China Makin Aktif Tanamkan Pengaruh, ASEAN Harus Mampu Menjaga Keseimbangan Hubungan
Hubungan antara China dengan negara-negara di Asia Tenggara belakangan ini merupakan fenomena yang menarik diperhatikan.
TRIBUNNEWS.COM, JAKARTA - Hubungan antara China dengan negara-negara di Asia Tenggara belakangan ini merupakan fenomena yang menarik diperhatikan.
Hal ini mengemuka dalam seminar bertajuk “Kepemimpinan Malaysia dan Diplomasi Tiongkok di ASEAN,” yang diselenggarakan di Jakarta, Senin, 29 September 2025.
ASEAN adalah singkatan dari Association of Southeast Asian Nations atau Perhimpunan Bangsa-Bangsa Asia Tenggara. Organisasi ini didirikan pada 8 Agustus 1967 di Bangkok.
Ketua Forum Sinologi Indonesia (FSI) Johanes Herlijanto menyatakan bahwa sejak sekitar tiga dasawarsa lalu, China berupaya untuk menangkal setiap perkembangan yang berpotensi mengganggu kepentingan nasionalnya melalui hubungannya dengan ASEAN, serta melalui kehadirannya dalam forum-forum yang digagas oleh ASEAN.
Menurut pemerhati China yang juga dosen Program Studi Ilmu Komunikasi Universitas Pelita Harapan (UPH) itu, keinginan RRC untuk memperkuat pengaruhnya di Asia Tenggara makin terlihat sejak Presiden Xi Jinping menduduki posisi kepemimpinan tertinggi di negeri itu.
“China telah menjalankan seperangkat inisiasif ekonomi, politik, diplomatik, dan sosial budaya dengan ASEAN dan negara-negara anggotanya untuk meningkatkan citra internasional China, serta memperkuat klaim teritorialnya di Laut China Selatan (LCS) dan Selat Taiwan,” tutur Johanes.
Seminar ini dipandu Ratih Kabinawa, peneliti mitra dari University of Western Australia yang juga menjadi peneliti mitra FSI.
Johanes menyampaikan pandangan, di antara strategi RRC untuk menanamkan pengaruhnya di Asia Tenggara yakni dengan mendekati negara yang sedang mendapat giliran menjadi ketua ASEAN.
“Hal ini karena posisi sebagai ketua ASEAN merupakan posisi yang sangat strategis, khususnya dalam membangun konsensus, mempersiapkan agenda, dan melakukan resolusi konflik dan mediasi diplomatik,” papar Johanes.
Menurutnya, kedekatan antara Malaysia dengan RRC menjadi salah satu kunci dari keberhasilannya sebagai ketua ASEAN tahun ini dalam memediasi konflik yang terjadi antara Thailand dan Kamboja.
Namun ia mengingatkan bahwa keberhasilan itu merupakan buah dari upaya perimbangan yang dilakukan Malaysia, baik dalam menjaga kedekatan dengan RRC maupun dengan kekuatan-kekuatan lainnya, termasuk dengan Amerika Serikat (AS).
Dengan kata lain, ia beranggapan bahwa upaya menjaga perimbangan hubungan dengan berbagai kekuatan besar adalah sangat penting.
Meski demikian, dalam pandangan Johanes, kedekatan yang berlebihan dengan RRC juga berpotensi menyebabkan ASEAN menjadi lemah, khususnya dalam ketegangan-ketegangan yang secara langsung melibatkan RRC.
“Misalnya, ASEAN mengalami kesulitan untuk bersuara lantang menghadapi China ketika negara itu melakukan tindakan agresif melalui kapal-kapal penjaga pantainya terhadap Filipina,” pungkasnya.
Dalam pandangan Eva Kurniati Situmorang, diplomat ahli madya yang bertugas pada Pusat Strategi Kebijakan Kawasan Asia Pasifik dan Afrika, Kementerian Luar Negeri Republik Indonesia, ASEAN memang mengambil pendekatan pragmatik yang berupaya menjaga hubungan baik bukan hanya dengan China tetapi juga dengan kekuatan-kekuatan besar lainnya.
Hasil Drawing Arctic Open 2025: Tiga Jagoan Indonesia Terhindar dari Unggulan di Babak Awal |
![]() |
---|
Pelaku UMKM Wajib Pelatihan Pengemasan Produk dan Melek Medsos Agar 'Go International' |
![]() |
---|
Bocor Skuad Irak Hadapi Timnas Indonesia & Arab Saudi: Pesan Khusus Graham Arnold untuk Pemain Como |
![]() |
---|
Agen Pegadaian Jadi Jembatan Layanan Investasi di Pelosok Negeri |
![]() |
---|
MBG Versi China Bikin 200 Siswa TK Keracunan Timbal, Pejabat Lokal Disuap Investor demi Tutupi Kasus |
![]() |
---|
Isi komentar sepenuhnya adalah tanggung jawab pengguna dan diatur dalam UU ITE.