Sabtu, 4 Oktober 2025

Konflik Palestina Vs Israel

Keputusan Trump untuk Serang Yaman Dinilai Keliru, Houthi Sudah Tak Beraksi Sejak Gencatan Senjata

Analis menyebut keputusan Donald Trump untuk menyerukan serangan terhadap Houthi di Yaman adalah keputusan yang salah.

Penulis: Tiara Shelavie
Editor: Sri Juliati
Akun X resmi Gedung Putih @WhiteHouse
HOUTHI YAMAN DISERANG - Kolase foto Presiden AS Donald Trump saat memantau serangan udara terhadap Houthi di Yaman, Sabtu (15/3/2025). Analis menyebut keputusan Donald Trump untuk menyerukan serangan terhadap Houthi di Yaman adalah keputusan yang salah. 

TRIBUNNEWS.COM – Mantan diplomat AS, Nabeel Khoury, menilai keputusan Presiden AS Donald Trump untuk melancarkan serangan terhadap Houthi di Yaman sebagai langkah yang keliru.

"Bagi presiden kita, yang datang dengan janji ingin menghindari perang dan mengedepankan perdamaian, ia justru mengambil langkah yang salah," kata Khoury kepada Al Jazeera.

"Ada banyak cara lain yang bisa ditempuh sebelum memilih jalur perang."

Ia mengakui bahwa ancaman terhadap pelayaran di Laut Merah merupakan masalah serius, tetapi menurutnya, persoalan itu seharusnya diselesaikan melalui jalur diplomasi.

"Kelompok Houthi, yang sebelumnya telah mengalami serangan besar-besaran di wilayah mereka, tidak mungkin dapat ditundukkan hanya dengan beberapa minggu pengeboman," ujar Khoury.

"Jika Anda melihat Hamas, yang beroperasi di wilayah kecil dan terkepung dari darat, udara, dan laut, Israel tetap tidak bisa menyingkirkan mereka setelah 17 bulan pemboman. Houthi berada di daerah pegunungan yang lebih sulit diakses—hampir mustahil untuk membasmi mereka dengan cara militer," tambahnya.

"Jadi, tidak ada logika militer maupun politik dalam serangan ini."

YAMAN DISERANG - Tangkap layar YouTube AlJazeera Arabic, memperlihatkan serangan AS-Inggris di ibu kota Yaman, Sanaa pada Sabtu (15/3/2025) malam waktu setempat. Serangan ini terjadi setelah Donald Trump menyerukan eskalasi terhadap kelompok Houthi.
YAMAN DISERANG - Tangkap layar YouTube AlJazeera Arabic, memperlihatkan serangan AS-Inggris di ibu kota Yaman, Sanaa pada Sabtu (15/3/2025) malam waktu setempat. Serangan ini terjadi setelah Donald Trump menyerukan eskalasi terhadap kelompok Houthi. (Tangkap layar YouTube AlJazeera Arabic)

Houthi Sudah Hentikan Serangan Sejak Gencatan Senjata

Dilaporkan sebelumnya, Amerika Serikat dan Inggris melancarkan serangan udara di sejumlah wilayah Yaman pada Sabtu (15/3/2025) malam.

Donald Trump menyatakan bahwa serangan itu diperlukan untuk menghentikan ancaman Houthi di Laut Merah.

Namun, Al Jazeera melaporkan bahwa Houthi telah menghentikan serangan mereka sejak tercapainya gencatan senjata di Gaza pada Januari lalu, meskipun mereka sempat mengancam akan menyerang kembali.

Trump juga beralasan bahwa kapal berbendera AS tidak dapat melintasi Terusan Suez, Laut Merah, dan Teluk Aden dengan aman selama lebih dari setahun.

Baca juga: Trump Serukan Eskalasi, Serangan Gabungan AS-Inggris di Yaman Tewaskan Sedikitnya 19 Orang

Selain itu, ia mengklaim bahwa Houthi telah menyerang kapal perang militer AS.

Namun, serangan itu terjadi sebelum Trump menjabat sebagai presiden.

Gedung Putih menyampaikan bahwa sebelum serangan ini, sekitar 25.000 kapal melintasi Laut Merah setiap tahunnya.

Kini jumlahnya turun menjadi 10.000, yang bertentangan dengan pernyataan Trump bahwa tidak ada kapal yang berani melintas di kawasan tersebut.

Gedung Putih juga merilis data yang menyebut kapal-kapal komersial AS telah diserang 145 kali sejak 2023.

Serangan terakhir terjadi pada Desember lalu, sebelum Trump resmi dilantik kembali.

Jumlah Korban Serangan AS-Inggris

TV Al Masirah, yang berafiliasi dengan Houthi, melaporkan bahwa jumlah korban tewas akibat serangan AS di Saada, Yaman, meningkat dari enam menjadi 10 orang.

Sedikitnya 13 orang lainnya dilaporkan terluka, termasuk empat anak-anak dan seorang wanita.

Sementara itu, di ibu kota Sanaa, 13 orang lainnya dilaporkan tewas.

Dengan demikian, jumlah korban akibat serangan AS-Inggris sejauh ini mencapai 23 orang.

Houthi Berjanji Akan Membalas

Juru bicara Houthi, Mohammed Abdul-Salam, menuduh AS melebih-lebihkan ancaman yang ditimbulkan oleh kelompoknya demi memengaruhi opini publik.

Sementara itu, biro politik Houthi mengeluarkan pernyataan terpisah yang mengecam serangan AS sebagai "agresi berbahaya" terhadap ibu kota Sanaa.

Mereka menyebut penargetan kawasan permukiman dan warga sipil sebagai "kejahatan perang sejati," mengutip laporan Al Jazeera.

Kelompok itu menegaskan bahwa serangan AS tidak akan menghalangi mereka untuk terus mendukung Palestina dan memenuhi komitmen mereka terhadap Gaza.

Baca juga: Media Zionis: Kabar Buruk untuk Israel, Drone Houthi Akan Jauh Lebih Mematikan dengan Sel Hidrogen

"Agresi ini tidak akan dibiarkan begitu saja. Angkatan bersenjata Yaman sepenuhnya siap membalas eskalasi dengan eskalasi," demikian pernyataan kelompok tersebut.

(Tribunnews.com, Tiara Shelavie)

Sumber: TribunSolo.com
Rekomendasi untuk Anda

Berita Terkini

© 2025 TribunNews.com, a subsidiary of KG Media. All Right Reserved