10 Negara Pengekspor Beras Terbesar di Dunia pada 2025, Indonesia Posisi Berapa?
Berikut adalah daftar 10 negara yang dinobatkan sebagai pengekspor beras terbesar di dunia tahun 2025, Indonesia masuk dalam urutan ke berapa?
TRIBUNNEWS.COM – Simak berikut adalah daftar 10 negara yang dinobatkan sebagai pengekspor beras terbesar di dunia tahun 2025.
Konsumsi beras global diperkirakan mencapai rekor tertinggi pada 2025, seiring dengan pertumbuhan populasi dan peningkatan daya beli di negara-negara berkembang.
Meningkatnya konsumsi beras secara global mendorong banyak negara untuk berlomba, terlebih beras menjadi makanan pokok bagi lebih dari 3,5 miliar penduduk dunia.
Bahkan negara-negara di Afrika dan Timur Tengah yang selama ini bukan konsumen utama beras, kini turut mencatat kenaikan konsumsi sebagai bagian dari tren globalisasi pangan.
Fenomena ini memicu perlombaan antarnegara dalam meningkatkan kapasitas produksi. India, misalnya, memperluas lahan sawah di negara bagian timur dan memperkuat distribusi subsidi pupuk dan benih unggul.
Di sisi lain, negara pengimpor seperti Filipina dan Nigeria mulai menggenjot program swasembada beras guna mengurangi ketergantungan terhadap pasar global yang fluktuatif.
10 Negara Pengekspor Beras Terbesar di Dunia 2025
Berikut daftar 10 negara yang masuk dalam daftar pengekspor beras terbesar di dunia tahun 2025, mengutip sejumlah sumber
1. India
Berdasarkan data dari World Population Review dan laporan USDA (United States Department of Agriculture), India menempati peringkat pertama sebagai eksportir beras terbesar.
Dengan volume ekspor mencapai sekitar 22 juta ton per tahun, atau sekitar 40 persen dari total ekspor global.
Lonjakan ini berhasil diraih India berkat dukungan pemerintah dalam bentuk subsidi pupuk dan sistem irigasi yang membuat petani bisa memproduksi lebih banyak.
Sejauh ini, India mengandalkan berbagai varietas unggulan seperti beras basmati dan non-basmati, yang telah menjadi komoditas ekspor utama ke negara-negara Asia, Afrika, dan Timur Tengah.
Baca juga: 10 Negara Paling Berbahaya untuk Wisatawan Selama 2025, Indonesia Nomor Berapa?
2. Thailand
Thailand berada di posisi kedua dengan ekspor sekitar 9 hingga 10 juta ton. Fokus Thailand terhadap ekspor turut memperkuat posisinya di pasar global.
Pemerintah secara konsisten mendorong ekspor beras ke berbagai negara, melalui negosiasi dagang, partisipasi dalam pameran internasional, dan pembukaan pasar baru di Afrika dan Asia Selatan.
Menurut data Departemen Perdagangan Luar Negeri Thailand, lebih dari 40 persen produksi beras nasional diekspor setiap tahunnya.
Beras jasmine, yang menjadi andalan ekspor, memiliki permintaan tinggi di pasar Eropa, Amerika Serikat, Timur Tengah, hingga Jepang.
Cita rasa dan aromanya menjadikannya komoditas premium, dengan harga jual yang lebih tinggi dibanding jenis beras biasa.
3. Vietnam
Vietnam terus memperkuat posisinya sebagai salah satu produsen dan pengekspor beras terbesar ke-3 di dunia, dengan total 5–7 juta ton per tahun.
Keberhasilan Vietnam dalam memproduksi dan mengekspor beras dalam jumlah besar bukanlah hasil kebetulan.
Negara ini memiliki sejumlah keunggulan strategis, mulai dari faktor geografis, kebijakan pemerintah, hingga inovasi teknologi pertanian yang diterapkan secara luas.
Selain itu efisiensi produksi dan harga yang kompetitif, membuat berasnya laris di pasar global.
4. Pakistan
Di tengah dominasi negara-negara Asia seperti India, Thailand, dan Vietnam dalam pasar beras global, Pakistan muncul sebagai kekuatan yang tidak bisa diabaikan.
Dengan produksi tahunan yang mencapai lebih dari 9 juta ton beras, Pakistan menempati posisi lima besar negara penghasil beras terbesar di dunia pada 2025, menurut data dari FAO dan USDA.
Adapun sekitar 40 persen dari total produksinya diekspor ke berbagai negara, terutama di kawasan Timur Tengah, Afrika, dan Eropa.
Pemerintah Pakistan juga memainkan peran aktif dalam menjaga stabilitas dan kualitas sektor perberasan nasional.
Melalui lembaga seperti Rice Exporters Association of Pakistan (REAP) dan Ministry of National Food Security and Research, negara ini memfasilitasi ekspor, menjaga standar mutu, dan membuka pasar baru.
Pakistan juga memberikan dukungan teknis bagi petani, mulai dari penyediaan benih unggul, irigasi, hingga pelatihan budidaya berkelanjutan.
5. Amerika Serikat
Di luar dugaan, Amerika Serikat (AS) menjadi salah satu pemain penting dalam produksi dan ekspor beras dunia.
Meski bukan negara konsumen beras terbesar, AS menempati posisi penting dalam rantai pasok global, terutama dalam kategori beras berkualitas tinggi dan hasil pertanian modern.
Menurut data USDA dan FAO tahun 2025, Amerika Serikat memproduksi sekitar 6 hingga 7 juta ton beras setiap tahun.
Dengan lebih dari 50 persen hasil produksinya diekspor ke berbagai negara, termasuk Meksiko, Jepang, Haiti, Irak, dan negara-negara di Amerika Latin serta Timur Tengah.
AS saat ini menjadi salah satu dari sepuluh besar eksportir beras dunia, dengan nilai ekspor mencapai miliaran dolar AS per tahun.
Keunggulan utama Amerika dalam produksi beras terletak pada teknologi pertanian mutakhir dan efisiensi sistem produksi.
Pertanian di AS sangat terindustrialisasi, menggunakan mekanisasi penuh mulai dari penanaman, irigasi otomatis, pemupukan presisi, hingga panen dan pengolahan pasca-panen.
Lewat produktivitas tinggi dan efisiensi tenaga kerja, petani di negara bagian penghasil utama seperti Arkansas, California, Louisiana, Texas, dan Mississippi mampu menghasilkan beras dalam skala besar dan konsisten.
6. Myanmar
Myanmar membuktikan bahwa ia masih menjadi kekuatan penting dalam rantai pasok beras global, meski sering luput dari sorotan utama dunia.
Menurut data FAO dan USDA tahun 2025, Myanmar memproduksi sekitar 12 juta ton beras per tahun.
Sebagian besar hasil produksinya digunakan untuk konsumsi domestik, namun sekitar 2–3 juta ton diekspor ke negara-negara tetangga seperti Tiongkok, Bangladesh, dan beberapa negara Afrika dan Timur Tengah.
Jumlah ini menempatkan Myanmar dalam 10 besar negara penghasil dan pengekspor beras terbesar dunia.
Myanmar dikenal menghasilkan berbagai jenis beras lokal, termasuk beras berbutir panjang dan beras lengket (glutinous rice), yang banyak disukai oleh pasar Asia Tenggara dan Asia Timur.
Meskipun belum dikenal luas seperti beras jasmine dari Thailand atau basmati dari Pakistan, beras Myanmar memiliki kualitas aroma dan rasa yang bersaing di pasar ekspor, terutama untuk kalangan diaspora Asia dan negara-negara berkembang.
7. China
Urutan selanjutnya ada China yang merupakan salah satu negara unik karena berperan sebagai eksportir sekaligus importir beras.
Di tahun 2025, volume ekspornya diperkirakan mencapai 2–3 juta metrik ton.
Adapun produk yang diekspor meliputi japonica, beras ketan, dan beras harum.
Sejauh ini negara-negara Afrika dan Asia Tenggara menjadi tujuan utama ekspor China.
Meski demikian, kebutuhan domestik yang sangat besar menjadikan China tetap bergantung pada impor dari negara tetangga.
Posisi ini membuat China berperan penting dalam menjaga keseimbangan perdagangan beras dunia.
8. Brasil
Meski lebih dikenal sebagai penghasil kedelai, jagung, dan kopi, Brasil juga telah membuktikan kemampuannya dalam industri perberasan.
Negara terbesar di Amerika Selatan ini berhasil menempati peringkat 10 besar produsen beras terbesar di dunia, dengan produksi mencapai lebih dari 10 juta ton per tahun, menurut data FAO dan USDA tahun 2025.
Kemampuan Brasil dalam memproduksi beras dalam jumlah besar bukan hanya karena luas wilayahnya, tetapi juga karena strategi pertanian yang terencana, dukungan pemerintah yang kuat, dan penerapan teknologi modern di sektor pertanian.
Pertanian di Brasil telah lama memasuki era modernisasi. Mekanisasi alat pertanian, pemupukan berbasis presisi, penggunaan benih unggul, serta sistem irigasi berbasis satelit menjadi praktik umum di kalangan petani besar.
Selain itu, Brasil memiliki lembaga riset pertanian canggih seperti EMBRAPA (Empresa Brasileira de Pesquisa Agropecuária) yang berperan dalam pengembangan varietas padi tahan iklim dan hama.
Strategi ini yang membantu petani meningkatkan produktivitas tanpa bergantung pada lahan baru.
9. Argentina
Data terakhir USDA memproyeksikan panen padi Argentina musim 2024/2025 akan menembus 1,43 juta ton gabah, setara 930 ribu ton beras giling, naik 31 persen dari musim sebelumnya, diikuti lonjakan ekspor menjadi 450 ribu ton.
Dengan kombinasi wilayah subur, teknologi modern, konsumsi domestik yang kecil, dan kebijakan ekspor progresif, Argentina telah menempatkan dirinya sebagai pemain strategis di pasar beras dunia meski berada jauh dari ‘sabuk nasi’ Asia.
Jika target ekspansi lahan dan irigasi tercapai, negeri Tango berpotensi meningkatkan volume ekspor dan memperkokoh statusnya sebagai pemasok utama beras di belahan barat.
10. Kamboja
Kamboja tampil sebagai kekuatan baru yang kian diperhitungkan. Menurut data dari FAO dan USDA tahun 2025, Kamboja memproduksi sekitar 10 juta ton gabah kering per tahun, dengan lebih dari 3 juta ton di antaranya diekspor ke pasar global.
Jumlah ini menjadikannya salah satu dari 10 negara pengekspor beras terbesar dunia.
Salah satu keunggulan utama Kamboja dalam pasar beras global adalah varietas beras aromatik khas Kamboja, yang dikenal sebagai “Phka Rumduol”.
Beras ini memiliki aroma wangi yang kuat, butiran panjang, dan tekstur pulen yang mirip dengan jasmine rice dari Thailand.
Kualitas tinggi inilah yang membuat beras Kamboja diminati di pasar internasional, terutama di Eropa, Tiongkok, dan negara-negara Teluk.
Indonesia Posisi Berapa?
Meski dikenal sebagai salah satu negara agraris dengan lahan pertanian luas, Indonesia belum berhasil menembus daftar 10 besar pengekspor beras dunia.
Data perdagangan internasional terbaru tahun 2024 dari Observatory of Economic Complexity (OEC) menunjukkan bahwa Indonesia hanya mengekspor beras senilai sekitar 3,6 juta dolar AS, menempatkan negara ini di peringkat ke-69 dunia dalam kategori ekspor beras.
Salah satu faktor utama yang membuat Indonesia belum menjadi eksportir utama adalah tingginya konsumsi beras dalam negeri.
Dengan populasi mencapai lebih dari 280 juta jiwa, Indonesia mengonsumsi rata-rata lebih dari 100 kilogram beras per kapita per tahun.
Ini berarti hampir seluruh hasil panen digunakan untuk memenuhi kebutuhan dalam negeri.
Pemerintah juga menerapkan kebijakan yang berfokus pada ketahanan pangan nasional, bukan ekspor. Oleh karena itu, ekspor beras hanya dilakukan dalam jumlah kecil dan pada kondisi tertentu, biasanya dalam bentuk beras premium atau organik.
(Tribunnews.com / Namira)
Isi komentar sepenuhnya adalah tanggung jawab pengguna dan diatur dalam UU ITE.