Donald Trump Pimpin Amerika Serikat
Trump Bekukan VOA dan Media AS Lainnya, 1.300 Staf Dirumahkan
Pemerintahan Presiden Amerika Serikat, Donald Trump mengejutkan banyak pihak pada hari Sabtu (16/3/2025).
TRIBUNNEWS.COM - Pemerintahan Presiden Amerika Serikat, Donald Trump mengejutkan banyak pihak pada Sabtu (16/3/2025).
Ia membuat keputusan untuk memberhentikan sementara ratusan jurnalis di Voice of America (VOA) dan lembaga penyiaran lainnya yang didanai oleh pemerintah AS.
Keputusan tersebut datang secara mendadak dan mengakibatkan pembekuan kantor berita yang telah berdiri puluhan tahun.
Tentunya keputusan Trump ini berdampak besar kepada ratusan staf di VOA, Radio Free Asia, Radio Free Europe dan beberapa kantor lainnya.
Pasalnya para staf mendapatkan pemberitahuan melalui Email pada akhir pekan, dikutip dari ABS CBN.
Di mana mereka sudah tidak diperbolehkan untuk memasuki kantor.
Tidak hanya itu, mereka juga harus mengembalikan atribut pers yang diberikan oleh kantor.
Langkah ini memunculkan kekhawatiran mengenai masa depan lembaga-lembaga penyiaran yang selama ini menjadi saluran informasi penting bagi masyarakat internasional.
Keputusan untuk memberhentikan jurnalis dan membekukan kantor-kantor berita ini mengikuti perintah eksekutif yang dikeluarkan Trump pada Jumat (14/3/2025) sebelumnya.
Dalam perintah tersebut, Badan Media Global AS dituliskan sebagai salah satu elemen birokrasi federal yang dianggap tidak lagi diperlukan.
Sementara itu, seorang pendukung fanatik Trump yang ditunjuk untuk memimpin lembaga penyiaran tersebut, Kari Lake telah mengirimkan Email kepada media dengan mengatakan bahwa dana hibah federal tidak lagi melaksanakan prioritas dari kantor berita.
Gedung Putih mengklaim bahwa pemotongan dana ini bertujuan untuk memastikan bahwa "para pembayar pajak tidak lagi terjerat propaganda radikal."
Baca juga: Kebijakan Ceroboh Trump Bikin Industri Pariwisata Boncos, Turis Ramai-Ramai Batalkan Pelesiran ke AS
Reaksi dari Pimpinan VOA dan Radio Free Europe/Liberty
Direktur VOA, Michael Abramowitz, mengungkapkan kekhawatirannya terhadap keputusan tersebut.
Hampir seluruh stafnya yang terdiri dari 1.300 jurnalis, produser, dan asisten telah diberi cuti administratif.
Dalam sebuah unggahan di Facebook, ia mengatakan bahwa ia termasuk di antara 1.300 staf yang diberi cuti pada hari Sabtu (15/3/2025).
Dengan keputusan ini, membuat VOA tidak dapat beroperasi kembali.
"VOA membutuhkan reformasi yang matang, dan kami telah membuat kemajuan dalam hal itu. Namun, tindakan hari ini akan membuat Voice of America tidak dapat menjalankan misi pentingnya," katanya di Facebook, dikutip dari Free Malaysia Today.
Tidak terima dengan keputusan Trump, Abramowitz menjelaskan bahwa selama ini VOA memiliki peran penting terhadap banyak orang.
“Voice of America telah menjadi aset yang tak ternilai bagi AS, memainkan peran penting dalam perjuangan melawan komunisme, fasisme, dan penindasan, serta dalam perjuangan untuk kebebasan dan demokrasi di seluruh dunia,” katanya.
Ia menjelaskan bahwa setiap minggu, jutaan orang telah menonton dan mendapatkan informasi dari VOA.
"Dalam 48 bahasa, liputan VOA menjangkau 360 juta orang setiap minggu," jelasnya.
Tak hanya direktur VOA, pemimpin Radio Free Europe/Radio Liberty juga mengecam keputusan Trump.
Menurut presiden RFE, Stephen Capus, keputusan ini justru akan menjadi 'hadiah besar' bagi musuh-musuh AS.
Kebebasan Pers Terancam
Menurut kelompok advokasi Reporters Without Borders, keputusan Trump ini justru membuat kebebasan pers terancam.
“Ini mengancam kebebasan pers di seluruh dunia dan meniadakan 80 tahun sejarah Amerika dalam mendukung arus informasi yang bebas," kata RSF.
Kecaman juga datang dari para petinggi Demokrat.
Salah satunya adalah Gregory Meeks dan Anggota Kongres Lois Frankel.
Dalam pernyataan bersama, mereka mengatakan bahwa keputusan ini justru akan membuat AS kehilangan upaya dalam melawan propaganda global.
"Pemotongan tersebut akan menyebabkan kerusakan yang bertahan lama pada upaya AS untuk melawan propaganda secara global," katanya, dikutip dari The Daily Guardian.
Para Staf Kecewa
Beberapa karyawan VOA menyatakan kekecewaan atas pengumuman yang tiba-tiba itu.
Seorang staf yang tidak ingin disebutkan namanya mengatakan, keputusan ini justru memperlihatkan betapa kacaunya pemerintah AS.
Tidak hanya itu, ia menyebut bahwa keputusan ini mengancam keamanan kerja mereka.
"Arahan itu sebagai contoh sempurna lain dari kekacauan dan ketidaksiapan, yang membuat karyawan tidak yakin tentang jadwal program dan keamanan kerja mereka," katanya.
Senada dengan staf VOA, karyawan RFE juga mengungkapkan kekecewaannya.
Menurutnya, keputusan ini tidak hanya membuat dirinya kehilangan pekerjaan.
Namun ini juga berimbas kepada jaminan keselamatan mereka.
"Ini bukan hanya tentang kehilangan pendapatan. Kami memiliki wartawan yang bekerja dalam kondisi berbahaya di negara-negara otoriter, dan staf yang berbasis di AS sekarang takut dideportasi jika visa kerja kami menjadi tidak berlaku," jelasnya.
(Tribunnews.com/Farrah)
Artikel Lain Terkait Donald Trump
Isi komentar sepenuhnya adalah tanggung jawab pengguna dan diatur dalam UU ITE.