Konflik Rusia Vs Ukraina
Trump Sebut Zelensky Tidak Bersyukur, Ini Jawabannya saat Ditanya Apakah Kini Mendukung Rusia
Donald Trump mengingat kembali pertemuannya dengan Zelensky di Ruang Oval. Ia menyebut presiden Ukraina itu tidak bersyukur.
TRIBUNNEWS.COM - Mantan Presiden AS, Donald Trump, kembali menyinggung hubungannya dengan Presiden Ukraina, Volodymyr Zelensky.
Dalam wawancara dengan Sunday Morning Futures bersama Maria Bartiromo di Fox News yang tayang pada Minggu (9/3/2025), Trump menanggapi kritik terkait sikapnya terhadap Zelensky selama pertemuan mereka di Ruang Oval pada 28 Februari lalu.
Trump menegaskan bahwa menurutnya, Zelensky tidak menunjukkan rasa terima kasih atas dukungan AS.
"Dia orang yang cerdas dan tangguh," ujar Trump tentang Zelensky.
"Namun, dia mengambil uang dari negara ini di bawah pemerintahan Joe Biden, seperti mengambil permen dari bayi."
Trump dan Sikapnya terhadap Rusia
Saat ditanya mengenai kritik bahwa dirinya terlalu lunak terhadap Rusia, Trump menolak anggapan tersebut.
"Tidak ada yang lebih keras terhadap Rusia daripada Donald Trump," katanya.
Trump juga mengeklaim, dirinya yang menghentikan proyek pipa gas Nord Stream 2, meskipun rekam jejaknya dalam proyek tersebut kurang jelas.

Dalam wawancara yang sama, seperti dikutip dari The Independent, Bartiromo menyinggung bagaimana Trump mengusir Zelensky dari Gedung Putih sebelum kesepakatan mineral dapat disepakati.
Ia bertanya, "Apakah Anda merasa nyaman dengan kemungkinan bahwa Ukraina mungkin tidak akan bertahan?"
Trump menjawab, "Yah, mungkin Ukraina tidak akan bertahan lama. Namun, Anda tahu, ada kelemahan di kedua belah pihak."
Baca juga: Trump Anggap Zelensky Tak Tahu Terima Kasih Meski Sudah Dibantu Rp 5.716 Triliun
Ketika ditanya apakah ia kini berpihak pada Rusia, Trump menghindari jawaban langsung dan kembali mengeklaim bahwa tidak ada yang lebih tegas terhadap Rusia dibanding dirinya.
"Tidak ada yang lebih keras dari saya. Mereka tahu itu," tegasnya.
"Lihat saja yang saya lakukan terhadap Nord Stream 2. Saya menghentikannya."
Kremlin: Kebijakan AS Kini Sejalan dengan Rusia
Sementara itu, juru bicara Kremlin, Dmitry Peskov, mengeklaim, bahwa kebijakan luar negeri AS telah berubah dan kini lebih sejalan dengan posisi Rusia.
“Pemerintahan baru dengan cepat mengubah konfigurasi kebijakan luar negeri,” ujar Peskov di televisi pemerintah Rusia awal Maret.
Namun, hal ini bisa segera berubah.
Dalam unggahan di Truth Social pada Jumat (7/3/2025), Trump mengancam akan menjatuhkan sanksi lebih lanjut terhadap Rusia atas serangan terbaru yang menargetkan militer dan warga sipil Ukraina.
Baca juga: Iran Ambil Pelajaran dari Cekcok Trump-Zelensky: Kami Tidak Bergantung pada Negara Lain
Sejumlah kritikus menyalahkan Trump atas keberhasilan serangan Rusia.
Kritikus menyoroti laporan media yang mengonfirmasi bahwa badan intelijen AS telah menghentikan pembagian informasi dengan Ukraina, yang sebelumnya berperan penting dalam pertahanan udara negara tersebut.
Pada hari yang sama, Trump mengatakan kepada wartawan di Ruang Oval bahwa Ukraina adalah hambatan terbesar dalam mengakhiri perang.
"Sejujurnya, saya semakin sulit berurusan dengan Ukraina. Mereka tidak punya kartu untuk dimainkan," ucapnya.
Pernyataan Trump memicu reaksi dari negara-negara Eropa, termasuk Prancis dan Inggris, yang menyerukan peningkatan dukungan untuk Ukraina.
Namun, para ahli berpendapat bahwa NATO tidak akan mampu memberikan bantuan sebesar yang sebelumnya disediakan oleh AS.
(Tribunnews.com, Tiara Shelavie)
Isi komentar sepenuhnya adalah tanggung jawab pengguna dan diatur dalam UU ITE.