Konflik Rusia Vs Ukraina
Lavrov: Rusia Tolak Pasukan Eropa di Ukraina dan Macron Sebar Kebohongan soal Kami
Menteri Luar Negeri Rusia Sergei Lavrov mengatakan Rusia menolak pasukan asing di Ukraina dan Presiden Prancis bicara omong kosong soal perang Eropa.
TRIBUNNEWS.COM - Menteri Luar Negeri Rusia, Sergei Lavrov, mengatakan Rusia menolak penempatan pasukan asing di Ukraina.
Ia menegaskan Rusia siap berdialog dengan Ukraina dan membahas akar penyebab perang yang berlangsung sejak tahun 2022.
Sergei Lavrov juga mengomentari pertemuan Presiden Ukraina Volodymyr Zelensky dan para pemimpin Uni Eropa di Brussels, Belgia pada Rabu (5/3/2025).
"Krisis di Ukraina dapat diselesaikan dalam beberapa minggu jika Barat berhenti memasok senjata ke Kyiv," kata Sergei Lavrov dalam pernyataannya di Moskow pada Kamis (6/3/2025).
"Beberapa negara Barat melihat perdamaian di Ukraina lebih buruk daripada perang," imbuhnya, seperti diberitakan RIA Novosti.
Ia juga mengomentari pernyataan Presiden Prancis Emmanuel Macron yang mengatakan Rusia adalah ancaman.
"Siapa yang percaya bahwa Rusia saat ini akan berhenti di Ukraina?" kata Macron dalam pidato yang disiarkan televisi pada Rabu malam.
Macron mengindikasikan bahwa Rusia sedang mempersiap untuk memperluas invasinya di Eropa.
Lavrov mengatakan pernyataan itu hanyalah omong kosong.
Ia kembali menekankan bahwa tidak ada ruang untuk mengirim pasukan penjaga perdamaian Eropa ke Ukraina jika perang berakhir.
Rusia, kata Lavrov, akan menganggap pasukan penjaga perdamaian Eropa sebagai kehadiran NATO di Ukraina.
Baca juga: Menlu AS: Invasi Putin ke Ukraina adalah Perang Proksi AS vs Rusia
"Pengerahan pasukan militer Eropa di Ukraina berarti perang langsung oleh negara-negara Eropa melawan Rusia," tegasnya.
Selain itu, Lavrov juga mengkritik pernyataan Macron ketika bertemu dengan Presiden AS Donald Trump di Gedung Putih pada Senin (24/2/2025) lalu.
Dalam pertemuan tersebut, Macron mengatakan Presiden Rusia Vladimir Putin melanggar semua perjanjian dengan Ukraina di masa lalu.
"Aneh sekali mendengar bahwa Tuan Macron, dengan cara yang agresif, melanjutkan pekerjaan Napoleon, yang ingin menaklukkan Rusia, tetapi menutupi niatnya yang sebenarnya, tidak perlu dijelaskan, ia juga mulai berbicara dan mengkritik Putin," katanya.
Isi komentar sepenuhnya adalah tanggung jawab pengguna dan diatur dalam UU ITE.