Kamboja setelah acara olahraga yang mereka kenal sebagai Muay Thai diperkenalkan sebagai Kun Khmer, sebutan orang Kamboja untuk olahraga tersebut.
Awal bulan ini, ketegangan meningkat lagi ketika Kamboja mengajukan tradisi pernikahan Khmer ke UNESCO, yang menurut warga Thailand, meniru kostum adat mereka.
Isu budaya kembali menjadi senjata diplomasi yang memicu nasionalisme di dua belah pihak.
(Tribunnews.com/Farra)
Artikel Lain Terkait Konflik Thailand Vs Kamboja
Isi komentar sepenuhnya adalah tanggung jawab pengguna dan diatur dalam UU ITE.