Jumat, 3 Oktober 2025

Konflik Palestina Vs Israel

VIDEO Militer Israel Diduga Minta Warga Gaza Ditembaki: Semua yang Kalian Temui Adalah Musuh

Di media sosial beredar video yang memperlihatkan pejabat militer Israel meminta IDF melenyapkan setiap orang yang mereka temui di Gaza.

Penulis: Febri Prasetyo
X/BittonRosen
MILITER ISRAEL - Video yang dibagikan oleh akun wartawan Israel bernama Bitton Rosen di X tanggal 4 April 2025 memperlihatkan seorang pejabat Israel meminta IDF melenyapkan semua orang yang ditemui di Jalur Gaza. 

B menyebut ketika ada tentara yang mendekat, tentara itu bisa ditembak.

"Diizinkan untuk menembak badannya, bukan ke arah udara."

"Diizinkan untuk menembak setiap orang, gadis kecil, dan wanita tua."

B kemudian menceritakan peristiwa pada November lalu, ketika tentara Israel menembak beberapa warga sipil saat proses evakuasi sekolah di dekat kawasan Zeitun.

Tentara Israel meminta warga sipil untuk keluar lewat kiri, ke arah laut, bukan ke kanan, tempat tentara berada.

Ketika terjadi baku tembak di dalam sekolah, warga yang mengambil jalan salah langsung ditembak.

Baca juga: Banyak Negara Diklaim Tertarik Terima Warga Gaza, Israel: 60 Persen Ingin Pindah

Sementara itu, C, tentara Israel lainnya di Gaza, menjelaskan ketika tentara mendengar tembakan, mereka mengirimkan pesan lewat radio untuk mengklarifikasi apakah ada satuan militer lain di area itu.

Jika tidak ada, mereka akan melepaskan tembakan. "Tentara menembak sesuka hati, dengan sekuat tenaga," ujar C.

Namun, tembakan serampangan itu juga berisiko membuat tentara Israel tertembak oleh kawannya sendiri.

Bahkan, C menyebut hal itu "lebih berbahaya daripada Hamas".

AGRESI GAZA - Pasukan Israel (IDF) memasuki wilayah Gaza Utara.
AGRESI GAZA - Pasukan Israel (IDF) memasuki wilayah Gaza Utara. (IDF/Ynet)

Sementara itu, A, seorang perwira Israel, mengatakan penembakan di rumah sakit, klinik, sekolah, lembaga keagamaan, dan gedung organisasi internasional memerlukan izin yang lebih besar.

Namun, pada kenyataannya, penembakan tetap terjadi.

"Saya bisa menghitung, dengan satu tangan, kasus-kasus yang di dalamnya kami diminta tidak menembak. Bahkan, dengan hal sensitif  seperti sekolah, (persetujuan) hanya terasa seperti formalitas."

"Semangat di dalam ruang operasi ialah tembak dulu, tanyai kemudian."

"Itu adalah konsensusnya. Tidak ada yang akan menangis jika kami merobohkan rumah ketika tidak dibutuhkan atau jika kami menembak seseorang yang tidak perlu kami lakukan."

Sumber: TribunSolo.com
Rekomendasi untuk Anda

Berita Terkini

© 2025 TribunNews.com, a subsidiary of KG Media. All Right Reserved