Konflik Palestina Vs Israel
200 Orang Tewas di Gaza, Menhan Israel Bersumpah Akan Gempur Hamas Tiap Hari
Israel secara tiba-tiba melancarkan serangan mematikan di wilayah Gaza pada Selasa (18/3/2025) pagi. Akibatnya, 200 orang dilaporkan tewas.
Sekretaris pers Gedung Putih, Karoline Leavitt, mengatakan kepada Fox News, Israel berkonsultasi dengan pemerintahan Trump sebelum melakukan serangan hari Selasa.
"Seperti yang telah diperjelas Presiden Trump: Hamas, Houthi, Iran — semua pihak yang berusaha meneror, bukan hanya Israel, tetapi juga Amerika Serikat, akan menghadapi harga yang harus dibayar. Semua kekacauan akan terjadi," katanya.
"Hamas bisa saja membebaskan sandera untuk memperpanjang gencatan senjata, tetapi sebaliknya memilih penolakan dan perang," kata juru bicara Dewan Keamanan Nasional Gedung Putih, Brian Hughes, secara terpisah kepada The Times of Israel.
Presiden AS, Donald Trump, memegang peranan penting dalam upaya mengamankan gencatan senjata, dengan utusannya Witkoff mendesak Netanyahu untuk menerima kesepakatan penyanderaan pada bulan Januari setelah berbulan-bulan kebuntuan di bawah pemerintahan Biden sebelumnya.
Trump telah berkampanye untuk mengakhiri perang di seluruh dunia, tetapi dengan cepat menjadi tidak sabar dengan Hamas sejak menjabat, berulang kali mengancam kelompok itu dengan penghancuran jika para sandera tidak dibebaskan.
Hamas mengeluarkan pernyataan pada Selasa pagi yang mengatakan, keputusan pemerintah Netanyahu untuk "membatalkan perjanjian gencatan senjata" membuat para sandera "menghadapi nasib yang tidak diketahui".
Hamas meminta para mediator — AS, Qatar dan Mesir — untuk meminta pertanggungjawaban penuh Netanyahu atas pelanggaran gencatan senjata.
Kelompok itu menuntut negara-negara Arab dan Muslim untuk mendukung "perlawanan Palestina" yang bertujuan untuk "mematahkan blokade tidak adil yang diberlakukan terhadap Gaza".
Hamas juga mendesak Dewan Keamanan PBB untuk segera bersidang guna mengeluarkan resolusi yang mewajibkan Israel untuk menghentikan "agresinya".
Baca juga: Dapat Restu Trump, Israel Gempur Jalur Gaza hingga Tewaskan 200 Jiwa Termasuk Anak-anak
Keluarga sandera telah lama berpendapat, tujuan-tujuan tersebut saling bertentangan dan kembalinya pertempuran akan membahayakan orang-orang yang mereka cintai.
Jajak pendapat selama bulan lalu menunjukkan mayoritas publik Israel setuju dengan keluarga sandera dan mendukung diakhirinya perang dengan imbalan pembebasan para sandera.
(*)
Isi komentar sepenuhnya adalah tanggung jawab pengguna dan diatur dalam UU ITE.