Rabu, 1 Oktober 2025

Konflik Palestina Vs Israel

AS Gempur Yaman Lewat Udara, Houthi Serang Balik, Klaim Jatuhkan Drone MQ-9 Reaper

Kelompok Houthi menuduh AS membunuh warga sipil, menghancurkan fasilitas militer dan memaksa ribuan keluarga mengungsi.

Foto Angkatan Udara AS oleh Prajurit Kelas 1 William Rio Rosado
PESAWAT TANPA AWAK - Gambar dari Foto Angkatan Udara AS oleh Prajurit Kelas 1 William Rio Rosado menunjukkan sebuah MQ-9 Reaper menerbangkan misi pelatihan di atas Nevada Test and Training Range pada 15 Juli 2019. Menurut media Houthi al-Masirah, enam orang tewas dan lebih dari dua puluh lainnya terluka dalam serangan terbaru di provinsi Sanaa, Minggu (13/4/2025). 

TRIBUNNEWS.COM - Serangan udara Amerika Serikat di wilayah Yaman yang dikuasai kelompok Houthi kembali menelan korban jiwa.

Menurut media Houthi, al-Masirah, enam orang tewas dan lebih dari dua puluh lainnya terluka dalam serangan terbaru di Provinsi Sanaa, Minggu (13/4/2025).

Al Jazeera melaporkan bahwa dua serangan tambahan juga menghantam daerah al-Yatmah di distrik Khab dan al-Sha'af di Provinsi al-Jawf, wilayah utara Yaman.

Kelompok Houthi menuduh AS bertanggung jawab atas serangan yang mereka klaim menargetkan fasilitas sipil, termasuk pabrik keramik di lingkungan Bani Matar, Sanaa.

Rekaman dari al-Masirah memperlihatkan kobaran api besar dan tim penyelamat membawa korban dari lokasi yang porak-poranda.

Arab News menyebut bahwa petugas pemadam kebakaran berjuang memadamkan api di tengah puing-puing bangunan.

Dalam pernyataan terpisah, Houthi mengklaim telah menembak jatuh pesawat tanpa awak MQ-9 Reaper milik AS di atas Provinsi Hajjah menggunakan rudal darat-ke-udara buatan lokal.

Komando Pusat Militer AS (CENTCOM) mengatakan pihaknya menyadari adanya laporan tersebut, namun belum memberikan konfirmasi lebih lanjut.

Juru bicara militer Houthi, Yahya Saree menyebut ini merupakan kali keempat mereka berhasil menjatuhkan drone Reaper dalam dua pekan terakhir.

Pesawat nirawak MQ-9 Reaper buatan General Atomics bernilai sekitar US$30 juta per unit, mampu terbang hingga ketinggian 12.000 meter dan bertahan di udara selama lebih dari 30 jam.

Pesawat ini kerap digunakan AS dan CIA dalam operasi militer di Afghanistan, Irak, dan kini Yaman.

Baca juga: Perang AS di Yaman Membantu Meningkatkan Kemampuan Militer Houthi, Kata Pemimpin Ansarallah Houthi

Sejak 15 Maret 2025, AS telah melancarkan lebih dari 200 serangan udara terhadap Houthi sebagai bagian dari operasi yang diberi otorisasi langsung oleh Gedung Putih di bawah Presiden Donald Trump.

Serangan-serangan ini disebut menargetkan peluncur rudal, pangkalan militer, hingga personel senior Houthi, sebagai tanggapan atas gangguan mereka terhadap lalu lintas kapal di Laut Merah dan Teluk Aden.

Kementerian Kesehatan yang dikelola Houthi mengklaim lebih dari 120 orang telah tewas sejak kampanye udara dimulai.

Kelompok Houthi menuduh AS membunuh warga sipil, menghancurkan fasilitas militer dan memaksa ribuan keluarga mengungsi.

Halaman
12
Sumber: TribunSolo.com
Rekomendasi untuk Anda

Berita Terkini

© 2025 TribunNews.com, a subsidiary of KG Media. All Right Reserved