Konflik Rusia Vs Ukraina
Maju ke Perbatasan, Rusia Klaim Rebut Desa Pertama di Dnipropetrovsk Ukraina, tapi Dibantah Kyiv
Rusia mengklaim telah merebut desa pertamanya di wilayah Dnipropetrovsk di Ukraina, namun klaim tersebut dibantah oleh Kyiv.
TRIBUNNEWS.COM - Rusia mengatakan mereka telah merebut desa pertamanya di wilayah Dnipropetrovsk di Ukraina bagian tengah, setelah bergerak maju menuju perbatasan selama berbulan-bulan, Senin (7/7/2025).
Hal ini memberikan pukulan psikologis bagi Kyiv karena kekhawatirannya meningkat.
Moskow meluncurkan serangan pesawat nirawak dan rudal berskala besar sebelum pengumuman tersebut, termasuk ke pusat-pusat perekrutan tentara Ukraina.
Upaya Rusia tersebut sebagai bagian dari serangkaian serangan yang meningkat, yang terjadi saat perundingan gencatan senjata yang dipimpin oleh Amerika Serikat terhenti.
Kementerian pertahanan Rusia mengatakan, pasukannya telah merebut desa Dachne di wilayah Dnipropetrovsk, wilayah pertambangan industri penting yang juga menjadi sasaran serangan udara Rusia yang terus meningkat.
Diberitakan Al Arabiya, pasukan Rusia tampaknya telah menjadikan penyeberangan perbatasan sebagai tujuan strategis utama selama beberapa bulan terakhir, dan kemajuan yang lebih dalam ke wilayah tersebut dapat menimbulkan masalah logistik dan ekonomi bagi Kyiv.
Sementara itu, Kyiv sejauh ini membantah adanya pijakan Rusia di Dnipropetrovsk.
Militer Ukraina mengatakan pasukannya "menangkis" serangan di Dnipropetrovsk, termasuk "di sekitar" Dachne.
Moskow pertama kali mengatakan bulan lalu pasukannya telah melintasi perbatasan, lebih dari tiga tahun sejak meluncurkan invasinya dan menerobos wilayah tetangga Donetsk.
Adapun Dnipropetrovsk bukanlah salah satu dari lima wilayah Ukraina - Donetsk, Kherson, Lugansk, Zaporizhzhia, dan Krimea - yang secara terbuka diklaim Moskow sebagai wilayah Rusia.
Rusia dan Ukraina Saling Serang
Rusia dan Ukraina saling serang dengan ratusan pesawat tanpa awak pada Minggu (6/7/2025).
Baca juga: Rusia Ogah-ogahan Bantu Iran Saat Dibombardir Israel: Antara Perang Ukraina dan Takut Dicontek China
Serangan tersebut membuat perjalanan udara Rusia kacau balau, tak lama setelah Presiden Ukraina Volodymyr Zelensky mengumumkan kesepakatan dengan mitra-mitra Barat yang akan memungkinkan Kyiv untuk meningkatkan produksi pesawat tanpa awak.
Foto-foto yang beredar di media sosial menunjukkan kerumunan orang berkerumun di bandara-bandara Rusia termasuk pusat-pusat internasional utama di Moskow dan St. Petersburg.
Sebab, ratusan penerbangan ditunda atau dibatalkan karena serangan pesawat tak berawak Ukraina, menurut Kementerian Transportasi Rusia.
Gangguan penerbangan terjadi di bandara Sheremetyevo di Moskow dan bandara utama Pulkovo di St. Petersburg.
Bandara lain di Rusia bagian barat dan tengah juga mengalami gangguan.
Dilansir AP News, pertahanan udara Rusia menembak jatuh 120 pesawat nirawak Ukraina selama serangan malam hari, dan 39 lagi sebelum pukul 2 siang waktu Moskow (1100 GMT) pada Minggu, kata Kementerian Pertahanan Rusia.
Kementerian itu tidak menjelaskan berapa banyak yang mengenai sasaran, atau berapa banyak yang telah diluncurkan secara keseluruhan.
Pada Minggu pagi, pesawat tak berawak Ukraina melukai dua warga sipil di wilayah Belgorod Rusia dekat perbatasan, kata Gubernur Vyacheslav Gladkov.
Serangan Ukraina terjadi beberapa hari setelah Rusia menggempur Kyiv dengan gelombang pesawat nirawak dan rudal pada Jumat malam, yang oleh pejabat Ukraina disebut sebagai serangan terbesar sejak invasi besar-besaran Moskow.
"Serangan selama tujuh jam itu menewaskan sedikitnya dua warga sipil, melukai puluhan lainnya, dan menyebabkan kerusakan luas," kata Ukraina.
Baca juga: Putin Mengaku Rusia Bantu AS Meraih Kemerdekaan: Kami Memasok Senjata, Kami Bantu dengan Uang

Sementara Moskow meningkatkan upayanya untuk merebut lebih banyak wilayah tetangganya.
Secara total, Rusia meluncurkan 550 pesawat nirawak dan rudal di Ukraina malam itu, menurut angkatan udara negara itu.
Serangan tersebut bertepatan dengan upaya terpadu Rusia untuk menerobos bagian-bagian garis depan sepanjang sekitar 1.000 kilometer (620 mil), tempat pasukan Ukraina berada di bawah tekanan berat.
Serangan Rusia yang melibatkan pesawat nirawak Shahed juga menargetkan infrastruktur pelabuhan di Mykolaiv di Ukraina tengah, menurut Gubernur setempat Vitaliy Kim.
Ia melaporkan gudang dan jaringan listrik pelabuhan rusak tetapi tidak ada korban jiwa.
Beberapa jam kemudian, Rusia meluncurkan bom luncur dan pesawat nirawak ke kota garis depan Kostyantynivka di Ukraina timur, menewaskan empat warga sipil dan melukai satu orang, kata kantor kejaksaan.
"Pesawat nirawak itu menghantam mobil yang ditumpangi pasangan suami istri, menewaskan wanita berusia 39 tahun dan pria berusia 40 tahun di tempat," katanya.
(Tribunnews.com/Nuryanti)
Isi komentar sepenuhnya adalah tanggung jawab pengguna dan diatur dalam UU ITE.