Konflik Thailand Vs Kamboja
Mengenal Segitiga Zamrud dan Kuil Preah Vihear Pemicu Perang Kamboja dan Thailand
Thailand mengklaim sudah lama menempati area Kuil Preah Vihear di pegunungan Dangrek yang berdasarkan peta kolonial Perancis merupakan wilayah Kamboja
Editor:
willy Widianto
TRIBUNNEWS.COM, JAKARTA - Thailand dan Kamboja berkonflik. Terjadi baku tembak hingga roket dan melibatkan pesawat jet tempur. Kamboja juga melarang film dan acara TV Thailand, menghentikan impor bahan bakar, buah-buahan, dan sayuran Thailand, serta memboikot beberapa koneksi internet internasional dan pasokan listrik dari negara-negara tetangganya.
Baca juga: Thailand dan Kamboja Memanas, Roket Phnom Penh Bunuh 4 Warga Sipil, Bangkok Usir Dubes
Kedua negara tetangga tersebut terlibat dalam pertikaian sengit mengenai wilayah yang dikenal sebagai Segitiga Zamrud, tempat perbatasan kedua negara dan Laos bertemu, dan yang merupakan rumah bagi beberapa kuil kuno.
Perselisihan ini telah berlangsung selama beberapa dekade, dan berkobar menjadi bentrokan militer berdarah lebih dari 15 tahun yang lalu dan kembali terjadi pada 28 Mei 2025, ketika seorang tentara Kamboja tewas dalam baku tembak.
Lalu apakah Segitiga Zamrud tersebut?
Segitiga Zamrud merupakan daerah perbatasan antara Kamboja, Thailand dan Laos.. Masalah perbatasan antara Kamboja dan Thailand di Segitiga Zamrud tersebut sudah terjadi sejak lama dan berlarut-larut. Penyebabnya tidak ada kejelasan mengenai batas-batas wilayah terutama di sekitar Kuil Preah Vihear yang dipetakan pada masa pemerintahan kolonial Perancis dan Siam (Thailand).
Sebenarnya antara Kamboja dan Thailand sudah berbagi area perbatasan darat sepanjang 817 kilometer. Namun, biang keladinya ada pada perbedaan metode kartografi yang diyakini masing-masing negara.
Kamboja mengacu pada peta yang dibuat pemerintah kolonial Perancis pada tahun 1863 hingga 1953. Sedangkan Thailand menentang peta perbatasan versi kolonial Perancis tersebut.
Thailand mengklaim sudah lama menempati area Kuil Preah Vihear di pegunungan Dangrek yang berdasarkan peta kolonial Perancis merupakan wilayah Kamboja.
Kamboja dan Thailand juga sudah menempuh banyak upaya guna memperjelas batas wilayah tersebut. Bahkan sudah dibawa ke Mahkamah Internasional sejak tahun 1959. Namun pada tahun 1962, Mahkamah Internasional memutuskan area Kuil Preah Vihear masuk wilayah Kamboja.
Thailand kemudian mematuhi keputusan Mahkamah Internasional meski tetap menganggap wilayah tersebut masih dalam sengketa. Ketegangan bahkan sempat terjadi pada tahun 2008 saat Kamboja mendaftarkan Kuil Preah Vihear sebagai warisan budaya di UNESCO. Tidak lama setelah itu muncul bentrokan militer antar kedua negara.
Baca juga: Hasil SEA V League 2025: Sedekah Poin di Akhir, Indonesia Tetap Menang Sempurna 3-0 atas Kamboja
Bentrokan tersebut terjadi hingga tahun 2011 dan membuat 36 ribu penduduk mengungsi dari wilayah tersebut. Buntut bentrokan militer, Kamboja kemudian membawa kembali persoalan itu ke Mahkamah Internasional berbekal keputusan tahun 1962, namun lagi-lagi pada tahun 2013, Mahkamah Internasional mempertegas melalui keputusannya bahwa Kuil Preah Vihear masuk wilayah Kamboja.
Sebenarnya salah satu kunci dari keberhasilan untuk upaya meredakan ketegangan di wilayah perbatasan itu adalah melalui hubungan baik antara klan politik besar Thailand, yaitu keluarga Shinawatra dengan keluarga Hun Sen di Kamboja. Bahkan, dalam pergaulan internasional, Kamboja dan Thailand dianggap sebagai dua negara bersahabat.
Namun respons berbeda ditunjukkan oleh partai politik domestik Thailand yang berbeda sikap dengan Partai Pheu Thai besutan Thaksin Shinawatra yang cenderung menghindari penggunaan kekuatan militer dan kelompok konservatif yang didominasi militer itu sendiri.
Baca juga: Cerita Puspa, Perempuan Jogja Dipaksa Jadi Scammer di Kamboja: Risikonya Disiksa hingga Layani Bos
Pada perkembangannya kemudian kekuatan militer menganggap Perdana Menteri Paetongtarn Shinawatra tidak tegas dalam mengatur konflik dengan Kamboja. Militer Thailand kemudian mengambil alih titik perbatasan dan mengarahkan terjadinya bentrokan senjata yang menewaskan satu serdadu Kamboja pada 28 Mei 2025.
Sejak itu, eskalasi terus terjadi, Bangkok mengancam untuk memotong pasokan listrik dan internet ke Kamboja. Hal itu dibalas dengan aksi serupa dari Kamboja yang memblokir layanan media dan distribusi film-film Thailand serta memutus jaringan internet di perbatasan.
Isi komentar sepenuhnya adalah tanggung jawab pengguna dan diatur dalam UU ITE.