Sabtu, 4 Oktober 2025

Konflik Palestina Vs Israel

Taktik Gerilya Hamas Ala Hizbullah Tahun 2000 Versus Teknologi AI Militer Puluhan Tahun Israel

Al Qassam, sayap militer Hamas, mengadopsi taktik gerilya yang disempurnakan dari Hizbullah, sementara tentara Israel mengandalkan teknologi AI Milite

khaberni/HO
Tangkapan layar yang menunjukkan seorang petempur Al Qassam, sayap militer Hamas, di Rafah, Jalur Gaza Selatan mengarahkan roket Yasin 105 di depan moncong tank Merkava Israel. 

Beberapa sumber, termasuk mantan personel militer Israel, menyatakan keprihatinan kalau penggunaan AI militer Israel telah secara signifikan meningkatkan korban sipil.

Laporan itu mengungkapkan kalau  sistem AI, termasuk “Gospel” dan “Lavender,” memproses intelijen dengan kecepatan yang belum pernah terjadi sebelumnya.

Sistem AI ini memungkinkan militer Israel untuk mengebom 12.000 target di Gaza dalam beberapa minggu.

"Tentara Israel bekerja dalam apa yang digambarkan sebagai "pabrik target," memprioritaskan kecepatan di atas penilaian intelijen dan mengurangi waktu yang dibutuhkan untuk evaluasi menjadi hanya tiga menit," kata laporan itu.

Baca juga: Mantan Perwira Intelijen Israel: Unit 8200 IDF Kini Bobrok, Dilanda Krisis Terburuk dalam Sejarahnya

Tentara Israel anggota Unit 8200 yang berspesialisasi di bidang intelijeb dan siber saat bekerja.
Tentara Israel anggota Unit 8200 yang berspesialisasi di bidang intelijeb dan siber saat bekerja. (photo credit: IDF SPOKESPERSON'S UNIT)

Satuan 8200

Teknologi ini menjadi lebih menonjol pada tahun 2020 di bawah kepemimpinan Yossi Sariel, di Unit Intelijen militer Israel 8200.

Dalam sebuah buku 2021, Sariel, yang telah belajar di AS, mengatakan kalau AI dapat menggunakan jejak digital untuk membuat “database target” dengan informasi tentang nama, lokasi, dan gerakan tersangka.

Sariel, pendukung kuat AI, menjadi kepala Unit 8200 setelah kembali ke Israel pada 2020.

Namun, sumber yang berbicara kepada The Post mengangkat kekhawatiran tentang “pengabdian buta” untuk AI.

Kolumnis Israel, Ben Caspit mencatat bahwa unit intelijen Israel tidak berbagi informasi dengan tentara IDF di lapangan.

Untuk menyelesaikan ini, Mossad dan Unit 8200 mengembangkan "kolam" terpusat untuk intelijen militer, menurut laporan The Washington Post.

Sariel mendorong inisiatif ini lebih lanjut, mendukung restrukturisasi di Pangkalan Udara Nevatim Israel, di mana komandan militer menyebut reorganisasi itu sebagai “pabrik AI.”

Sebagai tanggapan, militer Israel berinvestasi dalam teknologi cloud untuk mendukung operasinya melawan Hizbullah, dengan tentara mendapatkan akses langsung ke data intelijen melalui aplikasi, yang disebut “Pembenahan.”

Unit 8200 juga membantu mengembangkan “bank target” yang berisi koordinat dan bahkan jumlah apartemen Hamas dan Hizbullah.

Sumber yang akrab dengan program ini mengatakan temuan perlu diverifikasi oleh dua sumber independen dan diperbarui terus-menerus.

Unit intelijen Israel melatih AI untuk membuat basis data target baru. Miliaran sinyal dikumpulkan dari drone, jet tempur, dan sensor seismik, yang kemudian direferensikan silang dengan nomor telepon, profil media sosial, dan data lainnya.

Halaman
123
Rekomendasi untuk Anda

Berita Terkini

© 2025 TribunNews.com, a subsidiary of KG Media. All Right Reserved