Minggu, 5 Oktober 2025

Konflik Iran Vs Israel

Mengapa Trump Menentang Niat Israel Membunuh Pemimpin Tertinggi Iran Ali Khamenei? Ini Kata Analis

Israel dilaporkan berencana membunuh Pemimpin Tertinggi Iran, Ayatollah Ali Khamenei, tetapi Donald Trump mentangnya, mengapa?

Penulis: Tiara Shelavie
Editor: Febri Prasetyo
khamenei.ir
KONFLIK IRAN-ISRAEL - Pemimpin Tertinggi Iran Ali Khamenei menyampaikan pidato langsung yang disiarkan televisi di Mausoleum Imam Khomeini pada hari Rabu (4/6/2025) pada peringatan 36 tahun wafatnya Imam Khomeini. Israel dilaporkan berencana membunuh Ali Khamenei, tetapi Donald Trump mentangnya, mengapa? 

Beberapa jenderal yang tewas dipandang lebih pragmatis dibandingkan kelompok ultrakonservatif seperti Front Paydari, yang dikenal sebagai sayap paling ekstrem dari kubu fundamentalis.

Jenderal Hossein Salami, komandan Korps Garda Revolusi Islam (IRGC) sekaligus tangan kanan Khamenei, dikenal sangat keras dalam retorikanya terhadap Israel dan Amerika Serikat.

Namun para analis menilai bahwa pengalaman militernya menjadikannya sedikit lebih fleksibel secara ideologis dibandingkan beberapa tokoh lain di sekitarnya.

Mohammad Bagheri, Kepala Staf Angkatan Bersenjata Iran, juga dikenal sebagai loyalis.

Namun ia dilaporkan mencoba meredam suara-suara ekstremis dan mendukung pendekatan "de-eskalasi yang diperhitungkan" dalam menghadapi ketegangan atas program nuklir Iran.

Demikian pula dengan Ali Shamkhani – penasihat senior Khamenei dan tokoh penting dalam negosiasi nuklir Iran hingga kematiannya yang dilaporkan pada Jumat lalu – yang secara luas dipandang sebagai figur pragmatis.

Para analis memperingatkan bahwa kematian tokoh-tokoh seperti mereka dapat membuka jalan bagi pengganti yang tidak berpengalaman, lebih radikal, dan enggan berkompromi.

Hal ini juga menyingkirkan individu-individu kunci yang sebelumnya memiliki posisi untuk menantang Khamenei dari dalam sistem.

“Beberapa orang dalam struktur militer yang memiliki kekuasaan, wewenang, dan legitimasi untuk mendorong transformasi kini telah terbunuh,” kata Farzan Sabet, peneliti senior bidang Timur Tengah di Geneva Graduate Institute.

“Dalam situasi di mana legitimasi kepemimpinan melemah, atau para pemimpin politik puncak disingkirkan, tokoh-tokoh tersebut berpotensi menjadi katalisator perubahan, dan sekarang mereka sudah tiada.”

Baca juga: Ayatollah Ali Khamenei Disebut Tunjuk Abdolrahim Mousavi Sebagai Pengganti Mohammad Bagheri

Setelah Khamenei: Kekosongan Kekuasaan atau Perebutan Kekuasaan?

Kematian Khamenei akan menimbulkan kekhawatiran besar mengenai masa depan Iran, meskipun tidak adanya pemberontakan bersenjata membuat keruntuhan seperti di Suriah tahun lalu tampak tidak mungkin.

Namun, wafatnya Khamenei berpotensi menciptakan kekosongan kekuasaan di jantung pemerintahan, yang bisa memicu konflik internal, membangkitkan gerakan-gerakan dari kelompok etnis minoritas, dan memunculkan risiko konflik lokal yang berujung pada perang saudara berskala luas.

Kekhawatiran atas kemungkinan tersebut juga memunculkan prediksi bahwa IRGC dapat mencoba mengambil alih kekuasaan dan mengubah Iran menjadi negara militer teokratis.

Skenario ini akan membawa dampak besar terhadap stabilitas pasar minyak global, salah satu alasan utama mengapa para pelaku pasar sangat mencermati nasib Pemimpin Tertinggi Iran tersebut.

Khamenei dan Keluarganya Bersembunyi di Bunker di Utara Teheran

Halaman
123
Sumber: TribunSolo.com
Rekomendasi untuk Anda

Berita Terkini

© 2025 TribunNews.com, a subsidiary of KG Media. All Right Reserved