Senin, 29 September 2025

Konflik Suriah

Presiden Erdogan Mengutuk Upaya Memecah Belah Persatuan dan Stabilitas Suriah

Presiden Recep Tayyip Erdogan menekankan bahwa Turki mengutuk dengan sekeras-kerasnya setiap serangan yang menargetkan persatuan, stabilitas

Editor: Muhammad Barir
Tangkap layar YouTube Kanal13
TURKI DAN SURIAH - Tangkap layar YouTube Kanal13 yang diambil pada Rabu (5/2/2025) menampilkan Presiden Suriah Ahmad Al-Sharaa saat melakukan kunjungan ke Turki dan bertemu dengan Presiden Recep Tayyip Erdoğan, Selasa (4/2/2025). Pertemuan keduanya bertujuan membahas pemulihan ekonomi serta keamanan dan stabilitas Suriah. 

Presiden Erdogan Mengutuk Upaya Memecah Belah Persatuan dan Stabilitas Suriah

TRIBUNNEWS.COM- Presiden Recep Tayyip Erdogan menekankan bahwa Turki mengutuk dengan sekeras-kerasnya setiap serangan yang menargetkan persatuan, stabilitas dan perdamaian sosial Suriah, dan menambahkan bahwa ia menyambut baik pesan Presiden Suriah Ahmed Al-Sharaa.

Pernyataan tersebut disampaikannya dalam konferensi pers setelah rapat kabinet kemarin di kompleks kepresidenan di ibu kota Ankara.

Erdogan mengatakan, “Turkiye mengutuk keras semua serangan yang mengancam integritas teritorial dan stabilitas sosial Suriah, serta tindakan terorisme dan intimidasi.”

“Kami melihat sikap Presiden Sharaa yang tenang dan tegas, khususnya komitmennya untuk menghukum mereka yang bertindak di luar hukum, sebagai langkah positif,” imbuhnya.

Presiden Turki menekankan bahwa peristiwa di wilayah pesisir Suriah kini sebagian besar terkendali berkat intervensi efektif pasukan Suriah, dan menambahkan bahwa situasi di lapangan masih sensitif.

Ia menekankan bahwa Turki sedang mengambil langkah-langkah untuk memastikan tidak ada perkembangan yang merugikannya, dan menyerukan kepada otoritas Suriah untuk mengambil langkah-langkah yang diperlukan guna menenangkan situasi dengan cepat.

Erdogan juga menekankan bahwa Turki tidak akan pernah mengizinkan peta Suriah digambar ulang, dan menekankan bahwa siapa pun yang melihat Suriah dan tidak melihat apa pun kecuali sekte, denominasi, dan etnis adalah tawanan fanatisme buta.

Ia menambahkan, “kami tidak peduli dengan etnis, agama, atau sekte siapa pun, baik di Irak, Suriah, Lebanon, atau negara regional lainnya.”

"Mereka yang tetap diam selama 14 tahun sementara anak-anak tak berdosa terbunuh kini tidak bisa bersikap merendahkan kami. Kami telah menjunjung tinggi persaudaraan kami baik di Suriah maupun di Gaza dengan terhormat," lanjutnya mengacu pada perang saudara Suriah yang dimulai pada tahun 2011.

Provinsi pesisir Latakia dan Tartous baru-baru ini dilanda ketegangan keamanan akibat serangan terkoordinasi oleh sisa-sisa rezim Assad, yang paling brutal sejak kejatuhannya. Serangan tersebut ditujukan terhadap patroli keamanan, pos pemeriksaan, dan rumah sakit, yang mengakibatkan kematian dan cedera.

Akibatnya, aparat keamanan dan tentara dikerahkan serta melakukan operasi penyisiran dan pengejaran terhadap sisa-sisa massa, termasuk bentrokan dengan kekerasan, di tengah jaminan pemerintah bahwa situasi semakin menuju stabilitas sepenuhnya.

Pada hari Minggu, Presiden Suriah Ahmad Al-Sharaa menekankan bahwa tidak akan ada toleransi yang ditunjukkan kepada sisa-sisa rezim terguling Bashar Al-Assad yang melakukan kejahatan.

Pada hari Sabtu, Al-Sharaa mengatakan: “Apa yang terjadi di negara ini merupakan tantangan dan sudah diperkirakan. Kita harus menjaga persatuan nasional dan perdamaian sipil di negara ini semampu kita.”

 

SUMBER: MIDDLE EAST MONITOR

Rekomendasi untuk Anda

Berita Terkini

© 2025 TribunNews.com, a subsidiary of KG Media. All Right Reserved
About Us Help Privacy Policy Terms of Use Contact Us Pedoman Media Siber Redaksi Info iklan