Rabu, 1 Oktober 2025

Trump Terapkan Tarif Timbal Balik

China Bisa Jatuhkan Ekonomi AS, Balas Dendam Tarif Trump Pakai Utang Rp12.000 Triliun

Di tengah gelombang tarif tinggi dari Presiden Donald Trump, China menyimpan “senjata ekonomi” mematikan: utang AS senilai ribuan triliun rupiah.

Instagram Xi Jinping
PERTEMUAN DI BALAI AGUNG RAKYAT - Presiden China Xi Jinping menggelar pertemuan darurat dengan para pemimpin bisnis swasta terkemuka di negaranya, Senin (17/2/2025). Beijing menuduh AS melanggar aturan Organisasi Perdagangan Dunia (WTO). 

Penjualan besar-besaran obligasi akan menurunkan nilai dolar, tapi juga memperkuat yuan, mata uang China.

Hal ini bisa merugikan ekspor China karena barang-barang buatan mereka menjadi lebih mahal di pasar global.

"China tak ingin nilai mata uangnya terlalu tinggi karena dolar adalah standar perdagangan dunia," tambah Jacquez.

Di sisi lain, jika AS menerbitkan lebih banyak surat utang, dan China tetap membelinya, itu juga bisa melemahkan struktur ekonomi AS.

"Jumlah utang yang berlebih akan melemahkan dolar," kata James Mohs, profesor di Universitas New Haven.

Tetap saja, jika China benar-benar menjual obligasi, Federal Reserve (The Fed) dapat mengambil langkah penyeimbang.

Langkah yang dimaksud adalah quantitative easing (QE), di mana The Fed membeli obligasi pemerintah dalam jumlah besar untuk menurunkan suku bunga dan merangsang perekonomian.

Kebijakan ini pernah digunakan saat puncak pandemi COVID-19.

Namun saat ini, kebijakan The Fed tidak pasti.

Mereka telah memberi sinyal bahwa pemotongan suku bunga tidak akan dilakukan dalam waktu dekat.

Morgan Stanley memperkirakan pemotongan suku bunga baru akan terjadi menjelang akhir tahun.

"Sulit bagi The Fed untuk merencanakan langkah berikutnya, apalagi jika presiden sendiri tampak tidak konsisten dengan kebijakan hariannya," ujar Jacquez.

Dampak perang dagang ini juga mulai dirasakan masyarakat.

Baca juga: Trump Salahkan Putin atas Agresi Rusia, Umumkan Proposal Baru untuk Akhiri Perang

Laporan Sentimen Konsumen Universitas Michigan yang dirilis pagi ini menunjukkan penurunan 11 persen dari bulan sebelumnya, mencerminkan kekhawatiran akan inflasi dan pendapatan pribadi.

Data serupa dari The Conference Board juga menunjukkan bahwa kepercayaan konsumen AS kini berada di titik terendah dalam 12 tahun.

Halaman
123
Sumber: TribunSolo.com
Rekomendasi untuk Anda

Berita Terkini

© 2025 TribunNews.com, a subsidiary of KG Media. All Right Reserved