Trump Terapkan Tarif Timbal Balik
Trump Tutup Pintu Negosiasi: Apa Dampaknya bagi Mitra Dagang AS?
Trump mengumumkan bahwa pemerintahannya akan memperbarui bea baru bagi puluhan negara di berbagai dunia setelah kebijakan ini ditunda selama 90 hari
TRIBUNNEWS.COM - Presiden Amerika Serikat, Donald Trump, baru-baru ini mengumumkan bahwa pemerintahannya akan memberlakukan kenaikan tarif baru bagi sejumlah negara yang enggan untuk berunding.
Keputusan ini diambil setelah Menteri Keuangan AS, Scott Bessent, dan Menteri Perdagangan, Howard Lutnick, mengirimkan surat yang berisi rencana kenaikan tarif kepada beberapa mitra dagang AS.
Namun, hingga kini, belum ada penjelasan dari Trump atau juru bicara Gedung Putih mengenai kapan tepatnya kenaikan tarif tersebut akan mulai diberlakukan.
Mengapa Kenaikan Tarif Menjadi Isu Penting?
Beberapa pihak melihat langkah ini sebagai sinyal bahwa pintu negosiasi untuk mencapai kesepakatan perdagangan dengan AS mulai tertutup.
Pada 2 April lalu, Trump sempat mengumumkan kenaikan tarif yang signifikan untuk mitra dagangnya, termasuk Indonesia.
Meski demikian, keputusan tersebut ditunda selama 90 hari di tengah kepanikan pasar investasi, dengan harapan bahwa negara-negara lain akan mengambil kesempatan ini untuk bernegosiasi dengan AS.
Namun, dalam beberapa pekan terakhir, Trump tampaknya enggan untuk melanjutkan negosiasi secara langsung dengan mitra dagangnya.
Dia menjelaskan bahwa dengan 150 negara yang ingin melakukan kesepakatan, tidak mungkin untuk memenuhi semua permintaan tersebut. "Saya kira hal tersebut cukup adil.
Namun, tidak mungkin kami bisa menyambangi semua orang yang ingin menemui kami," ungkap Trump saat bertemu dengan para pengusaha di Uni Emirat Arab, sebagaimana dilaporkan oleh The Guardian.
Apakah Ada Rencana Pemangkasan Tarif untuk China?
Di tengah pembicaraan mengenai kenaikan tarif, ada pula isu pemangkasan tarif impor untuk barang-barang dari China.
Menurut sumber yang dilaporkan Wall Street Journal (WSJ), Trump sedang mempertimbangkan untuk memangkas tarif impor dari level saat ini sebesar 14,5 persen menjadi antara 5 persen hingga 6,5 persen.
"Kami akan mencapai kesepakatan yang adil dengan China," kata Trump kepada wartawan di Al Jazeera, menanggapi harapan untuk kesepakatan tarif yang lebih baik.
Apa Pendapat Juru Bicara Gedung Putih?
Menanggapi isu pemangkasan tarif ini, Juru Bicara Gedung Putih, Kush Desai, menyatakan bahwa laporan mengenai tarif apapun hanyalah spekulasi hingga ada pernyataan resmi dari Trump.
Di sisi lain, Menteri Keuangan Scott Bessent menolak berkomentar mengenai laporan dari WSJ, namun ia mengisyaratkan bahwa tarif saat ini mungkin tidak bisa dipertahankan.
"Saya tidak tahu kapan negosiasi akan dimulai, tetapi perlu ada deeskalasi sebelum pembicaraan perdagangan dapat dilanjutkan," kata Bessent.
Isi komentar sepenuhnya adalah tanggung jawab pengguna dan diatur dalam UU ITE.