Senin, 29 September 2025

Donald Trump Pimpin Amerika Serikat

Barack Obama Kecam Klaim 'Aneh' Trump soal Pengkhianatan Pemilu 2016

Barack Obama mengecam klaim Trump yang menuduhnya berkhianat dalam pemilu 2016.

AFP/KENA BETANCUR
BARRACK OBAMA. Mantan Presiden AS Barack Obama berbicara usai menerima Penghargaan Sylvanus Thayer 2024 dari Akademi Militer AS di West Point, New York, Kamis (19 September 2024). Menanggapi tuduhan Trump terbaru soal pengkhianatan pemilu 2016, juru bicara Obama, Patrick Rodenbush, mengeluarkan pernyataan tegas. (Foto arsip 2024/KENA BETANCUR/AFP) 

TRIBUNNEWS.COM - Mantan Presiden AS Barack Obama melalui juru bicaranya mengecam pernyataan Presiden Donald Trump yang menuduhnya melakukan pengkhianatan dalam pemilu 2016.

Trump baru-baru ini menuduh pendahulunya, Barack Obama merancang sabotase terhadap kemenangan elektoralnya atas Hillary Clinton.

Trump menyebut tindakan itu sebagai “pengkhianatan”.

Dirinya lantas menyatakan Obama telah “tertangkap basah.”

"Mereka mencoba mencuri pemilu," kata Trump dalam sebuah konferensi pers di Gedung Putih, seperti dikutip dari BBC.

Trump juga menuduh pemerintahan Obama menggunakan intelijen untuk menjatuhkan dirinya secara politik.

Menanggapi tuduhan tersebut, juru bicara Obama, Patrick Rodenbush, mengeluarkan pernyataan tegas.

“Klaim-klaim ini cukup keterlaluan untuk ditanggapi. Tuduhan-tuduhan aneh ini menggelikan dan merupakan upaya pengalihan perhatian yang lemah,” ujarnya, dikutip dari NBC News (2/7/2025).

Trump mengacu pada laporan yang dirilis Kantor Direktur Intelijen Nasional, yang menurut Direktur Tulsi Gabbard, menunjukkan upaya sabotase dari pemerintahan Obama.

Gabbard bahkan mengancam akan merujuk pejabat-pejabat era Obama ke Departemen Kehakiman untuk dituntut.

Juru bicara Obama membantah isi laporan tersebut melemahkan kesimpulan intelijen bahwa Rusia memang berusaha memengaruhi hasil pemilu 2016, tetapi tidak sampai memanipulasi suara.

Baca juga: Ini Tiga Anak Buah Donald Trump yang Menko Airlangga Selalui Temui Ketika Nego Soal Tarif 

Temuan ini sebelumnya ditegaskan dalam laporan penyelidikan bipartisan Senat AS tahun 2020, yang turut ditandatangani oleh senator Republik Marco Rubio.

Komunitas intelijen AS juga pernah menyimpulkan bahwa Rusia mendukung Trump dan merugikan Clinton melalui operasi siber dan kampanye disinformasi.

Laporan penyelidikan khusus Mueller dan laporan John Durham juga tidak menemukan bukti konspirasi kriminal antara tim kampanye Trump dan Rusia.

Senator Demokrat Mark Warner menyebut klaim Trump sebagai "usaha menulis ulang sejarah", sementara Ketua Kaukus Demokrat DPR Pete Aguilar menyatakan bahwa tuduhan tersebut hanya pengalihan dari isu lain seperti skandal Jeffrey Epstein.

Meski demikian, Gedung Putih Trump tetap membela tuduhan tersebut dan memuji langkah Gabbard yang dianggap "menjaga transparansi dan melindungi warga dari penyalahgunaan kekuasaan".

(Tribunnews.com/ Andari Wulan Nugrahani)

Sumber: TribunSolo.com
Rekomendasi untuk Anda

Berita Terkini

© 2025 TribunNews.com, a subsidiary of KG Media. All Right Reserved
About Us Help Privacy Policy Terms of Use Contact Us Pedoman Media Siber Redaksi Info iklan