Konflik Rusia Vs Ukraina
Terungkap! Tahanan Perang Tiongkok Bongkar Modus Rusia Rekrut Tentara Asing di Ukraina
Dua warga negara Tiongkok ditangkap di Ukraina, dijanjikan pekerjaan sipil tapi justru jadi tentara dan ikut perang kini ingin ikut pertukaran tahanan
TRIBUNNEWS.COM - Dua warga negara Tiongkok yang ditangkap di Ukraina mengungkap bagaimana mereka direkrut oleh tentara Rusia dan akhirnya menjadi tahanan perang.
Dalam konferensi pers yang digelar oleh Dinas Keamanan Ukraina, seperti dilaporkan oleh Suspilne, para tahanan menceritakan kronologi perekrutan, perjalanan ke garis depan, dan kondisi penahanan mereka.
Dijanjikan Pekerjaan Sipil, Justru Jadi Tentara
Zhang Renbo dan Wang Guangjun mengaku direkrut oleh perantara yang menawarkan pekerjaan non-militer di Rusia.
Zhang mengira akan bekerja di bidang rehabilitasi, sementara Wang ditawari pekerjaan sebagai pekerja konstruksi.
Namun kenyataannya, mereka justru direkrut menjadi tentara.
Zhang mengatakan awalnya menolak ikut bertempur, namun tetap dikirim ke garis depan.
"Awalnya saya menolak untuk berpartisipasi dalam pertempuran, tapi saya kemudian dikirim ke garis depan," kata Zhang.
Wang mengaku tidak diberi informasi lengkap mengenai kontrak, termasuk kewajiban dan kompensasi.
Semua dokumen berbahasa Rusia, dan komunikasi hanya dilakukan lewat isyarat.
Baca juga: Perang Rusia-Ukraina Hari ke-1.147: Trump Tuding Putin yang Memulai Perang
Zhang juga menceritakan bahwa ia diberi kartu berisi uang 200 ribu rubel, tapi tidak bisa menggunakannya.
Kartu itu sering diambil kembali oleh orang Rusia untuk membeli bahan bakar dan power bank.
Propaganda di Media Sosial Tiongkok
Keduanya menyebut propaganda pro-Rusia tersebar luas di media dan media sosial Tiongkok.
Menurut mereka, Rusia mempromosikan "kemenangan" secara masif dan menjadi tentara terlihat sebagai profesi bergengsi.
"Di media sosial Tiongkok, banyak yang memakai seragam militer. Jadi orang mungkin tergoda untuk bergabung," kata salah satu tahanan.
Dari Moskow ke Donetsk, Lalu Ditangkap
Wang tiba di Moskow pada 5 Februari dan hanya 20 hari kemudian sudah menjadi prajurit kontrak.
Ia dipindahkan ke Rostov, lalu dikirim ke garis depan di wilayah Donetsk pada 1 April.
Zhang tiba lebih awal, pada 24 Desember 2024.
Hanya empat hari kemudian, ia masuk Rostov sebagai kontraktor Angkatan Bersenjata Rusia.
Pada awal Februari, ia sudah berada di Donetsk, dan akhirnya ditangkap pada 5 April.
Keduanya mengklaim tidak membunuh tentara Ukraina karena sudah lama tidak berada di garis depan saat ditangkap.
Ingin Pulang ke Tiongkok
Zhang dan Wang menyatakan ingin kembali ke Tiongkok sebagai bagian dari pertukaran tahanan.
Mereka juga menyebut bahwa keluarga tidak mengetahui penahanan ini.
Zhang mengatakan mereka sadar akan menghadapi hukuman setibanya di Tiongkok karena terlibat dalam perang asing, namun tetap berharap bisa pulang.

Reaksi Ukraina dan Tiongkok
Pada 8 April, Presiden Volodymyr Zelensky mengumumkan bahwa dua warga negara Tiongkok ditangkap di wilayah Donetsk karena bertempur bersama tentara Rusia.
Kementerian Luar Negeri Ukraina memanggil kuasa usaha Tiongkok untuk meminta penjelasan atas partisipasi warga negaranya dalam perang.
Tiongkok sendiri menyatakan sedang memverifikasi informasi tersebut.
Pada 9 April, Zelensky menyebut setidaknya ada 155 warga Tiongkok yang bertempur bersama tentara Rusia, berdasarkan data intelijen Ukraina.
Namun, Kementerian Luar Negeri Tiongkok mengatakan tidak mengetahui informasi tersebut.
Dilansir The Guardian, belum ada tanggapan resmi dari pemerintah Tiongkok terkait penangkapan ini.
Zelensky sebelumnya menyebut Moskow aktif merekrut warga asing untuk memperkuat pasukannya.
Jika terbukti, keterlibatan warga Tiongkok bisa memperkeruh posisi netral Beijing dalam konflik ini.
Sikap Tiongkok terhadap Perang Rusia-Ukraina
Baca juga: Rusia Tuduh Ukraina Gunakan Warga Sipil sebagai Tameng Manusia, Fasilitas Militer Ada di Pusat Kota
Tiongkok tidak secara eksplisit mengutuk invasi Rusia ke Ukraina.
Meski tidak mendukung Rusia di PBB, Beijing juga tidak menentang invasi tersebut secara terbuka.
Tiongkok menyerukan penyelesaian damai dan pernah mengusulkan "rencana perdamaian" 12 poin pada 24 Februari 2023, termasuk penghormatan terhadap kedaulatan negara dan penghentian permusuhan.
Namun, hingga kini Tiongkok belum mendukung "formula perdamaian" yang diajukan Ukraina
Beijing juga menolak memberikan senjata ke Rusia, menurut pernyataan juru bicara Departemen Luar Negeri AS pada April 2023 lalu.
(Tribunnews.com, Andari Wulan Nugrahani)
Isi komentar sepenuhnya adalah tanggung jawab pengguna dan diatur dalam UU ITE.