Trump Terapkan Tarif Timbal Balik
Perang Dagang Mereda: AS dan China Sepakat Akhiri Konflik Dagang
AS dan Tiongkok ketok palu, sepakat menyetujui “kerangka kerja” untuk meredakan ketegangan dagang yang telah berlangsung selama bertahun-tahun
Penulis:
Namira Yunia Lestanti
Editor:
Sri Juliati
TRIBUNNEWS.COM - Pejabat dari AS dan Tiongkok ketok palu, sepakat menyetujui “kerangka kerja” untuk meredakan ketegangan dagang yang telah berlangsung selama bertahun-tahun.
Kesepakatan ini tercapai setelah kedua nya menggelar pertemuan tingkat tinggi selama dua di London.
Negosiator perdagangan China, Li Chenggang mengatakan, kedua pihak pada prinsipnya telah sepakat tentang kerangka kerja sama.
Kerangka ini sebelumnya sudah dibicarakan oleh kedua kepala negara lewat telepon mereka pada 5 Juni.
"Kerangka ini bersifat politis, tetapi pondasinya kuat dan realistis. Ini adalah kemajuan nyata," kata Li dalam konferensi pers.
Hal senada juga diungkapkan oleh Menteri Perdagangan AS, Howard Lutnick yang mengatakan para pejabat AS dan China telah “menemukan dasar implementasi” atas konsensus yang sebelumnya dicapai di Jenewa.
"Idenya adalah kita akan kembali dan berbicara dengan Presiden Trump dan memastikan dia menyetujuinya. Mereka akan kembali dan berbicara dengan Presiden Xi dan memastikan dia menyetujuinya, dan jika itu disetujui, kita akan menerapkan kerangka kerja tersebut," kata Lutnick seperti dilansir dari Reuters.
Kedua belah pihak sebelumnya sudah sepakat untuk secara drastis mengurangi tarif atas barang masing-masing untuk periode awal 90 hari.
Namun, sentimen memburuk dengan cepat karena dua poin utama yang saling bertentangan, yakni monopoli China atas mineral tanah jarang dan aksesnya ke teknologi semikonduktor di AS.
Setelah melewati proses negosiasi yang panjang kedua negara sepakat menerapkan kerangka kerja baru.
Baca juga: Ini Alasan Trump Sulit Hubungi Xi Jinping di Tengah Perang Dagang AS-China
Fokus Ekspor Mineral dan Teknologi
Mengutip dari the Guardian, salah satu hasil utama dari kesepakatan ini adalah komitmen China untuk melonggarkan pembatasan ekspor mineral langka dan magnet, yang sangat dibutuhkan industri global, terutama untuk sektor teknologi, otomotif, dan pertahanan.
Sebagai imbalannya, Amerika Serikat akan mengurangi pembatasan ekspor terhadap sejumlah peralatan teknologi tinggi, termasuk komponen semikonduktor dan peralatan kedirgantaraan.
Sebagai informasi China sendiri memiliki lebih dari 80 persen pasokan global mineral langka, menjadikannya pemain kunci dalam rantai pasok industri teknologi dunia.
Namun, saat hubungan dengan AS memburuk, Beijing membatasi ekspor ke Amerika sebagai bentuk tekanan politik.
Untuk membalas tindakan Beijing, AS menaikkan tarif impor untuk banyak barang dari China termasuk elektronik, logam, dan mesin industri.
Isi komentar sepenuhnya adalah tanggung jawab pengguna dan diatur dalam UU ITE.