Donald Trump Pimpin Amerika Serikat
5 Poin Penting dari Dialog Raja Abdullah-Trump, Stabilitas Kawasan Jadi Taruhan
Raja Abdullah menghadapi situasi rumit karena Trump menekan Yordania untuk menerima warga Palestina yang mengungsi akibat serangan militer di Gaza.
Penulis:
Andari Wulan Nugrahani
Editor:
Sri Juliati
Raja Abdullah II, yang duduk di sebelah Trump selama pertemuan tampak memilih untuk tidak secara langsung menanggapi rencana Trump
Sebagai seorang diplomat berpengalaman, Abdullah memilih bahasa yang hati-hati dan diplomatis untuk menghindari ketegangan dengan Trump.
Abdullah tetap menunjukkan penolakannya terhadap gagasan tersebut.
Ketika ditanya apakah Yordania akan menerima warga Palestina yang mengungsi dari Gaza, Raja Abdullah menjawab dengan tegas kalau negaranya akan melakukan yang terbaik untuk kepentingan Yordania.
"Yordania tetap pada posisi yang menentang pemindahan paksa warga Palestina dari Gaza dan Tepi Barat," ungkap Raja Abdullah di media sosial.
Selain itu, dia menegaskan negara-negara Arab, termasuk Mesir, sudah memiliki rencana alternatif untuk Gaza yang tidak akan melibatkan pengusiran warga Palestina.
“Posisi Yordania yang teguh terhadap pengusiran warga Palestina dari Gaza dan Tepi Barat tetap tidak berubah," jelas Abdullah.
Dia juga menyebutkan bahwa negara-negara Arab akan segera mengajukan rencana mereka sendiri mengenai Gaza yang tidak akan melibatkan pemindahan paksa.
3. Rencana Trump Dikecam
Rencana Trump untuk mengalihkan Gaza ke bawah kontrol Amerika Serikat memang terkesan seperti proyek properti besar.
Trump, dengan latar belakang bisnis properti, menggambarkan Gaza sebagai "berlian" di Timur Tengah yang bisa dibangun kembali dengan perumahan mewah, hotel, dan kantor.
Pandangan ini menuai kritik tajam karena dianggap mengabaikan hak-hak politik dan kemanusiaan warga Palestina yang telah tinggal di Gaza selama beberapa generasi.
Baca juga: Donald Trump dan Raja Abdullah Yordania Bertemu di Tengah Rencana Kontroversial Pengambilalihan Gaza
Trump mengklaim warga Palestina tidak akan ingin tinggal di Gaza setelah dibangun kembali.
Pernyataannya semakin menjelaskan kalau dia mengabaikan kenyataan bahwa banyak dari warga Gaza memiliki ikatan emosional dan sejarah panjang dengan tanah tersebut.
Ketika gencatan senjata baru-baru ini memberikan kesempatan bagi pengungsi Palestina untuk kembali ke Gaza utara, ribuan orang berjalan kaki melintasi puing-puing untuk kembali ke rumah mereka yang hancur.
Pesan mereka sangat jelas: mereka tidak akan meninggalkan tanah mereka lagi.
Isi komentar sepenuhnya adalah tanggung jawab pengguna dan diatur dalam UU ITE.