Konflik Rusia Vs Ukraina
Trump Ancam Rusia soal Ukraina: Bertindak atau Diam!, Lavrov Malah Beri Pujian
Donald Trump pada Sabtu (12/4/2025) memperingatkan Rusia untuk segera mengambil tindakan atau berhenti berbicara terkait konflik Ukraina.
Penulis:
Andari Wulan Nugrahani
Editor:
Bobby Wiratama
TRIBUNNEWS.COM - Presiden Amerika Serikat (AS) Donald Trump pada Sabtu (12/4/2025) memperingatkan Rusia untuk segera mengambil tindakan atau berhenti berbicara terkait konflik Ukraina.
"Saya pikir hubungan Ukraina dan Rusia bisa saja berjalan baik, dan Anda akan segera mengetahuinya," kata Trump dalam pernyataan yang disampaikan kepada wartawan di pesawat Air Force One, dikutip dari Reuters.
Namun, Trump menegaskan, "Ada titik di mana Anda harus bertindak atau diam saja. Kita lihat saja apa yang terjadi, tapi menurut saya semuanya berjalan baik."
Komentar ini muncul sehari setelah Trump menunjukkan rasa frustrasinya terhadap Rusia dan meminta Moskow untuk segera bergerak maju dalam mencapai kesepakatan damai dengan Ukraina.
Gencatan Senjata AS-Rusia Terhenti
Perundingan gencatan senjata yang sedang berlangsung antara AS dan Rusia, yang bertujuan mencapai kesepakatan damai, terhenti akibat perbedaan pandangan mengenai syarat penghentian permusuhan sepenuhnya.
Trump juga mempertimbangkan sanksi sekunder terhadap negara-negara yang membeli minyak Rusia jika Moskow terus menunda penyelesaian kesepakatan, Suspilne melaporkan.
Pada Jumat (11/4/2025), utusan khusus Trump, Steve Witkoff, bertemu dengan Presiden Rusia Vladimir Putin untuk membahas kemungkinan kesepakatan damai yang lebih konkrit.
Pertemuan ini berlangsung lebih dari empat jam, namun rincian pembicaraan tidak diungkapkan.
Lavrov Memuji Trump
Sementara itu, Menteri Luar Negeri Rusia Sergei Lavrov memuji sikap Trump atas pemahamannya yang lebih dalam mengenai akar konflik Ukraina dibandingkan pemimpin Barat lainnya.
Baca juga: 5 Jam Donald Trump Diperiksa Kesehatannya di Rumah Sakit Militer AS
Lavrov mengungkapkan, "Trump adalah yang pertama dan mungkin satu-satunya pemimpin Barat yang dengan keyakinan menyatakan bahwa menarik Ukraina ke NATO adalah kesalahan besar," katanya dalam Forum Diplomasi Antalya di Turki.
Lavrov menambahkan bahwa keinginan Ukraina untuk bergabung dengan NATO adalah salah satu penyebab utama ketegangan yang harus diselesaikan untuk menciptakan perdamaian jangka panjang.
Selain itu, Lavrov membela Rusia atas tuduhan pelanggaran gencatan senjata yang melibatkan serangan terhadap infrastruktur energi Ukraina.
Ia menyatakan bahwa Moskow telah memenuhi komitmennya, sementara Ukraina justru terus menyerang fasilitas energi Rusia.
(Tribunnews.com, Andari Wulan Nugrahani)
Isi komentar sepenuhnya adalah tanggung jawab pengguna dan diatur dalam UU ITE.