Jumat, 3 Oktober 2025

Konflik Rusia Vs Ukraina

Rusia Kembali Gunakan Bom Cluster, PBB Catat Lonjakan Korban Sipil di Ukraina

PBB laporkan korban sipil di Ukraina naik 37 persen pada 2025, dipicu serangan Rusia dengan bom cluster ke kota-kota.

Selebaran / DVIDS / AFP
BOM CLUSTER. Gambar selebaran tertanggal 20 September 2016 milik DVIDS yang diperoleh pada 7 Juli 2023 menunjukkan pita putus, puluhan amunisi 155mm Base Burn Dual Purpose Improved Conventional Munitions menunggu untuk dimuat ke howitzer self-propelled Paladin M109A6 dan Kendaraan Pendukung Artileri Medan M992 di Baterai Alpha, Batalyon 1, Resimen Artileri Lapangan ke-82, Tim Tempur Brigade Lapis Baja ke-1, kolam motor Divisi Kavaleri ke-1 di Camp Hovey, Korea Selatan. Amerika Serikat mengumumkan pada 7 Juli 2023 bahwa mereka akan memberikan amunisi tandan ke Ukraina untuk pertama kalinya saat pasukan Kyiv terus maju dengan serangan balasan terhadap pasukan Rusia. PBB laporkan korban sipil di Ukraina naik 37 persen pada 2025, dipicu serangan Rusia dengan bom cluster ke kota-kota. (Foto arsip 2016/2023/Selebaran / DVIDS / AFP) 

TRIBUNNEWS.COM - Rusia semakin intens menyerang kota-kota Ukraina dengan amunisi tandan (cluster munitions), memicu lonjakan korban sipil.

Perserikatan Bangsa-Bangsa (PBB) mencatat jumlah korban sipil di Ukraina pada 2025 naik 37 persen dibandingkan periode yang sama tahun lalu, sebagian besar akibat penggunaan senjata peledak jarak jauh di area padat penduduk.

Dikutip dari Kyiv Independent, amunisi tandan adalah senjata yang melepaskan bom-bom kecil ke area luas, menimbulkan cedera maksimum tanpa pandang bulu.

Senjata ini dilarang dalam Konvensi Amunisi Tandan 2008 yang ditandatangani 124 negara, meski Rusia, Ukraina, dan Amerika Serikat bukan penandatangan.

“Sebagian besar amunisi tandan yang digunakan di dunia saat ini digunakan oleh Rusia di Ukraina," ungkap Mary Wareham dari Human Rights Watch.

Kementerian Luar Negeri Ukraina menyebut penggunaannya sebagai bagian dari "kebijakan teror Moskow" terhadap rakyat sipil.

Sejak 2022, otoritas Ukraina mendokumentasikan sedikitnya 5.974 serangan Rusia dengan bom tandan.

Beberapa serangan menonjol karena jumlah korban besar, termasuk:

  • Kyiv (17 Juni 2025): 30 orang tewas, 172 terluka.
  • Rekaman video menunjukkan bom tandan ditembakkan melalui rudal jelajah.
  • Kryvyi Rih (4 April 2025): 20 orang tewas, termasuk sembilan anak-anak.
  • PBB menyebut serangan ini yang paling mematikan terhadap anak-anak sejak invasi skala penuh.
  • Sumy (13 April 2025): 35 orang tewas, 117 terluka akibat dua rudal balistik yang menghantam pusat kota saat hari raya keagamaan.

Serangan lain juga dilaporkan di Kharkiv (18 April), Chuhuiv (23 Mei), desa di Oblast Sumy (26 Mei), dan Dobropillia (7 Maret), yang menewaskan 11 orang dan melukai 48.

Menurut laporan PBB pada 30 Juni, banyak lokasi serangan tidak menunjukkan adanya target militer, meski Rusia mengklaim menyerang sasaran militer.

Baca juga: Rusia Sebut Ukraina Ledakkan Gudang Militer di Krimea, setelah Serang Belgorod Pakai Amunisi Tandan

Para ahli menilai metode Rusia makin canggih, dengan bom tandan diluncurkan lewat artileri, rudal balistik, jelajah, serta drone—termasuk Shahed-136 buatan Iran dan Geran-2 buatan Rusia.

Ukraina kesulitan menghadapi skala serangan ini karena keterbatasan sistem pertahanan udara dan pencegat.

Dr Marina Miron dari King's College London menyebut Rusia juga memakai umpan dan peperangan elektronik untuk melewati pertahanan Ukraina.

Di sisi lain, Ukraina juga menggunakan amunisi tandan yang dipasok AS sejak 2022 dalam serangan balasan, seperti di Kharkiv.

Namun, laporan PBB menyebut data penggunaan Ukraina di wilayah sipil yang diduduki sulit diverifikasi karena keterbatasan akses pemantauan independen.

Wareham menegaskan, “Amunisi cluster sudah melewati batas yang sangat besar, dan tidak boleh digunakan oleh siapa pun dalam kondisi apa pun.”

Apa itu Cluster Munitions?

Dikutip dari UNODA, cluster munitions adalah senjata yang dirancang untuk melepaskan banyak submunisi kecil dari satu amunisi induk.

Ketika dijatuhkan atau ditembakkan, bom-bom kecil itu menyebar ke area yang luas dan dapat mengenai target tanpa pandang bulu.

Dilansir stopclustermunitions.org, senjata ini menimbulkan risiko jangka panjang karena banyak bom kecil yang gagal meledak, sehingga berubah menjadi ranjau darat tersembunyi.

Sisa bom yang tidak meledak itu bisa membunuh atau melukai warga sipil bertahun-tahun setelah konflik berakhir.

Dilansir icrc.org, penggunaan amunisi tandan dilarang dalam Konvensi Amunisi Tandan 2008, yang ditandatangani lebih dari 100 negara.

Konvensi tersebut melarang penggunaan, produksi, pemindahan, dan penyimpanan senjata jenis ini karena dampak kemanusiaannya yang parah.

Namun, beberapa negara besar seperti Rusia, Amerika Serikat, dan Ukraina bukan pihak dalam perjanjian tersebut.

Baca juga: Ukraina Mulai Pakai Amunisi Tandan untuk Serang Rusia, AS Menunggu Hasilnya

Human Rights Watch dalam laman resminya menjelaskan bahwa penggunaan bom tandan di Ukraina telah menyebabkan banyak korban sipil.

Mereka juga menyebut bahwa serangan semacam ini sering terjadi di area padat penduduk, meningkatkan jumlah korban sipil secara signifikan.

Peristiwa Lain dalam Perang Rusia-Ukraina

1. Serangan Rusia Dekat Dua Kota Penting Ukraina

Moskow berupaya melakukan terobosan dalam serangan musim panasnya.

Seorang pejabat militer Ukraina mengatakan pada Rabu (2/7/2025), Rusia telah melakukan serangan di dekat dua kota yang menjadi kunci rute pasokan militer di Ukraina timur.

Dalam beberapa minggu terakhir, Rusia mengumpulkan pasukan dan meskipun mengalami kerugian besar, telah maju ke daerah pedesaan di kedua sisi Pokrovsk dan Kostiantynivka.

Kedua kota itu berada di persimpangan jalan menuju garis depan dari kota-kota besar di wilayah yang dikuasai Ukraina.

2. Polandia Biayai Pabrik Amunisi Baru

Empat perusahaan dari Polish Armaments Group (PGZ) akan menerima 2,4 miliar złoty (665 juta dolar Amerika) dalam bentuk pembiayaan dari kementerian aset negara.

Pendanaan itu untuk proyek pembangunan tiga pabrik amunisi, kata kementerian tersebut pada hari Rabu.

Polandia memimpin upaya Eropa untuk meningkatkan kesiapan pertahanannya dan mencegah kemungkinan serangan dari Rusia.

Polandia juga berupaya mengurangi ketergantungan keamanan pada Amerika Serikat.

3. Jerman Tuding Rusia Pakai Red untuk Disinformasi

Rusia menggunakan media daring Red untuk menebar ketidakpuasan di masyarakat Jerman sebagai bagian dari kampanye disinformasi yang dilancarkan bersamaan dengan perangnya di Ukraina.

"Red menampilkan dirinya sebagai platform revolusioner bagi jurnalis independen. Namun, ia memiliki hubungan dekat dengan media pemerintah Rusia RT," kata juru bicara kementerian luar negeri kepada wartawan di Berlin, Rabu (2/7/2025).

"Hari ini kami dapat mengonfirmasi bahwa Red digunakan oleh Rusia secara khusus untuk memanipulasi informasi," tambah juru bicara itu.

Red dijalankan oleh perusahaan media Turki AFA Medya, yang bersama dengan pendirinya Huseyin Dogru telah menjadi subjek sanksi Uni Eropa yang menargetkan Rusia.

Baca juga: Iran Tembakkan Rudal Pembawa Bom Cluster ke Israel, Hantam Rumah di Azor yang akibatkan Kerusakan

Mereka dituduh "merusak proses politik demokratis" di Jerman.

Setelah dikenai sanksi, Red mengumumkan pada 16 Mei bahwa mereka akan ditutup.

Dogru membantah adanya hubungan dengan Kremlin atau bahwa situs tersebut didanai oleh Rusia, menurut laporan media.

(Tribunnews.com/ Andari Wulan Nugrahani)

Sumber: TribunSolo.com
Rekomendasi untuk Anda

Berita Terkini

© 2025 TribunNews.com, a subsidiary of KG Media. All Right Reserved