Senin, 6 Oktober 2025

10 Negara Pengekspor Beras Terbesar di Dunia pada 2025, Indonesia Posisi Berapa?

Berikut adalah daftar 10 negara yang dinobatkan sebagai pengekspor beras terbesar di dunia tahun 2025, Indonesia masuk dalam urutan ke berapa?

Dok. Kementan
PRODUKSI BERAS INDONESIA - Berikut adalah daftar 10 negara yang dinobatkan sebagai pengekspor beras terbesar di dunia tahun 2025, Indonesia masuk dalam urutan ke berapa? 

Meskipun belum dikenal luas seperti beras jasmine dari Thailand atau basmati dari Pakistan, beras Myanmar memiliki kualitas aroma dan rasa yang bersaing di pasar ekspor, terutama untuk kalangan diaspora Asia dan negara-negara berkembang.

7. China

Urutan selanjutnya ada China yang merupakan salah satu negara unik karena berperan sebagai eksportir sekaligus importir beras.

Di tahun 2025, volume ekspornya diperkirakan mencapai 2–3 juta metrik ton.

Adapun produk yang diekspor meliputi japonica, beras ketan, dan beras harum.

Sejauh ini negara-negara Afrika dan Asia Tenggara menjadi tujuan utama ekspor China.

Meski demikian, kebutuhan domestik yang sangat besar menjadikan China tetap bergantung pada impor dari negara tetangga.

Posisi ini membuat China berperan penting dalam menjaga keseimbangan perdagangan beras dunia.

8. Brasil

Meski lebih dikenal sebagai penghasil kedelai, jagung, dan kopi, Brasil juga telah membuktikan kemampuannya dalam industri perberasan.

Negara terbesar di Amerika Selatan ini berhasil menempati peringkat 10 besar produsen beras terbesar di dunia, dengan produksi mencapai lebih dari 10 juta ton per tahun, menurut data FAO dan USDA tahun 2025.

Kemampuan Brasil dalam memproduksi beras dalam jumlah besar bukan hanya karena luas wilayahnya, tetapi juga karena strategi pertanian yang terencana, dukungan pemerintah yang kuat, dan penerapan teknologi modern di sektor pertanian.

Pertanian di Brasil telah lama memasuki era modernisasi. Mekanisasi alat pertanian, pemupukan berbasis presisi, penggunaan benih unggul, serta sistem irigasi berbasis satelit menjadi praktik umum di kalangan petani besar.

Selain itu, Brasil memiliki lembaga riset pertanian canggih seperti EMBRAPA (Empresa Brasileira de Pesquisa Agropecuária) yang berperan dalam pengembangan varietas padi tahan iklim dan hama.

Strategi ini yang membantu petani meningkatkan produktivitas tanpa bergantung pada lahan baru.

9. Argentina

Data terakhir USDA memproyeksikan panen padi Argentina musim 2024/2025 akan menembus 1,43 juta ton gabah, setara 930 ribu ton beras giling, naik 31  persen  dari musim sebelumnya, diikuti lonjakan ekspor menjadi 450 ribu ton.

Dengan kombinasi wilayah subur, teknologi modern, konsumsi domestik yang kecil, dan kebijakan ekspor progresif, Argentina telah menempatkan dirinya sebagai pemain strategis di pasar beras dunia meski berada jauh dari ‘sabuk nasi’ Asia.

Jika target ekspansi lahan dan irigasi tercapai, negeri Tango berpotensi meningkatkan volume ekspor dan memperkokoh statusnya sebagai pemasok utama beras di belahan barat.

10. Kamboja

Kamboja tampil sebagai kekuatan baru yang kian diperhitungkan. Menurut data dari FAO dan USDA tahun 2025, Kamboja memproduksi sekitar 10 juta ton gabah kering per tahun, dengan lebih dari 3 juta ton di antaranya diekspor ke pasar global.

Jumlah ini menjadikannya salah satu dari 10 negara pengekspor beras terbesar dunia.

Salah satu keunggulan utama Kamboja dalam pasar beras global adalah varietas beras aromatik khas Kamboja, yang dikenal sebagai “Phka Rumduol”.

Beras ini memiliki aroma wangi yang kuat, butiran panjang, dan tekstur pulen yang mirip dengan jasmine rice dari Thailand.

Kualitas tinggi inilah yang membuat beras Kamboja diminati di pasar internasional, terutama di Eropa, Tiongkok, dan negara-negara Teluk.

Indonesia Posisi Berapa?

Meski dikenal sebagai salah satu negara agraris dengan lahan pertanian luas, Indonesia belum berhasil menembus daftar 10 besar pengekspor beras dunia.

Data perdagangan internasional terbaru tahun 2024 dari Observatory of Economic Complexity (OEC) menunjukkan bahwa Indonesia hanya mengekspor beras senilai sekitar 3,6 juta dolar AS, menempatkan negara ini di peringkat ke-69 dunia dalam kategori ekspor beras.

Salah satu faktor utama yang membuat Indonesia belum menjadi eksportir utama adalah tingginya konsumsi beras dalam negeri.

Dengan populasi mencapai lebih dari 280 juta jiwa, Indonesia mengonsumsi rata-rata lebih dari 100 kilogram beras per kapita per tahun.

Ini berarti hampir seluruh hasil panen digunakan untuk memenuhi kebutuhan dalam negeri.

Pemerintah juga menerapkan kebijakan yang berfokus pada ketahanan pangan nasional, bukan ekspor. Oleh karena itu, ekspor beras hanya dilakukan dalam jumlah kecil dan pada kondisi tertentu, biasanya dalam bentuk beras premium atau organik.

(Tribunnews.com / Namira)

Sumber: TribunSolo.com
Rekomendasi untuk Anda

Berita Terkini

© 2025 TribunNews.com, a subsidiary of KG Media. All Right Reserved