Senin, 29 September 2025

Analisis, Apa Dampak Kebijakan Ekonomi AS Terhadap Perekonomian Global dan Indonesia?

Kebijakan kenaikan tarif impor yang diambil Presiden Amerika Serikat, Donald Trump berimbas pada situasi ekonomi global, termasuk Indoensia.

Instagram Donald Trump
DEMI EFISIENSI ANGGARAN - Presiden Donald Trump melakukan pemecatan massal atas ribuan pegawai pemerintah AS yang bekerja di berbagai lembaga federal, Kamis (13/2/2025). Langkah tersebut diambil untuk efisiensi anggaran. 

Analisis, Apa Dampak Kebijakan Ekonomi AS Terhadap Perekonomian Global dan Indonesia?

 

TRIBUNNEWS.COM - Kembalinya Donald Trump ke kursi kepresidenan Amerika Serikat (AS), menghasilkan dinamika baru dalam berbagai aspek secara global.

Satu di antara hal yang menjadi sorotan utama adalah kebijakan tarif impor yang diumumkan Trump.

Baca juga: Di Balik Obrolan Trump-Putin, Kala Eropa Tersedak Kenyataan Kalau AS Kini Bukan Lagi Penyelamat

Secara nyata, kebijakan Trump yang mengusung jargon America First Policy memberikan dampak signifikan terhadap ekonomi global, terutama terhadap negara-negara yang terkait.

Economist KISI Asset Management, Arfian Prasetya Aji, memberikan sejumlah highlight dari perkembangan terbaru saat kembalinya Donald Trump ke posisi Presiden AS.

Kebijakan Tarif Impor AS

Pada awal bulan ini, Presiden AS, Donald Trump, mengumumkan instruksi terkait tarif impor 25 persen untuk Kanada dan Meksiko, serta tambahan 10 persen untuk barang-barang dari China (dari rata-rata tarif tertimbang yang berlaku sebelumnya sebesar 0,3 persen).

Kebijakan ini berlaku mulai 4 Februari 2025.

Trump menjelaskan kalau tarif ini akan tetap berlaku hingga keadaan darurat nasional terkait masalah obat fentanil dan imigrasi ilegal ke AS berakhir. 

Merespon hal tersebut, Kaada dan Meksiko memberikan tanggapan bahwa mereka akan berjanji untuk memperkuat penegakan hukum di perbatasan.  

Setelah itu, Trump memberikan pernyataan baru bahwa tarif untuk Meksiko dan Kanada akan ditunda setidaknya selama 30 hari ke depan.

Arfian memaparkan, kebijakan Trump ini memicu ketidakpastian pasar, terlihat dari penguatan signifikan pada Indeks Dolar AS yang sempat mencapai level 109,86.

"Akibatnya, rupiah sempat terdepresiasi ke level 16,483, meskipun kini kembali menguat ke level 16,371 seiring dengan melandainya Indeks Dolar AS setelah adanya pernyataan bahwa pemberlakuan tarif tersebut ditunda," kata Arfian dikutip, Senin (17/2/2025).

Inflasi AS dan Indonesia

Inflasi Personal Consumption Expenditures (PCE) AS pada Desember 2024 tercatat sebesar 2,6% Year on Year (YoY), sesuai perkiraan.  

Sementara Inflasi inti (Core PCE), yang tidak termasuk komponen makanan dan energi yang volatile, tercatat 2,8% YoY, menunjukkan bahwa tekanan inflasi di AS masih cukup tinggi.

Halaman
123
Rekomendasi untuk Anda

Berita Terkini

© 2025 TribunNews.com, a subsidiary of KG Media. All Right Reserved
About Us Help Privacy Policy Terms of Use Contact Us Pedoman Media Siber Redaksi Info iklan