Trump Terapkan Tarif Timbal Balik
Tarif Impor Trump Picu Panic Buying, Warga AS Ramai-ramai Serbu Supermarket untuk Timbun Barang
Sebanyak 70 negara dilaporkan mulai saling berlomba merayu AS agar dapat mengajukan negosiasi tarif impor yang telah ditetapkan.
TRIBUNNEWS.COM, WASHINGTON – Sejumlah konsumen di berbagai kota di Amerika Serikat (AS) mulai dilanda panik buying, berlomba menimbun barang kebutuhan pokok akibat kebijakan tarif terbaru yang ditetapkan Presiden Donald Trump.
Adalah Thomas Jennings, salah satu warga New Jersey yang mengungkap bahwa supermarket di wilayahnya mulai ramai diserbu para konsumen menjelang berlakunya kebijakan tarif impor Donald Trump.
Sambil mendorong kereta belanja di salah satu Walmart Supercenter. Ia mengungkap bahwa dirinya dan beberapa orang mulai memborong berbagai produk mulai dari jus, bumbu, hingga tepung dan makanan kaleng dengan total dua kali lipat lebih banyak dari biasanya,
Panic buying ini dirasakan banyak pembeli AS lainnya termasuk Jennings, lantaran mereka yakin kebijakan tarif yang diberlakukan Trump akan mengerek harga eceran di pasar AS.
Baca juga: Trump Tuduh China Manipulasi Mata Uang untuk Meredam Dampak Tarif
“Saya membeli dua kali lipat dari biasanya; kacang, makanan kaleng, tepung, semuanya,” ujar Jennings di sebuah toko di New Jersey, sebagaimana dikutip dari Reuters.
“Saya mempersiapkan diri untuk situasi yang terburuk. Resesi sepertinya akan datang,” imbuhnya.
Hal serupa juga turut dirasakan oleh Angelo Barrio, pensiunan dari industri garmen. Ia mengungkap bahwa dirinya sejak November lalu sudah mulai menimbun barang tahan lama seperti pasta gigi, sabun, air, beras, makanan kaleng dan barang kebutuhan lainnya di ruang bawah tanah rumahnya.
“Enam kontainer besar sudah penuh dengan makanan kaleng dan barang kebutuhan lainnya. aya sudah punya 20 botol minyak zaitun sekarang,” katanya sambil tertawa.
“Kita tidak pernah tahu seberapa banyak yang kita butuhkan,” tambah Barrio sambil menyatakan simpatinya terhadap China, yang saat ini menjadi sasaran ancaman tarif tambahan 50 persen dari Trump.
Sementara itu, Manish Kapoor, pendiri GCG, sebuah firma manajemen rantai pasokan di luar Los Angeles, mengatakan tarif tersebut membangkitkan ketakutan masyarakat hingga rak-rak toko kosong buntut aksi panic buying.
"Kita juga melihat hal ini selama COVID, di mana semua orang dengan panik pergi dan mengambil semua barang di rak-rak toko, terlepas apakah mereka membutuhkannya atau tidak," kata Kapoor.
"Tidak sampai pada level itu, tetapi orang-orang khawatir bahwa biaya (barang) akan naik dan, Anda tahu, mari kita menimbunnya,” tambahnya.
70 Negara Rayu AS
Terpisah, pasca Trump mengumumkan kebijakan tarif impor mulai dari 10 persen ke ratusan negara di seluruh dunia, sebanyak 70 negara dilaporkan mulai saling berlomba merayu AS agar dapat mengajukan negosiasi tarif impor.
Pernyataan itu diungkap langsung oleh Menteri Keuangan Scott Bessent. Ia menjelaskan tarif impor diterapkan lantaran negara-negara lain telah memperlakukan AS "dengan buruk" karena mengenakan tarif yang tidak proporsional pada impor AS yang ia sebut sebagai "kecurangan".
Trump Terapkan Tarif Timbal Balik
Trump Merasa 'Ditampar' saat India, Rusia, dan China Lakukan Pertemuan, Langsung Beri Peringatan |
---|
Trump Tolak Tawaran Manis India: Tarif Nol Persen Tak Lagi Berarti, Sudah Terlambat! |
---|
Industri Otomotif Kehilangan 51.500 Lapangan Kerja Akibat Tekanan Tarif Dagang |
---|
Trump Murka, Siap Gugat ke Mahkamah Agung Usai Tarif Dagang Andalannya Dinyatakan Ilegal |
---|
Acuhkan Ancaman Tarif Trump, India Tingkatkan Ekspor Minyak dari Rusia |
---|
Isi komentar sepenuhnya adalah tanggung jawab pengguna dan diatur dalam UU ITE.