Konflik Palestina Vs Israel
Sehari Jelang Pembebasan Sandera, Hamas: Bantuan Tipu-tipu, Israel Langgar Gencatan Senjata
Menjelang pertukaran sandera yang dijadwalkan Sabtu ini, Hamas telah melontarkan tuduhan terhadap Israel soal gencatan senjata di Gaza.
Sehari Jelang Pembebasan Sandera, Hamas: Bantuan Tipu-tipu, Israel Langgar Gencatan Senjata
TRIBUNNEWS.COM - Gerakan Perlawanan Palestina, Hamas, Jumat (7/2/2025) menuduh Israel melakukan beberapa pelanggaran perjanjian gencatan senjata yang sedang berlangsung dalam kerangka pertukaran sandera Israel dengan tahanan Palestina.
Tuduhan ini dilontarkan Hamas, sehari sebelum jadwal pertukaran tiga sandera Israel dengan tahanan Palestina dalam putaran kelima atau putaran terakhir tahap pertama kesepakatan gencatan senjata yang bertujuan mengakhiri perang di Gaza.
Baca juga: Jamu Israel, AS: Tak Ada Jaminan Gencatan Senjata dengan Hamas akan Bertahan di Gaza
"Selain menunda masuknya ratusan truk yang membawa makanan dan pasokan kemanusiaan lainnya, Hamas mengatakan Israel hanya mengizinkan masuk sebagian kecil tenda dan rumah mobil yang dibutuhkan untuk menyediakan tempat berlindung bagi orang-orang yang kembali ke rumah mereka yang hancur karena bom," tulis laporan Anews, Jumat.
Tuduhan Hamas ini kian menambah kerapuhan kesepakatan yang terjadi antara milisi Palestina dengan Israel tersebut.
Baca juga: Gencatan Senjata Rapuh, Pakar Militer Ingatkan Rencana Buruk Pasukan Israel di Gaza
Kesepakatan pertukaran sandera-tahanan ini kian rapuh saat Presiden Amerika Serikat (AS) Donald Trump melontarkan sejumlah pernyataan kontroversial yang menuai kecaman publik internasional.
Baca juga: Hamas: Seruan AS Sejalan Rencana Israel, Terima Kasih Yordania-Mesir yang Tolak Tampung Warga Gaza
Trump mengatakan pada hari Selasa bahwa ia ingin memindahkan penduduk Gaza ke negara ketiga seperti Mesir atau Yordania dan menempatkan daerah kantong pantai itu di bawah kendali AS untuk dikembangkan menjadi "Riviera Timur Tengah".
Baca juga: Media Israel Ungkap 3 Lokasi di Afrika Buat Warga Palestina: PBB Endus Pembersihan Etnis di Gaza
"Hampir tiga minggu setelah dimulainya gencatan senjata, situasi kemanusiaan yang mengerikan di Gaza terus memburuk secara berbahaya," kata Hamas dalam sebuah pernyataan.
Pernyataan tersebut dikeluarkan saat kelompok perlawanan itu dijadwalkan mengumumkan identitas ketiga sandera Israel yang akan dibebaskan pada hari Sabtu (8/2/2025).
"Tudingan Hamas ini menggarisbawahi rapuhnya kesepakatan yang dicapai bulan lalu dengan mediator Mesir dan Qatar dan didukung oleh Amerika Serikat," kata laporan Anews.
Pengumuman nama-nama sandera Israel yang akan dibebaskan tersebut ditunda pada hari Jumat menyusul tuduhan Hamas terhadap Israel ini.
"Tidak segera jelas apakah penundaan itu akan menunda pertukaran sandera dan tahanan yang dijadwalkan pada hari Sabtu," tambah laporan tersebut.

Pasukan Israel Dikerahkan di Berbagai Titik di Gaza
Menambah panasnya eskalasi, Perdana Menteri Israel Benjamin Netanyahu juga melontarkan dukungan atas visi Trump untuk Gaza sebagai rencana yang "luar biasa".
Namun, rencana Trump tersebut langsung ditolak oleh negara-negara Arab, kelompok-kelompok Palestina termasuk Hamas dan Otoritas Palestina.
"Dan banyak warga Gaza, yang mengatakan mereka akan membangun kembali rumah dan restoran mereka sendiri," kata laporan ANews.
Namun para pemimpin Israel telah mengulangi pernyataan bahwa warga Gaza sebaiknya melaksanakan 'relokasi sukarela' untuk pergi dari Gaza.
"Menteri Pertahanan Israel Katz bahkan memerintahkan tentara pada hari Kamis untuk menyiapkan rencana guna memungkinkan kepergian penduduk Gaza yang ingin pergi," kata laporan tersebut.
Sejauh ini, 13 sandera Israel dari 33 anak-anak, wanita, dan pria lanjut usia yang akan dibebaskan pada tahap pertama perjanjian selama 42 hari telah kembali ke rumah dan ratusan tahanan Palestina telah dibebaskan sebagai gantinya. Lima sandera Thailand juga telah dipulangkan.
Negosiasi tahap kedua dari perjanjian multi-fase, yang ditujukan untuk mengamankan pembebasan sekitar 60 sandera pria dan penarikan pasukan Israel dari Gaza, telah dimulai dan tim negosiasi Israel diharapkan terbang pada hari Sabtu ke Doha, media Israel melaporkan pada Jumat.
"Namun, tuduhan yang dilontarkan Hamas terhadap Israel menunjukkan betapa rendahnya rasa percaya antara kedua belah pihak setelah lebih dari 15 bulan episode paling berdarah dalam konflik yang telah berlangsung puluhan tahun," ulas Anews.
Militer Israel (IDF) mengatakan pada hari Jumat bahwa para komandan sedang melakukan penilaian situasi menjelang fase berikutnya dari perjanjian yang saat ini sedang dibahas.
"Pasukan IDF dikerahkan di berbagai titik di sekitar Jalur Gaza untuk assesment tersebut," tambah laporan itu.

Bantuan Tipu-tipu
Hamas mengatakan Israel juga melanggar gencatan senjata yang disepakati dengan memanipulasi bantuan yang masuk ke Gaza.
Hamas menyebut, hanya 8.500 truk dari 12.000 yang seharusnya tiba sejauh ini telah memasuki Jalur Gaza.
Dari jumlah tersebut, sebagian besar berisi makanan dan barang-barang sekunder termasuk keripik dan coklat, bukannya kebutuhan mendesak lainnya yang dibutuhkan warga Gaza.
"Ini menunjukkan manipulasi yang jelas terhadap prioritas bantuan dan tempat tinggal," kata pernyataan Hamas.
Selain itu, hanya 10 persen dari 200.000 tenda dan 60.000 karavan yang dibutuhkan untuk menyediakan tempat berlindung telah tiba, kata Hamas.
Hal ini, sambung pernyataan tersebut, menyebabkan ratusan ribu orang menderita cuaca musim dingin yang ekstrem.
Pelanggaran lain, alat berat yang dibutuhkan untuk membersihkan jutaan ton puing dan mengevakuasi ribuan jenazah yang diperkirakan tertimbun belum tiba.

Sejauh ini, meskipun ada tuduhan pelanggaran gencatan senjata yang dilontarkan oleh kedua belah pihak, gencatan senjata telah berlangsung, yang masih membuka jalan bagi diakhirinya perang dan pembangunan kembali Gaza yang kini telah hancur.
Kelompok bersenjata pimpinan Hamas menyerang Israel pada 7 Oktober 2023, menewaskan sekitar 1.200 orang dan menyandera lebih dari 250 orang dalam kerugian jiwa terbesar dalam satu hari sejak berdirinya negara Israel pada tahun 1948.
Sebagai tanggapan, Israel membuka kampanye yang telah menewaskan lebih dari 47.000 warga Palestina, menurut otoritas kesehatan Gaza dan menghancurkan daerah kantong itu.
(oln/Anews/*)
Konflik Palestina Vs Israel
Konser Amal untuk Palestina di Wembley, London Meraup Rp 33,2 Miliar |
---|
Spanyol akan Mundur dari Eurovision 2026 jika Israel Berpartisipasi |
---|
Macron: Aksi Militer Israel Gagal di Gaza, Solusinya Akui Negara Palestina |
---|
PM Spanyol Serukan Larangan bagi Israel dari Semua Olahraga Internasional |
---|
Gaza Dibungkam, Internet dan Telepon Padam Total saat Tank Israel Kepung Kota |
---|
Isi komentar sepenuhnya adalah tanggung jawab pengguna dan diatur dalam UU ITE.