Krisis di Suriah
Druze Suriah Tolak Mentah-Mentah Tawaran Netanyahu untuk Atasi Konflik Internal: Kami Tidak Butuh
Netanyahu memerintah pasukan untuk membela kelompok Druze di Suriah. Tetapi aktivis Druze tidak membutuhkan bantuan eksternal.
Penulis:
Tiara Shelavie
Editor:
Wahyu Gilang Putranto
Hubungan antar komunitas Druze di berbagai negara terjalin kuat.
Israel mengambil alih sebagian besar Dataran Tinggi Golan dalam Perang Arab-Israel 1967 dan kemudian mencaplok wilayah itu pada 1981, sebuah tindakan yang dikutuk oleh Perserikatan Bangsa-Bangsa dan masyarakat internasional.
Hanya Amerika Serikat yang mengakui kedaulatan Israel atas Golan, yang secara strategis penting karena menghadap dataran Israel utara dan Suriah barat daya.
Setelah pendudukan dimulai, banyak warga Suriah dipaksa keluar dari Golan, dan Israel membangun permukiman ilegal di sana.
Saat ini, sekitar 20.000 warga Druze tinggal di sana.
Namun, banyak warga Druze di Dataran Tinggi Golan tidak memiliki kewarganegaraan Israel.
Diperkirakan 150.000 warga Druze di Israel memegang kewarganegaraan.
Mereka sebagian besar mengidentifikasi diri sebagai orang Israel dan direkrut menjadi militer Israel.
Istilah "perjanjian darah" sering digunakan untuk menggambarkan hubungan antara Druze Israel dan Yahudi Israel.
Baca juga: Israel Menggila di Suriah, Bombardir Kota Tartus yang Jadi Gudang Senjata Rezim Assad
Sebagai bagian dari hal ini, banyak warga Druze telah berjuang untuk Israel dalam perang-perangnya melawan negara-negara tetangga Arab dan Palestina.
Diperkirakan satu juta warga Druze tinggal di Lebanon dan Suriah.
Mereka tinggal di sekitar Gunung Lebanon di Lebanon utara dan di desa-desa dan kota-kota di Suriah selatan di sekitar Sweida dan Jabal al-Druze, yang berarti "Gunung Druze" dalam bahasa Arab.
(Tribunnews.com, Tiara Shelavie)
Isi komentar sepenuhnya adalah tanggung jawab pengguna dan diatur dalam UU ITE.