Minggu, 5 Oktober 2025

Konflik Palestina Vs Israel

Satu Kota Besar di Gaza Terhapus dari Peta karena Serangan Israel, Rata dengan Tanah

Kota Rafah di Gaza disebut sudah “terhapus dari peta” karena tindakan genosida dan pembersihan etnis oleh Israel.

Pasukan Pendudukan Israel
KOTA RAFAH - Tentara Israel (IDF) di satuan Brigade Givati ​​berdiri di atas sebuah tank di Rafah timur di Jalur Gaza selatan, dalam gambar selebaran yang dirilis pada 10 Mei 2024. 

TRIBUNNEWS.COM – Kantor media pemerintah Gaza mengatakan Kota Rafah di Gaza sudah “terhapus dari peta” karena tindakan genosida dan pembersihan etnis oleh Israel.

Menurut pernyataan kantor itu di media sosial X hari Minggu, Rafah yang berlokasi di Gaza selatan sudah sepenuhnya dihancurkan Israel demi mengubahnya menjadi “zona operasi militer tertutup”.

Kantor itu juga mengatakan pasukan Israel melakukan “pembunuhan mengerikan” terhadap warga sipil tak berdaya di Rafah sehingga memunculkan bencana kemanusiaan.

Sebanyak lebih dari 90 persen bangunan di Rafah disebut telah dihancurkan Pasukan Pertahanan Israel (IDF).

Hampir semua jenis bangunan mulai dari bengunan bersejarah, situs arkeologi, museum, rumah modern, infrastruktur warga sipil, toko, kafe, restoran, rumah sakit, sekolah, dan kampus telah hancur.

Di samping itu, sebanyak 22 dari 24 sumur air dan fasilitas manajemen air di Rafah sudah dihancurkan Israel.

Saat ini ada puluhan ribu keluarga yang terpaksa hidup tanpa air minum yang aman. Lalu, lebih dari 85 persen sistem pengolahan limah telah hancur sehingga muncul risiko penyakit menyebar.

Setidaknya ada 12 pusat kesehatan yang tidak bisa berfungsi, termasuk Rumah Sakit Abu Yousef Al Najjar yang dilaporkan diledakkan dengan robot pengebom.

KEMBALI KE RAFAH - Warga Palestina membawa barang-barang mereka saat berjalan kembali ke Kota Rafah di Jalur Gaza selatan setelah penarikan sebagian pasukan Israel dari kota tersebut.
KEMBALI KE RAFAH - Warga Palestina membawa barang-barang mereka saat berjalan kembali ke Kota Rafah di Jalur Gaza selatan setelah penarikan sebagian pasukan Israel dari kota tersebut. (Quds News Network)

Kantor media itu menyatakan Rafah kini tidak bisa ditinggali manusia. Menurut kantor itu, militer Israel ingin mengosongkan tanah dari penduduknya dan mengubah karakteristik geografis dan demografis.

Sebanyak 320 kilometer jalan di Rafah dilaporkan telah hancur.

Dikutip dari Press TV, Rafah termasuk kota yang berumur sangat tua karena dibangun lebih dari 3.300 tahun silam. Sebelum serangan Israel dimulai, Rafah memiliki jumlah penduduk sekitar 171.000 jiwa.

Baca juga: Israel Temukan Terowongan 1 Km dan Tempat Produksi Roket di Gaza, Warga Rafah Diminta Pergi

Bulan Februari lalu Rafah menjadi tempat mengungsi 1,4 juta warga Palestina karena Israel menyerang Gaza utara.

Rafah sempat dijadikan “zona aman” oleh militer Israel. Namun, kota itu kini sudah rata dengan tanah.

Sekarang IDF meminta pengungsi di Rafah mengevakuasi diri agar biss memperluas “zona penyangga keamanan” di perbatasan Gaza.

Seorang pria Palestina yang mengungsi dari Rafah ke Kota Khan Younis mengatakan Rafah sudah tidak ada.

“Rafah sudah lenyap, kota itu sedang dihapus,” kata pria itu kepada Reuters.

Mereka meruntuhkan apa rumah dan properti yang masih berdiri,” katanya.

Para penduduk Rafah mengatakan sebagian besar warga di sana mengikuti perintah Israel untuk mengevakuasi diri karena Israel meruntuhkan bangunan di sana.

Akan tetapi, serangan di jalan utara antara Khan Younis dan Rafah menghentikan pergerakan pengungsi di antara kedua kota itu.

Pergerakan warga di sepanjang jalan area pesisir di dekat Koridor Morag juga menjadi terbatas karena serangan Israel.

“Yang lainnya bertahanan karena tidak tahu ke mana akan pergi atau muak karena ditelantarkan berkali-kali. Kami takut mereka mungkin tewas atau ditahan,” kata Basem, salah satu penduduk Rafah.

Kantor media Gaza mendesak Israel agar menarik pasukannya dari Rafah, mengizinkan pengungsi untuk kembali, dan membuka koridor aman untuk keperluan penyaluran bantuan.

Baca juga: VIDEO Bukti Tentara Israel Tembaki Paramedis dan Ambulans Rotator Menyala: Dibantai di Rafah

Anadolu Agency melaporkan pekan lalu Perdana Menteri Israel Benjamin Netanyahu bersumpah akan meningkatkan serangan ke Gaza.

Sudah ada hampir 50.700 warga Palestina di Gaza yang tewas karena sejak perang meletus tanggal 7 Oktober 2023. Sebagian besar dari mereka adalah wanita dan anak-anak.

Sementara itu, Presiden Amerika Serikat (AS) Donald Trump beberapa waktu lalu sudah menyodorkan usul untuk memindahkan warga Palestina dari Gaza demi keperluan pembangunan.

Usul itu dikecam baik oleh warga Gaza maupun negara-negara Arab di Timur Tengah.

Sumber: TribunSolo.com
Rekomendasi untuk Anda

Berita Terkini

© 2025 TribunNews.com, a subsidiary of KG Media. All Right Reserved