Minggu, 5 Oktober 2025

Konflik Iran Vs Israel

Inspektor IAEA Angkat Kaki dari Iran, Rafael Grossi Serukan Negosiasi dengan Teheran

IAEA menarik inspektor terakhirnya dari Iran pada hari Jumat setelah Iran menangguhkan kerja sama. Rafael Grossi serukan negosiasi dengan Iran.

Instagram/@grossirafaelmariano
KEPALA IAEA GROSSI - Foto diambil dari Instagram Rafael Grossi, Minggu (29/6/2025), memperlihatkan Kepala pengawas nuklir PBB (IAEA) Rafael Grossi hadir dalam acara IAEA Ministerial pada 26 November 2024. Pada 4 Juli 2025, IAEA menarik inspektor terakhirnya dari Iran, menandai absennya pengawas nuklir untuk memantau program nuklir Iran, setelah Iran menangguhkan kerja sama dengan IAEA. 

TRIBUNNEWS.COM - Badan Tenaga Atom Internasional (IAEA) di bawah naungan Perserikatan Bangsa-Bangsa (PBB) menarik inspektor terakhirnya di Iran pada hari Jumat, 4 Juli 2025.

Penarikan pengawas program nuklir tersebut dilakukan setelah Iran menangguhkan kerja sama dengan IAEA pada hari Rabu, 2 Juli 2025, setelah minggu lalu parlemen Iran menuduh IAEA memicu serangan Israel.

"Tim inspektur IAEA hari ini berangkat dengan selamat dari Iran untuk kembali ke kantor pusat Badan di Wina, setelah tinggal di Teheran selama konflik militer baru-baru ini," kata IAEA di platform X, Jumat (4/7/2025).

Israel melancarkan serangannya terhadap Iran pada 13 Juni, memulai perang selama 12 hari.

Perdana Menteri Israel Netanyahu mengklaim serangan tersebut untuk menargetkan program nuklir Iran yang dianggap sebagai ancaman.

Inspektor IAEA belum dapat memeriksa fasilitas nuklir Iran yang terkena serangan Israel selama perang 12 hari dan pemboman oleh sekutunya, Amerika Serikat (AS), pada 22 Juni.

Jumlah inspektor IAEA di Iran berkurang menjadi segelintir sejak serangan Israel pada 13 Juni hingga berakhirnya perang Israel-Iran pada 24 Juni.

Iran menuduh IAEA secara efektif memberi alasan bagi Israel untuk mengebom fasilitas nuklirnya setelah IAEA mengeluarkan sebuah laporan pada tanggal 31 Mei.

Laporan tersebut menyebabkan Dewan Gubernur IAEA, yang beranggotakan 35 negara, mengeluarkan resolusi yang menyatakan Iran melanggar kewajiban nonproliferasinya.

Kepala IAEA Rafael Grossi mendukung laporan tersebut dan membantah bahwa laporan tersebut dirilis untuk memberi perlindungan diplomatik untuk aksi militer, seperti diberitakan Al Arabiya.

Menyusul sentimen terhadap pernyataan Kepala IAEA Rafael Grossi dan resolusi Dewan Gubernur IAEA sebelumnya, parlemen Iran menuduh IAEA sebagai pengkhianat dan memicu serangan Israel.

Baca juga: Iran Anggap Remeh Serangan AS ke Fasilitas Nuklirnya: Bom Tak Bisa Hilangkan Industri Nuklir Kami

Pada 25 Juni, parlemen Iran mengesahkan undang-undang untuk menangguhkan kerja sama dengan IAEA hingga mendapat jaminan keamanan terhadap fasilitas nuklirnya.

Undang-undang tersebut ditandatangani oleh Presiden Iran Masoud Pezeshkian pada hari Rabu, 2 Juli.

Kepala IAEA Ingin Berunding dengan Iran

Kepala IAEA Rafael Grossi menekankan perlunya mengadakan perundingan dengan Iran untuk melanjutkan pemantauan program nuklirnya.

Ia menekankan pentingnya IAEA berdiskusi dengan Iran mengenai modalitas untuk melanjutkan aktivitas pemantauan dan verifikasi terhadap program nuklir Iran sesegera mungkin.

Halaman
12
Sumber: TribunSolo.com
Rekomendasi untuk Anda

Berita Terkini

© 2025 TribunNews.com, a subsidiary of KG Media. All Right Reserved