Trump Terapkan Tarif Timbal Balik
Trump Mendadak Ingin Berdamai dengan Tiongkok
Trump menyebut bahwa tekanan tarif tinggi akhirnya membuat Beijing mau duduk bersama mencari kesepakatan.
Penulis:
Andari Wulan Nugrahani
Editor:
Sri Juliati
Tarif yang berubah-ubah juga memukul usaha kecil yang tidak punya kapasitas untuk menyesuaikan diri dengan cepat.
“Ini bukan beban yang bisa ditanggung oleh bisnis kecil,” kata Stephen Lamar, CEO American Apparel & Footwear Association.
Perusahaan pelayaran Maersk memperingatkan bahwa tarif baru akan memicu kekacauan logistik dan lonjakan tarif pengiriman dalam beberapa bulan ke depan.
Di tengah ketidakpastian, banyak barang kini terbengkalai di pelabuhan karena tak diambil atau tak dibayar.
Perusahaan seperti JS Cargo, FR8 Auctions, dan Merchandise USA kini membeli kargo terbengkalai itu untuk dijual di pasar diskon.
Sementara para pengirim barang memilih pendekatan “wait and see" saat banyak negara bingung dengan arah kebijakan perdagangan AS.
Tidak Dapat Arahan Jelas
Menurut laporan Politico, diplomat dari berbagai negara menyatakan bahwa mereka tidak mendapatkan arahan jelas dari pemerintahan Trump tentang apa sebenarnya yang diinginkan AS.
“Kami benar-benar tidak tahu apa yang diinginkan,” ujar seorang diplomat Asia yang ikut dalam negosiasi.
Gedung Putih mulai memprioritaskan negosiasi dengan mitra strategis seperti Vietnam, India, Korea Selatan, dan Jepang, sementara negara-negara lain menunggu giliran—tetap membayar tarif tinggi tanpa kepastian kapan bisa dinegosiasikan.
Trump memangkas sebagian tarif menjadi 10 persen untuk 90 hari ke depan bagi negara-negara tersebut, namun pengecualian itu tidak berlaku bagi Tiongkok.
Baca juga: Tarif Impor Trump Bawa Bencana Buruk Bagi Negara Berkembang, Asia dan Afrika Paling Terdampak
Banyak negara akhirnya mengajukan permintaan formal untuk perundingan bilateral, termasuk Jepang yang mengirim pejabat tinggi ke Washington untuk membahas hambatan non-tarif.
Namun upaya menghapus hambatan nontarif justru dinilai akan memperumit negosiasi.
“Amerika ingin kita memiliki mobil yang tidak aman dan ayam yang sakit,” sindir William Reinsch dari CSIS.
Sementara negara-negara kecil dengan ekonomi lemah punya ruang negosiasi yang sempit untuk bisa lolos dari tarif tetap Trump sebesar 10 persen.
Trump bersikeras bahwa semua langkah ini bagian dari “seni bertransaksi” untuk mencapai kesepakatan terbaik bagi AS.
(Tribunnews.com, Andari Wulan Nugrahani)
Isi komentar sepenuhnya adalah tanggung jawab pengguna dan diatur dalam UU ITE.