Senin, 6 Oktober 2025

Konflik India dan Pakistan

Drone Pakistan Gempur Khyber Pakhtunkhwa, Warga Sipil Pashtun Jadi Korban

serangan itu sebagai tindakan sewenang-wenang dan bentuk pembunuhan ekstrajudisial, yang dilakukan tanpa melalui proses hukum.

Editor: Wahyu Aji
Wikipedia/Michał Derela
Dalam demonstrasi dramatis kehebatan perang elektroniknya, Pakistan dilaporkan telah menggunakan tindakan penanggulangan elektronik “soft-kill” untuk menjatuhkan pesawat nirawak amunisi WARMATE milik Angkatan Darat India tanpa melepaskan satu tembakan pun. Drone yang disita, sebuah amunisi taktis berkeliaran buatan Polandia yang dirancang untuk serangan presisi, ditemukan dalam keadaan utuh di sekitar Bandara Lahore , memberikan Pakistan kesempatan langka untuk mempelajari sistem operasional musuh dalam kondisi murni. 

TRIBUNNEWS.COM, JAKARTA - Militer Pakistan telah melancarkan serangan udara terhadap komunitas suku Pashtun di Khyber Pakhtunkhwa melalui penggunaan pesawat tak berawak (drone), menurut laporan kantor berita European Times baru-baru ini.

Serangan tersebut terjadi tak lama setelah kekalahan militer Pakistan dalam konflik dengan India.

Dalam laporannya, European Times dikutip, Selasa (27/5/2025), menyebut serangan itu sebagai tindakan sewenang-wenang dan bentuk pembunuhan ekstrajudisial, yang dilakukan tanpa melalui proses hukum.

 

Serangan ini khususnya menyasar komunitas Pashtun yang menolak untuk memihak Pakistan dalam konflik dengan India.

Penolakan untuk memihak militer Pakistan tidak hanya datang dari warga sipil, tetapi juga dari politisi dan aktivis Pashtun.

Laporan menunjukkan bahwa sikap tersebut memicu kemarahan dan frustrasi di Rawalpindi, yang kemudian membalas dengan serangan terhadap komunitas Pashtun.

Dalam operasi militer sebelumnya di wilayah yang didominasi oleh suku Pashtun, jet tempur telah digunakan dengan dalih menargetkan persembunyian militan.

Namun, banyak anggota komunitas Pashtun menyalahkan tindakan militer brutal ini sebagai cerminan supremasi etnis "Punjabi" di Pakistan.

Represi terhadap Komunitas Pashtun

Sejak kembalinya Taliban ke tampuk kekuasaan di Afghanistan pada Agustus 2021, elite militer Pakistan—yang didominasi oleh etnis Punjabi—semakin khawatir akan potensi konsolidasi kekuatan Pashtun di kawasan tersebut, khususnya dengan meningkatnya seruan untuk pembentukan “Pashtunistan.”

Pemerintahan Taliban sendiri menolak untuk tunduk pada pengaruh Islamabad dan menolak berbagai kebijakan bilateral, termasuk pagar perbatasan sepihak, legitimasi Garis Durand, serta persoalan perdagangan.

Sementara itu, sejak November 2023, Pakistan mulai secara paksa mendeportasi ratusan ribu pengungsi Afghanistan—baik legal maupun ilegal—yang mayoritas berasal dari etnis Pashtun, di kedua sisi perbatasan. Ini memperlihatkan bagaimana elite Pakistan secara sistematis menghukum kelompok minoritas tersebut.

Dalam setahun terakhir, insiden serangan pesawat nirawak di wilayah suku Khyber Pakhtunkhwa meningkat drastis.

Militer Pakistan beralasan bahwa serangan tersebut menargetkan tempat persembunyian Tehrik-i-Taliban Pakistan (TTP), tetapi tujuan sebenarnya diyakini untuk menciptakan ketakutan dan ketidakstabilan di wilayah tersebut.

Hingga kini, tidak ada bukti kuat bahwa serangan itu berhasil menghambat aktivitas TTP atau kelompok militan lainnya. Sebaliknya, laporan korban sipil terus meningkat—termasuk perempuan dan anak-anak—sementara media arus utama Pakistan dikendalikan sepenuhnya oleh militer dan tidak diizinkan mengungkap fakta di lapangan. Bahkan pemerintah provinsi Khyber Pakhtunkhwa dilarang menyampaikan informasi secara terbuka.

Halaman
123
Rekomendasi untuk Anda

Berita Terkini

© 2025 TribunNews.com, a subsidiary of KG Media. All Right Reserved