Konflik Rusia Vs Ukraina
Rusia Rilis Video Tentaranya di Sudzha yang Direbut Lagi, Bangunan Rusak Parah, Mobil-mobil Terbakar
Rekaman video tentara Rusia di Sudzha memperlihatkan bangunan dan reruntuhan yang rusak parah dan mobil-mobil terbakar.
TRIBUNNEWS.COM - Kementerian Pertahanan Rusia menerbitkan rekaman video tentaranya di Sudzha setelah mereka merebut kembali kota tersebut, Kamis (13/3/2025).
Video tersebut memperlihatkan bangunan dan reruntuhan yang rusak parah.
Kemudian, terlihat mobil-mobil yang terbakar dan puing-puing yang berserakan di seluruh kota.
Sementara itu, lebih dari 100 orang yang sebelumnya dilaporkan hilang di Sudzha dan sekitarnya, dievakuasi ke lokasi yang aman.
"Sejak kemarin hingga pagi hari tanggal 13 Maret, 120 warga sipil yang berada di bawah pendudukan telah dibawa keluar dari Sudzha," ungkap Penjabat Gubernur wilayah Kursk, Alexander Khinshtein di Telegram pada Kamis dini hari, dilansir The Moscow Times.
Sekitar 90 persen dari mereka yang dievakuasi tercatat hilang setelah serangan Ukraina, menurut Yury Mezinov, seorang pembantu menteri situasi darurat Rusia.
Pihak berwenang sebelumnya melaporkan bahwa sekitar 2.000 orang hilang.
Kementerian Situasi Darurat Rusia merilis rekaman yang memperlihatkan tim penyelamat mengevakuasi warga — banyak di antaranya lansia — dengan bus.
Kementerian tersebut mengatakan lebih dari 90 warga yang dievakuasi telah ditempatkan di tempat penampungan sementara.
Gubernur Khinshtein mengatakan, para pengungsi menerima bantuan medis dan kesehatan mental, serta bantuan untuk memulihkan dokumen yang hilang atau rusak.
“Pekerjaan terus berlanjut tanpa henti,” jelasnya.
Baca juga: Lukashenko: Zelensky Diinjak di Mana-mana, Ujungnya Ukraina Kembali ke Rusia-Belarus
Kota Sudzha Diklaim Sudah Berada di Bawah Kendali Rusia
Media pemerintah Rusia dan para blogger pro-perang berbagi video yang menunjukkan pasukan Rusia mengibarkan bendera di kota Sudzha di wilayah Kursk barat daya, Rabu (12/3/2025).
Saluran Telegram yang terhubung dengan Pasukan Lintas Udara Rusia menerbitkan video udara pendek yang memperlihatkan para prajurit mengibarkan bendera Rusia di samping spanduk unit di alun-alun pusat Sudzha pada Rabu pagi.
Pada waktu yang sama, versi video berdurasi 38 detik muncul di situs web kantor berita milik pemerintah RIA Novosti dan TASS.
Dalam video tersebut, seorang petugas di balik kamera menunjuk ke tujuh tentara di alun-alun yang kosong, dan menggambarkan mereka sebagai pasukan terjun payung dan unit lain yang telah “bersama-sama merebut kembali” kota tersebut.
Pada hari Rabu, Kementerian Pertahanan Rusia mengatakan telah mengambil alih kendali atas empat permukiman di wilayah Kursk, yang semuanya terletak di pinggiran Sudzha.
Sehari sebelumnya, militer Rusia melaporkan telah merebut kembali 12 permukiman di wilayah perbatasan.
Analis militer independen, Yan Matveev, mengatakan kehadiran media Rusia di dekat Sudzha menunjukkan pasukan Ukraina mundur tanpa perlawanan, yang tampaknya merupakan upaya untuk melindungi personel dan peralatan mereka.
Matveev menyebut pasukan Rusia akan mendapatkan kembali kendali penuh atas wilayah Kursk pada Rabu.
Senada dengan itu, Ruslan Leviev, pendiri pemantau perang independen Conflict Intelligence Team, mengatakan kepada lembaga penyiaran TV Rain pada hari Rabu bahwa tentara Ukraina secara bertahap mundur dari wilayah Kursk.
Baca juga: Perang Rusia-Ukraina Hari ke-1.115: Rusia Rebut Lagi Kursk, Ukraina Evakuasi Perbatasannya
“Kami telah melihat bahwa semua wilayah yang berada di bawah kendali Rusia telah direbut tanpa perlawanan sedikit pun. Hal yang sama berlaku untuk Sudzha,” kata Leviev, masih dari The Moscow Times.
“Hari ini, kami melihat mereka berada di sisi seberang (kota). Dan sekali lagi, tidak ada gambar pertempuran apa pun.”
“Pada titik ini, adil untuk mengatakan bahwa seluruh kota Sudzha sekarang berada di bawah kendali Rusia,” jelasnya.
Menurut Leviev, pasukan Ukraina mungkin akan mencoba mempertahankan desa-desa perbatasan yang masih berada di bawah kendali mereka di wilayah Kursk selama beberapa hari lagi.
Laporan akhir pekan lalu mengklaim bahwa 800 pasukan khusus Rusia telah merangkak sejauh 15 kilometer melalui bagian pipa yang tidak terpakai, yang pernah membawa gas Rusia ke Eropa melalui Ukraina, untuk melakukan serangan diam-diam terhadap pasukan Ukraina di Sudzha.

Tanggapan Kremlin soal Usulan Gencatan Senjata
Asisten utama kebijakan luar negeri Presiden Rusia Vladimir Putin mengatakan dia telah memberi tahu Washington bahwa gencatan senjata selama 30 hari yang diusulkan oleh Amerika Serikat (AS) untuk menghentikan perang di Ukraina, hanya akan memberikan pasukan Kyiv waktu istirahat yang sangat dibutuhkan di medan perang.
Para pejabat Rusia mengatakan penasihat keamanan nasional AS Mike Waltz telah memberikan rincian tentang gagasan gencatan senjata pada hari Rabu, dan Rusia siap untuk membahasnya.
Presiden AS Donald Trump mengatakan di Gedung Putih pada Rabu bahwa ia berharap Kremlin akan menyetujui usulan AS untuk gencatan senjata selama 30 hari yang menurut Ukraina akan didukung.
Baca juga: Rusia Mau Damai dengan Ukraina, tapi Putin Minta Beberapa Syarat: Hilangkan Akar Penyebab Konflik!
Yuri Ushakov, mantan duta besar untuk Washington yang berbicara atas nama Putin mengenai isu-isu kebijakan luar negeri utama, mengatakan kepada media Rusia bahwa ia telah berbicara dengan Waltz untuk menguraikan posisi Rusia mengenai gencatan senjata.
“Saya nyatakan posisi kami bahwa ini tidak lain hanyalah masa jeda sementara bagi militer Ukraina, tidak lebih,” kata Ushakov, dikutip dari Al Arabiya.
"Itu tidak memberi kita apa pun. Itu hanya memberi kesempatan kepada Ukraina untuk berkumpul kembali, mendapatkan kekuatan, dan melanjutkan hal yang sama," imbuhnya.
Ushakov mengatakan tujuan Moskow adalah “penyelesaian damai jangka panjang yang mempertimbangkan kepentingan sah negara kami dan berbagai kekhawatiran kami yang sudah diketahui.”
“Menurut saya, tidak ada yang membutuhkan langkah-langkah yang (hanya) meniru tindakan damai dalam situasi ini,” katanya.
Trump telah berupaya membangun kembali hubungan dengan Rusia untuk menghindari eskalasi perang Ukraina yang menurutnya dapat berkembang menjadi Perang Dunia Ketiga, meskipun ia juga telah mengemukakan ancaman sanksi lebih lanjut dan prospek pencabutan sanksi jika Moskow berupaya mengakhiri perang.
(Tribunnews.com/Nuryanti)
Isi komentar sepenuhnya adalah tanggung jawab pengguna dan diatur dalam UU ITE.