Konflik Rusia Vs Ukraina
Rusia-NATO Kian Tegang, Moskow Kerahkan Rudal Udara-ke-Udara Berhulu Ledak Nuklir Misterius
Status rudal jarak jauh nuklir tersebut saat ini di dalam Pasukan Dirgantara Rusia (VKS) sebagian besar masih belum banyak diketahui
Runtuhnya Uni Soviet pada tahun 1991 semakin mengurangi penekanan pada rudal udara-ke-udara bertenaga nuklir, karena Rusia berfokus pada modernisasi pasukan konvensionalnya.
"Laporan DIA menunjukkan kalau keputusan Rusia untuk menghidupkan kembali konsep ini mencerminkan strategi yang lebih luas untuk memperkuat persenjataan nuklirnya, sebuah langkah yang sejalan dengan perkembangan terkini dalam kemampuan nuklir strategis dan non-strategisnya," urai laporan BM.
Varian konvensional R-37M telah membuktikan kehebatannya dalam pengaturan operasional.
Sejak dimulainya invasi Rusia ke Ukraina pada Februari 2022, rudal tersebut telah digunakan secara luas oleh VKS untuk menargetkan pesawat Ukraina pada jarak jauh.
Laporan dari sumber terbuka menunjukkan kalau R-37M telah digunakan dari pencegat MiG-31BM untuk menyerang pesawat tempur Su-27 dan MiG-29 Ukraina, sering kali pada jarak yang menyulitkan serangan balik.
Jangkauan rudal yang jauh memungkinkan pilot Rusia untuk tetap berada di luar jangkauan rudal udara-ke-udara jarak pendek, seperti AIM-9 Sidewinder yang dipasok AS atau AIM-120 AMRAAM yang digunakan oleh pasukan Ukraina.
"Pengalaman operasional ini menggarisbawahi efektivitas R-37M sebagai senjata jarak jauh, yang mampu membentuk medan perang dengan mencegah superioritas udara musuh," kata laporan tersebut.

Berpotensi Targetkan Aset Strategis NATO
Penambahan hulu ledak nuklir dapat memperkuat kemampuan ini, memungkinkan VKS untuk menargetkan aset bernilai tinggi seperti AWACS E-3 Sentry milik NATO atau pesawat pengebom siluman B-21 Raider milik Angkatan Udara AS, meskipun kepraktisan senjata semacam itu dalam pertempuran udara modern masih belum pasti.
Membandingkan R-37M dengan pesaing globalnya menyoroti posisi uniknya dalam peperangan udara-ke-udara.
AIM-120D AMRAAM AS, iterasi terbaru dari Rudal Udara-ke-Udara Jarak Menengah Canggih, memiliki jangkauan sekitar 180 kilometer dan mengandalkan radar aktif untuk serangan presisi.
Meskipun sangat efektif, AMRAAM tidak memiliki jangkauan ekstrem seperti R-37M dan tidak dirancang untuk membawa hulu ledak nuklir.
Rudal PL-15 China, yang digunakan pada pesawat tempur siluman J-20, menawarkan jangkauan yang sebanding dengan R-37M, diperkirakan 200 hingga 300 kilometer, dan dilengkapi radar canggih serta sistem pemandu inframerah.
Baca juga: Intelijen Barat Negara 5 Mata Mau Bedah Fragmen Rudal PL-15 Buatan China yang Ditemukan di India
Namun, tidak ada bukti publik bahwa Cina tengah mengembangkan varian nuklir PL-15, yang menunjukkan rudal baru Rusia ini unik dalam kategorinya.
Kemampuan R-37M untuk beroperasi dari berbagai platform, termasuk MiG-31BM yang terbang di ketinggian tinggi dan berkecepatan tinggi, memberinya fleksibilitas yang hanya dapat ditandingi oleh beberapa rudal lainnya.
Radar Zaslon-AM milik MiG-31BM, yang mampu mendeteksi target pada jarak lebih dari 400 kilometer, melengkapi kemampuan jarak jauh R-37M, yang memungkinkan pertempuran pada jarak yang menantang pertahanan udara Barat yang paling canggih sekalipun.
Konflik Rusia Vs Ukraina
Pamer Kekuatan: Rusia–Belarus Gelar Latihan Perang, Kerahkan Rudal Nuklir, Jet Bomber, hingga Tank |
---|
Diplomasi Besi Putin ke NATO, AS Kirim Perwira Pantau Latihan Perang Besar-besaran Rusia-Belarus |
---|
Perang Kuras Keuangan Ukraina, Presiden Zelensky Butuh 120 Miliar Dolar untuk Lawan Rusia di 2026 |
---|
Rumania Naik Pitam, Panggil Dubes Rusia usai Insiden Drone Tembus ke Wilayah Udara |
---|
Ukraina Klaim Hancurkan Sistem Pertahanan Udara Rusia Buk-M3 Senilai Rp655 Miliar |
---|
Isi komentar sepenuhnya adalah tanggung jawab pengguna dan diatur dalam UU ITE.