Sabtu, 4 Oktober 2025

Konflik Iran Vs Israel

Diplomasi Kapal Perang, Iran Dikepung Senjata Amerika: Peta Penumpukan Aset Militer AS di Teluk

AS menggunakan diplomasi kapal perang sebagai ancaman terhadap Iran untuk menghentikan program nuklirnya dalam perundingan di Oman.

tangkap layar/NW
KEPUNG IRAN - Foto tagkap layar NW, Minggu (13/4/2025) menunjukkan peta penempatan aset militer Amerika Serikat (AS) yang mengepung Iran. Manuver AS ini bertepatan dengan pembicaraan negosiasi AS-Iran di Oman soal pengembangan nuklir Teheran. AS ingin agar Iran menyetop segala sesuatu terkait pengembangan nuklir, adapaun Teheran beralasan kalau program pengayaan nuklir mereka untuk kebutuhan energi. 

Baterai peluncur persenjataan peluru kendali Terminal High Altitude Area Defense (THAAD) kedua juga telah dikerahkan ke Israel

Sistem senilai 1 miliar dolar AS, yang terintegrasi dengan radar dan pertahanan udara Israel, dapat mencegat target hingga 124 mil jauhnya. 

Sekitar 100 tentara AS ditempatkan di Israel untuk mengoperasikannya.

Baca juga: Mau Bom Iran, AS Kirim Sistem Rudal THAAD Kedua ke Israel

Pentagon juga telah menempatkan pesawat pengebom siluman B-2 Spirit di Diego Garcia di Samudra Hindia, menempatkannya dalam jangkauan target fasilitas Iran

Pesawat berkemampuan nuklir ini mampu melakukan misi penetrasi dalam dan merupakan bagian dari postur pencegahan yang lebih luas saat AS bersiap menghadapi kemungkinan konfrontasi .

Militer Amerika KEPUNG IRAN
KEPUNG IRAN - Foto tagkap layar NW, Minggu (13/4/2025) menunjukkan peta penempatan aset militer Amerika Serikat (AS) yang mengepung Iran. Manuver AS ini bertepatan dengan pembicaraan negosiasi AS-Iran di Oman soal pengembangan nuklir Teheran. AS ingin agar Iran menyetop segala sesuatu terkait pengembangan nuklir, adapaun Teheran beralasan kalau program pengayaan nuklir mereka untuk kebutuhan energi.

Dua kelompok penyerang kapal induk AS kini juga berada di wilayah tersebut.

Pengerahan USS Harry S. Truman telah diperpanjang, sementara USS Carl Vinson telah tiba dengan kelengkapan pesawat tempurnya. Ini termasuk A-10 Thunderbolt II dan jet F/A-18 tambahan, yang mampu memberikan dukungan udara berkelanjutan dalam suatu konflik.

Kedua kelompok kapal induk tersebut meningkatkan kemampuan Amerika untuk mencegah provokasi angkatan laut Iran dan menanggapi berbagai ancaman, termasuk serangan Houthi terhadap pengiriman barang di Laut Merah.

Kapal perang dan pesawat AS diketahui telah melakukan serangan udara di Yaman untuk menghentikan operasi Houthi.

Baca juga: AS Gagal Lemahkan Houthi Yaman Meski Habiskan Hampir Rp 16,5 Triliun dalam 3 Pekan Serangan

Dr. Sina Azodi , Dosen Hubungan Internasional, Universitas George Washington mengatakan baik AS maupun Iran sama-sama memanfaatkan perundingan ini untuk mengukur niat masing-masing.

"Saya pikir Iran sedang menjajaki diplomasi dengan pemerintahan Trump untuk melihat parameter kesepakatan ini. Jika AS ingin menghentikan program nuklir Teheran, tidak akan ada kesepakatan karena Iran tidak akan menerimanya. Namun, jika AS, seperti yang dikatakan Trump dan Steven Witkoff, hanya ingin verifikasi, maka ada peluang untuk mencapai kesepakatan – dengan syarat AS akan menerima kapasitas pengayaan di Iran."

Di tengah situasi ini, Laksamana Sam Paparo, Komando Indo-Pasifik AS berkata kalau kekuatan militer untuk antisipasi kegagalan perundingan, sudah disiapkan.

"Hanya setelah memindahkan satu batalion Patriot ke AOR CENTCOM, dibutuhkan 73 penerbangan kargo C-17 untuk bergerak... Kebutuhan daya angkut kita harus diperhatikan," papar Paparo menjelaskan pergerakan militernya.

Juru bicara Kementerian Luar Negeri Iran Esmaeil Baghaei menyatakan: "Dengan sungguh-sungguh dan penuh kewaspadaan, kami memberikan kesempatan yang sesungguhnya kepada diplomasi. AS harus menghargai keputusan yang diambil ini meskipun mereka sedang dilanda kehebohan yang bersifat konfrontatif."

"Utusan Khusus AS Steve Witkoff dan Menteri Luar Negeri Iran Abbas Araghchi akan memimpin delegasi masing-masing di Muscat, Oman, pada hari Sabtu. Terlepas dari apakah diplomasi berhasil atau konflik meningkat, postur militer Washington menunjukkan bahwa mereka tengah mempersiapkan diri untuk kedua kemungkinan tersebut," tulis penutup ulasan NW soal penumpukan aset militer AS di Timur Tengah.

 

(oln/nw/*)

Rekomendasi untuk Anda

Berita Terkini

© 2025 TribunNews.com, a subsidiary of KG Media. All Right Reserved