Konflik Palestina Vs Israel
200 Orang Tewas di Gaza, Menhan Israel Bersumpah Akan Gempur Hamas Tiap Hari
Israel secara tiba-tiba melancarkan serangan mematikan di wilayah Gaza pada Selasa (18/3/2025) pagi. Akibatnya, 200 orang dilaporkan tewas.
TRIBUNNEWS.COM - Serangan dadakan Israel di wilayah Gaza membuat 200 orang tewas pada Selasa (18/3/2025) pagi.
Serangan udara Israel ini membuat kesepakatan gencatan senjata dengan Hamas hancur setelah mengalami kebuntuan selama berminggu-minggu.
Serangan dilaporkan terjadi di beberapa lokasi, termasuk Gaza utara, Kota Gaza, dan Deir al-Balah, Khan Younis, dan Rafah di Jalur Gaza tengah dan selatan.
Dikutip dari Reuters, pejabat kementerian kesehatan Palestina mengatakan banyak korban tewas adalah anak-anak.
Militer Israel mengatakan serangan itu akan terus berlanjut selama diperlukan.
Israel akan meningkatkan serangan udaranya di Gaza untuk memungkinkan pasukan darat dapat melanjutkan pertempuran.
Bulan Sabit Merah Palestina mengatakan timnya menangani 86 korban tewas dan 134 korban terluka, sedangkan korban lainnya dibawa ke rumah sakit yang kewalahan menggunakan mobil pribadi.
Pejabat dari Rumah Sakit Nasser di Khan Yunis, Rumah Sakit Al-Aqsa di Jalur Gaza bagian tengah, dan Rumah Sakit Al-Ahly di Kota Gaza, yang semuanya rusak parah akibat perang, mengatakan secara keseluruhan mereka telah menerima sekitar 85 korban tewas.
Pihak berwenang juga melaporkan secara terpisah, 16 anggota satu keluarga di Rafah, di Gaza selatan telah tewas.
Hamas mengatakan Israel telah membatalkan perjanjian gencatan senjata, yang membuat nasib 59 sandera yang masih disandera di Gaza masih belum pasti.
Kantor Perdana Menteri Israel Benjamin Netanyahu menuduh Hamas "berulang kali menolak membebaskan sandera" dan menolak proposal dari utusan Timur Tengah Presiden AS Donald Trump, Steve Witkoff.
Baca juga: Israel Mulai Kembali Genosida di Gaza, Membunuh Ratusan Orang dalam Serangan Mendadak Semalam
"Israel, mulai sekarang, akan bertindak melawan Hamas dengan kekuatan militer yang semakin meningkat," katanya dalam sebuah pernyataan.
Akan Gempur Hamas Setiap Hari
Menteri Pertahanan Israel, Israel Katz, bersumpah akan menggempur Hamas di Gaza setiap hari selama para sandera tidak dikembalikan.
"Kami tidak akan berhenti bertempur selama para sandera tidak dikembalikan ke rumah dan semua tujuan perang kami tidak tercapai," kata Katz, dikutip dari Al Arabiya.
Selain pembebasan para sandera yang tersisa, tujuan perang utama Israel lainnya adalah menghancurkan Hamas.
Sekretaris pers Gedung Putih, Karoline Leavitt, mengatakan kepada Fox News, Israel berkonsultasi dengan pemerintahan Trump sebelum melakukan serangan hari Selasa.
"Seperti yang telah diperjelas Presiden Trump: Hamas, Houthi, Iran — semua pihak yang berusaha meneror, bukan hanya Israel, tetapi juga Amerika Serikat, akan menghadapi harga yang harus dibayar. Semua kekacauan akan terjadi," katanya.
"Hamas bisa saja membebaskan sandera untuk memperpanjang gencatan senjata, tetapi sebaliknya memilih penolakan dan perang," kata juru bicara Dewan Keamanan Nasional Gedung Putih, Brian Hughes, secara terpisah kepada The Times of Israel.
Presiden AS, Donald Trump, memegang peranan penting dalam upaya mengamankan gencatan senjata, dengan utusannya Witkoff mendesak Netanyahu untuk menerima kesepakatan penyanderaan pada bulan Januari setelah berbulan-bulan kebuntuan di bawah pemerintahan Biden sebelumnya.
Trump telah berkampanye untuk mengakhiri perang di seluruh dunia, tetapi dengan cepat menjadi tidak sabar dengan Hamas sejak menjabat, berulang kali mengancam kelompok itu dengan penghancuran jika para sandera tidak dibebaskan.
Hamas mengeluarkan pernyataan pada Selasa pagi yang mengatakan, keputusan pemerintah Netanyahu untuk "membatalkan perjanjian gencatan senjata" membuat para sandera "menghadapi nasib yang tidak diketahui".
Hamas meminta para mediator — AS, Qatar dan Mesir — untuk meminta pertanggungjawaban penuh Netanyahu atas pelanggaran gencatan senjata.
Kelompok itu menuntut negara-negara Arab dan Muslim untuk mendukung "perlawanan Palestina" yang bertujuan untuk "mematahkan blokade tidak adil yang diberlakukan terhadap Gaza".
Hamas juga mendesak Dewan Keamanan PBB untuk segera bersidang guna mengeluarkan resolusi yang mewajibkan Israel untuk menghentikan "agresinya".
Baca juga: Dapat Restu Trump, Israel Gempur Jalur Gaza hingga Tewaskan 200 Jiwa Termasuk Anak-anak
Keluarga sandera telah lama berpendapat, tujuan-tujuan tersebut saling bertentangan dan kembalinya pertempuran akan membahayakan orang-orang yang mereka cintai.
Jajak pendapat selama bulan lalu menunjukkan mayoritas publik Israel setuju dengan keluarga sandera dan mendukung diakhirinya perang dengan imbalan pembebasan para sandera.
(*)
Isi komentar sepenuhnya adalah tanggung jawab pengguna dan diatur dalam UU ITE.