Senin, 6 Oktober 2025

Konflik Rusia Vs Ukraina

China Bantah Tuduhan Zelensky, Klarifikasi Soal Warganya Ditangkap di Ukraina: Bukan Tentara Bayaran

China tolak tudingan Presiden Ukraina Volodymyr Zelensky yang sebut ratusan warga negaranya ikut bertempur di garis depan dalam perang Rusia-Ukraina.

Kantor Kepresidenan Ukraina
ZELENSKY - Foto ini diambil pada Rabu (19/3/2025) dari publikasi resmi Kantor Presiden Ukraina, memperlihatkan Presiden Ukraina Volodymyr Zelensky menghadiri acara Hari Relawan Militer Ukraina pada 14 Maret 2025. Zelensky mengklaim sedikitnya 155 warga negara Tiongkok kini bertempur di pihak Rusia, berdasarkan data intelijen Ukraina, China beri klarifikasi. 

TRIBUNNEWS.COM - Pemerintah Tiongkok menolak tudingan Presiden Ukraina, Volodymyr Zelensky yang menyebut ratusan warga negaranya ikut bertempur di garis depan dalam perang Rusia-Ukraina.

Penolakan ini muncul setelah Ukraina menangkap dua warga Tiongkok dan menggelar konferensi pers pada Senin (14/2025), seperti dilaporkan The Guardian dan Reuters.

Dalam konferensi tersebut, dua pria Tiongkok yang kini menjadi tawanan perang mengaku awalnya dijanjikan pekerjaan sipil.

Namun mereka berkata malah akhirnya dikirim ke medan tempur sebagai tentara bayaran Rusia.

Keduanya juga memperingatkan warga negaranya agar tidak terlibat dalam konflik.

Mereka berharap bisa dipulangkan lewat pertukaran tawanan.

Menanggapi peristiwa ini, juru bicara Kementerian Luar Negeri Tiongkok, Lin Jian mengatakan, Beijing sedang memverifikasi informasi penangkapan dua warganya.

Ia menegaskan Tiongkok bersikap objektif dan tidak memihak dalam konflik.

Jian menyebut tuduhan tersebut sebagai bentuk "manipulasi dan sensasi", dikutip dari Al Jazeera.

Zelensky sebelumnya menuding Rusia telah merekrut warga asing, termasuk dari Tiongkok, melalui media sosial.

Ia mengklaim sedikitnya 155 warga negara Tiongkok kini bertempur di pihak Rusia, berdasarkan data intelijen Ukraina.

Janji Kerja Sipil, Malah Dikirim ke Medan Tempur

Dinas Keamanan Ukraina (SBU) merilis keterangan tentang dua tahanan, Zhang Renbo dan Wang Guangjun, yang mengaku ditipu oleh perekrut.

Zhang mengira akan bekerja di bidang rehabilitasi, sementara Wang ditawari pekerjaan konstruksi.

Baca juga: Perang Rusia-Ukraina Hari ke-1.148: Soal Warganya Turut Berperang, China Lontarkan Bantahan

Namun, mereka justru dikontrak sebagai tentara, tanpa pemahaman penuh mengenai isi kontrak karena semua dokumen berbahasa Rusia.

Zhang mengaku sempat menolak ikut bertempur, tapi tetap dikirim ke garis depan.

Ia juga diberikan kartu berisi 200 ribu rubel.

Parahnya kartu tersebut tidak bisa digunakan karena sering diambil kembali oleh tentara Rusia untuk membeli kebutuhan seperti bahan bakar dan power bank.

Terpengaruh Propaganda Media Sosial

Keduanya mengaku terpapar propaganda pro-Rusia di media sosial Tiongkok, yang menggambarkan menjadi tentara sebagai profesi yang membanggakan.

"Di media sosial, banyak orang memakai seragam militer. Jadi, orang mungkin tergoda ikut bergabung," kata salah satu dari mereka.

Dari Moskow ke Donetsk, Lalu Ditangkap

Wang tiba di Moskow pada 5 Februari dan hanya 20 hari kemudian sudah menjadi prajurit kontrak.

Ia dipindahkan ke Rostov dan dikirim ke wilayah Donetsk pada 1 April.

Zhang tiba lebih awal pada Desember 2024, dan dalam waktu empat hari sudah masuk ke wilayah konflik.

Mereka ditangkap pada awal April dan mengklaim tidak membunuh tentara Ukraina karena sudah lama tidak aktif di medan tempur.

Keduanya menyatakan ingin pulang ke Tiongkok meski sadar akan menghadapi hukuman karena terlibat dalam perang asing.

Ukraina Panggil Perwakilan Tiongkok

Pemerintah Ukraina memanggil kuasa usaha Tiongkok untuk meminta klarifikasi atas keterlibatan warganya.

Baca juga: 5 Populer Internasional: Kursk Membara, Drone Ukraina Serbu Rusia - Bantuan untuk Harvard Dibekukan

Dilansir The Guardian, hingga kini belum ada tanggapan resmi dari pemerintah Tiongkok terkait penangkapan tersebut.

Sikap Netral Tiongkok Dipertanyakan

Tiongkok selama ini menjaga posisi netral.

Meski tidak mengutuk invasi Rusia secara terbuka, Beijing juga tidak memberikan dukungan militer kepada Moskow.

Pada Februari 2023, Tiongkok sempat mengusulkan "rencana perdamaian" 12 poin, namun belum menyatakan dukungan terhadap "formula perdamaian" yang diajukan Ukraina.

Washington juga menyatakan bahwa Tiongkok tidak memberikan senjata ke Rusia, menurut pernyataan Departemen Luar Negeri AS pada April 2023.

(Tribunnews.com, Andari Wulan Nugrahani)

Sumber: TribunSolo.com
Rekomendasi untuk Anda

Berita Terkini

© 2025 TribunNews.com, a subsidiary of KG Media. All Right Reserved