Konflik Rusia Vs Ukraina
Trump Tegur Putin Buntut Serangan Mematikan di Ukraina: Berhenti! 5.000 Tentara Tewas Setiap Minggu
Donald Trump mendesak Vladimir Putin untuk berhenti, setelah terjadi serangkaian serangan mematikan di ibu kota Ukraina, Kyiv.
TRIBUNNEWS.COM - Presiden Amerika Serikat (AS), Donald Trump, menyampaikan kritik langka terhadap Presiden Rusia, Vladimir Putin.
Donald Trump mendesak Vladimir Putin untuk berhenti, setelah terjadi serangkaian serangan mematikan di ibu kota Ukraina, Kyiv.
Dalam tegurannya, Trump menyebut sebanyak 5.000 tentara tewas setiap minggu.
"Saya tidak senang dengan serangan Rusia di Kyiv. Tidak perlu, dan waktunya sangat buruk. Vladimir, berhenti!"
"Lima ribu tentara tewas setiap minggu," ungkap Trump dalam sebuah unggahan di platform Truth Social miliknya, Kamis (24/4/2025).
"Mari kita selesaikan Perjanjian Damai!" tegasnya.
Serangan Rusia ke Kyiv
Diberitakan AP News, Rusia menyerang Kyiv dengan rentetan rudal dan pesawat nirawak selama berjam-jam, Kamis
Sebanyak 12 orang tewas dan 90 orang terluka dalam serangan paling mematikan di kota itu sejak Juli 2024 lalu.
Kekecewaan Trump meningkat karena upaya yang dipimpin AS untuk mencapai perjanjian damai antara Ukraina dan Rusia belum menemui kemajuan.
Komentar tentang Putin muncul setelah Trump mengecam Presiden Ukraina, Volodymyr Zelensky, pada hari Rabu, dan menuduhnya memperpanjang "medan pembantaian" dengan menolak menyerahkan Semenanjung Krimea yang diduduki Rusia sebagai bagian dari kemungkinan kesepakatan.
Baca juga: Putin Bicara Senjata Pemusnah Massal hingga Sistem Laser Canggih: Kami Harus Selangkah Lebih Maju
Rusia secara ilegal mencaplok wilayah itu pada 2014.
Dengan pernyataannya, Putin menunjukkan "waktu yang sangat buruk" dengan serangan besar-besaran tersebut, Trump tampaknya mengisyaratkan pemimpin Rusia itu tidak membantu dirinya sendiri dalam mencapai tuntutan Kremlin agar setiap perjanjian damai mencakup Rusia yang tetap mengendalikan Krimea serta wilayah Ukraina di wilayah Luhansk, Donetsk, Zaporizhzhia, dan Kherson yang telah direbutnya sejak invasi pada Februari 2022.
Kemudian pada hari Kamis, selama pertemuan di Ruang Oval dengan Perdana Menteri Norwegia, Jonas Gahr Støre, Trump mengatakan Krimea diambil alih dari Ukraina tanpa perlawanan.
Ia juga mencatat, aneksasi semenanjung Laut Hitam terjadi di bawah pengawasan Presiden Barack Obama.
Ketika ditanya apa yang sedang dilakukan Putin saat ini untuk membantu mencapai kesepakatan damai, Trump menjawab, "menghentikan pengambilan alih seluruh negara, konsesi yang cukup besar."
Isi komentar sepenuhnya adalah tanggung jawab pengguna dan diatur dalam UU ITE.