Kamis, 2 Oktober 2025

Konflik Suriah

Siapa Druze? Komunitas Minoritas yang Dilindungi Israel hingga Membombardir Suwayda Suriah

Israel meluncurkan serangan udara ke Suwayda untuk melindungi minoritas Druze yang terjebak bentrok berdarah dengan suku Badui.

reuters/tangkaplayar MEE
KOMUNITAS DRUZE ISRAEL - Tangkap layar Middle East Eye, Minggu (2/3/2025) menunjukkan komunitas Druze di Israel melakukan demonstrasi. Israel menyatakan akan melindungi komunitas ini yang berada di dataran tinggi Golan di bagian Suriah yang diduduki Israel dari ancaman militer pasukan pemerintahan baru Suriah, pimpinan Ahmad Al-Sharaa. Tel Aviv berdalih agresi ke Suwayda Suriah merupakan tindakan untuk melindungi komunitas minoritas Druze. 

TRIBUNNEWS.COM - Israel melancarkan serangan udara ke kota Suwayda di selatan Suriah pada Selasa (15/7/2025).

Tel Aviv berdalih agresi ke Suwayda Suriah merupakan tindakan untuk melindungi komunitas minoritas Druze.

Serangan itu terjadi hanya beberapa jam setelah pemerintah Suriah mengumumkan gencatan senjata.

Rumitnya konflik sektarian (antar kelompok) di wilayah tersebut pun menjadi sorotan.

Serangan tersebut juga menuai berbagai kecaman keras.

Menurut laporan CNN dan Al Jazeera, bentrokan sengit di Suwayda meletus sejak akhir pekan sebelumnya, Sabtu-Minggu (12-13/7/2025).

Pejuang lokal Druze terlibat pertempuran dengan kelompok suku Badui, yang menewaskan lebih dari 30 orang dan melukai lebih dari 100 lainnya.

Kekerasan tersebut mendorong pemerintah Suriah mengerahkan pasukan ke kota Suwayda dengan dalih memulihkan ketertiban.

Langkah ini justru memicu ketakutan di kalangan komunitas Druze akan potensi penindasan atau pembalasan.

Sementara itu, Israel menyatakan serangan udaranya ditujukan untuk mencegah kemajuan pasukan pemerintah Suriah ke wilayah Druze.

Israel menyebut serangan tersebut sebagai langkah perlindungan bagi minoritas dengan "ikatan sejarah dan keluarga" dengan warga Druze di Israel.

Baca juga: Israel Melancarkan Serangan terhadap Pasukan Suriah dengan Alasan Perlindungan Komunitas Druze

Siapa Druze?

Druze adalah komunitas minoritas bermazhab Islam yang lahir pada abad ke-11 di Mesir.

Jumlah mereka sekitar satu juta orang di Timur Tengah, terutama di Suriah, Lebanon, dan Israel.

Di Suriah, komunitas Druze terkonsentrasi di Provinsi Suwayda di selatan, dekat Dataran Tinggi Golan yang diduduki Israel sejak 1967.

Lebih dari 20.000 Druze tinggal di Golan bersama sekitar 25.000 pemukim Yahudi.

Sebagian besar Druze di Golan menolak kewarganegaraan Israel dan tetap memegang identitas Suriah.

Prinsip agama Druze menolak perpindahan masuk atau keluar agama.

Druze juga melarang pernikahan campuran.

Komunitas ini dikenal tertutup dan sangat menjaga solidaritas internal.

Mengapa Israel Membombardir Suwayda?

Al Jazeera melaporkan Israel berdalih melindungi Druze yang dianggap memiliki "ikatan persaudaraan" dengan komunitas Druze di dalam Israel.

Sekitar 130.000 warga Druze Israel tinggal di Galilea dan Karmel.

Berbeda dengan minoritas lain, pria Druze di Israel wajib militer sejak 1957 dan sering menduduki posisi penting di militer dan kepolisian.

Menteri Urusan Diaspora Israel, Amichai Chikli, mengatakan Israel "tidak bisa berdiam diri" melihat "pembantaian dan penghinaan" terhadap kaum Druze di Suriah.

Israel mengklaim serangannya menargetkan kendaraan militer Suriah yang bergerak ke Suwayda untuk mencegah serangan terhadap Druze.

Israel juga secara sepihak mendeklarasikan zona demiliterisasi di Suriah selatan untuk mencegah masuknya pasukan bersenjata.

Baca juga: 7 Fakta Bentrok Berdarah di Sweida Suriah: 18 Tentara Tewas, Israel Serang Tank demi Lindungi Druze

Pemerintah Suriah menolak deklarasi tersebut dan menyebut serangan udara Israel sebagai pelanggaran terang-terangan terhadap kedaulatan negara.

Ketegangan Terbaru di Suwayda

CNN melaporkan pemerintah Suriah pada Selasa (15/7/2025) sempat mengumumkan gencatan senjata melalui unggahan di media sosial.

Menteri Pertahanan, Murhaf Abu Qasra, menyatakan pasukannya akan menghentikan operasi di kota itu.

Namun, hanya beberapa jam kemudian pertempuran kembali meletus.

Suriah menuduh Israel mendukung serangan pejuang Druze melalui serangan udara.

Tokoh spiritual Druze berpengaruh, Sheikh Hikmat al-Hajri, bahkan menyerukan perlawanan terhadap "kampanye biadab" dari pemerintah Suriah.

Sebaliknya, sebagian pemimpin Druze lain mendukung kehadiran militer pemerintah dan meminta kelompok bersenjata lokal menyerahkan senjata serta memulai dialog dengan Damaskus.

Konflik Suriah yang Lebih Luas

Sejak penggulingan Bashar al-Assad pada Desember 2024, Suriah dipimpin Presiden Ahmed al-Sharaa yang menjanjikan pemerintahan inklusif.

Dia kesulitan menjinakkan kelompok ekstremis Sunni pro-pemerintah yang kerap melakukan kekerasan sektarian.

Isu pelik lain adalah tuntutan perlucutan senjata milisi Druze yang hingga kini gagal dicapai.

Druze menolak melebur penuh ke dalam angkatan bersenjata pemerintah baru demi mempertahankan otonomi mereka.

Al Jazeera melaporkan, sejak Desember 2024, Israel telah melakukan ratusan serangan udara ke Suriah, rata-rata satu setiap tiga hingga empat hari.

Israel menyebut serangan itu ditujukan untuk menahan pengaruh Iran dan kelompok bersenjata ekstremis di perbatasan.

(Tribunnews.com/ Andari Wulan Nugrahani)

Sumber: TribunSolo.com
Rekomendasi untuk Anda

Berita Terkini

© 2025 TribunNews.com, a subsidiary of KG Media. All Right Reserved