Konflik Palestina Vs Israel
Usulan Gencatan Senjata AS Diterima Israel, Hamas Diminta Bebaskan Sandera, Bantuan Segera Masuk
Perdana Menteri Israel, Benjamin Netanyahu menyetujui usulan gencatan senjata dari Amerika Serikat (AS), di mana Hamas dituntut bebaskan sandera.
TRIBUNNEWS.COM - Gedung Putih mengatakan Israel telah menerima usulan gencatan senjata di Gaza dari Amerika Serikat (AS), Kamis (29/5/2025).
Dari draf yang diterima Reuters pada Jumat (30/5/2025), AS mengusulkan untuk gencatan senjata selama 60 hari di Gaza.
Selain itu, selama gencatan senjata 60 hari tersebut, Hamas diminta untuk membebaskan 26 sandera dalam keadaan hidup dan mati pada minggu pertama.
Sebagai imbalan, Israel diminta membebaskan 1.236 tahanan dan jenazah 180 warga Palestina yang tewas.
Pengiriman bantuan besar-besaran juga akan segera dilakukan setelah Hamas menandatangani perjanjian gencatan senjata itu.
Nantinya, bantuan akan disalurkan oleh PBB, Bulan Sabit Merah, dan saluran lain yang disepakati.
Ketika dimintai tanggapan soal draf gencatan senjata tersebut, Hamas mengatakan mereka sedang meninjau rencana itu dan akan segera menanggapi pada hari Jumat atau Sabtu.
Rencana AS tersebut mengatur agar Hamas membebaskan 30 dari 58 sandera Israel yang tersisa setelah gencatan senjata permanen diberlakukan.
Israel juga akan menghentikan semua operasi militer di Gaza segera setelah gencatan senjata berlaku.
Israel Terus Ditekan
Israel saat ini mendapatkan tekanan dan kecaman yang terus meluas dari dunia terkait pendistribusian bantuan kemanusiaan yang masuk di Gaza.
Baca juga: Israel Rudal Pesawat Jemaah Haji Yaman, Pesawat Sipil Airbus A320 Yemeni Airlines Hancur di Bandara
Tekanan itu muncul setelah pendistribusian bantuan di Gaza berubah menjadi kekacauan selama hari-hari pertama mekanisme baru Israel yang dianggap dunia kontroversial.
Menurut kementerian kesehatan Palestina, 11 orang tewas dan puluhan lainnya terluka saat kerumunan orang tiba di lokasi distribusi di Gaza selatan sejak dibuka awal minggu ini.
Yayasan Kemanusiaan Gaza (GHF), yang mengelola lokasi baru tersebut, mengatakan pada hari Kamis bahwa tidak ada seorang pun yang terbunuh atau terluka selama pendistribusian bantuan.
Dikutip dari CNN, puluhan ribu warga Palestina, yang terdesak ke ambang kelaparan setelah blokade Israel selama 11 minggu, menyerbu kedua lokasi milik GHF, serta gudang yang dikelola oleh Program Pangan Dunia (WFP) PBB selama tiga hari terakhir.
Mereka secara berdesak-desakan berebut mengambil kantong-kantong makanan dan tepung.
Kelangkaan pangan di Gaza telah memicu keputusasaan dan penjarahan yang meluas dalam beberapa hari terakhir.
Dimulainya mekanisme bantuan baru ini terjadi saat beberapa sekutu terdekat Israel semakin vokal dalam mengecam tindakan Israel di Gaza, dan ancaman mereka akan tindakan jika pemboman dan pembatasan bantuan terus berlanjut.
"Serangan Israel di Gaza melampaui apa yang diperlukan untuk melawan Hamas," kata kepala kebijakan luar negeri Uni Eropa, Kaja Kallas.
Ia juga mengkritik mekanisme bantuan baru yang dijalankan oleh GHF, dengan mengatakan bahwa UE tidak mendukung “segala bentuk privatisasi distribusi bantuan kemanusiaan”.
Komentar terbaru dari pejabat Jerman, salah satu pembela Israel yang paling gigih di Eropa, juga telah menyoroti dukungan terhadap Israel.
"Pemerintah Israel tidak boleh melakukan apa pun yang tidak lagi dapat diterima oleh sahabat-sahabatnya," kata Kanselir Friedrich Merz minggu ini.
Minggu lalu, para pemimpin Inggris, Prancis, dan Kanada mengancam akan mengambil "tindakan konkret," termasuk sanksi yang ditargetkan.
Tindakan itu akan dilakukan mereka jika Israel tidak menghentikan serangan militernya yang baru dan terus memblokir masuknya bantuan ke Gaza.
Militer Israel mengeluarkan perintah evakuasi besar-besaran yang meliputi sebagian besar wilayah Gaza utara dan timur pada Kamis malam, dengan arahan baru bagi penduduk di lima wilayah utama.
Baca juga: Sosok Mohammed Sinwar, Petinggi Hamas Diklaim Tewas Dibunuh Israel, Dianggap Buron Paling Licin
Perintah ini, dikombinasikan dengan evakuasi paksa lainnya dari sebagian besar wilayah Gaza selatan yang dikeluarkan awal minggu ini, tampaknya dirancang untuk memindahkan warga Palestina ke wilayah yang semakin menyempit di sepanjang pantai.
Meskipun jumlah pasti orang yang harus dievakuasi tidak pasti, perkembangan ini kemungkinan akan memperburuk krisis kemanusiaan di daerah kantong tersebut.
Strategi Israel, yang ditetapkan oleh Menteri Pertahanan Israel, Israel Katz bulan lalu, adalah mengosongkan sebagian besar wilayah Gaza dan memperlakukan siapa pun yang tertinggal sebagai pejuang.
Namun, bahkan saat sekutu Israel mengeluarkan peringatan, keputusasaan warga Palestina yang kelaparan tetap ada – sementara GHF terus maju dengan upayanya untuk menjadi penyedia bantuan utama bagi wilayah kantong tersebut.
(*)
Isi komentar sepenuhnya adalah tanggung jawab pengguna dan diatur dalam UU ITE.