Konflik Iran Vs Israel
Inilah Kalkulasi Setelah Amerika Membom Iran
Trump umumkan AS bom 3 situs nuklir Iran. Dunia siaga! Pengamat: Iran bisa blokade Hormuz dan picu krisis energi global tak terhindarkan.
Demikian pula, misalnya Iran menarik diri dari traktat Non Proliferasi Nuklir atau NPT, ini akan menantang komitmen China terhadap multilateralisme dan tatanan hukum internasional.
Penyelarasan ekonomi dan militer yang lebih erat antara Teheran dan Beijing juga dapat membebani hubungan yang sudah tegang dengan Washington.
Baca juga: Iran Membalas, Luncurkan Puluhan Rudal ke Israel, Ledakan dan Kobaran Api Terlihat di Kota Haifa
Beijing tidak ingin konfrontasi terbuka. China lebih suka menampilkan dirinya sebagai aktor global yang bertanggung jawab, berkomitmen pada diplomasi dan de-eskalasi.
Citra itu menjadi pusat jejaknya yang meluas di Timur Tengah. Perannya dalam menengahi pemulihan hubungan tahun 2023 antara Iran dan Arab Saudi merupakan tonggak sejarah, tetapi pengaruhnya terhadap Teheran tetap terbatas.
Sebagai pemain yang relatif baru dalam diplomasi regional, kepentingan Tiongkok tidak hanya rentan terhadap agresi Israel tetapi juga terhadap potensi kesalahan langkah Iran.
Dalam konteks keseluruhan di tengah pertempuran Israel-Amerika melawan Iran, Beijing dan Moskow pasti masing-masing akan menavigasi persaingannya sendiri dengan Washington.
Iran pastinya akan melanjutkan perlawanan secara maksimal, sepanjang stok rudal dan kapabilitas militer mereka masih bertahan.
Apakah perkembangan terbaru ini akan memicu perang regional, tampaknya kemungkinan itu kian mengecil melihat sikap dan reaksi negara-negara Arab dan Teluk.
Israel akan segera mengurangi serangan ke Iran, dan mungkin akan berhenti sama sekali setelah Trump membantu membom tiga fasilitas nuklir Iran.
Sebaliknya, jika berlanjut Iran tetap akan sendirian melawan Israel dan Amerika.
Memasuki minggu kedua perang Israel-Iran, drama politik Timur Tengah ini melengkapi lintasan sejarah dunia akan kerentanan yang dimiliki penghuni planet ini.
Pertarungan bersenjata dengan korban jiwa dan kerusakan hebat yang ditimbulkannya, tetap menjadi pilihan utama kekuatan paling hegemonik di dunia ini.
Donald Trump mendeklarasikan diri sebagai pemimpin Amerika yang cinta damai, tetapi nyatanya itu sebuah kemunafikan penuh.
Amerika tidak pernah berubah di tangan siapapun pemimpinnya. Mentalitas kapitalis imperialis, dan cara-cara pemaksaan, adalah ideologi politik mereka.
Iran mungkin akan kalah dalam pertarungan ini. Tetapi mereka telah memenangi citra perjuangan untuk melawan kezaliman.(Tribunjogja.com/Setya Krisna Sumarga)
Isi komentar sepenuhnya adalah tanggung jawab pengguna dan diatur dalam UU ITE.