Senin, 29 September 2025

Konflik Suriah

Mengapa Bashar Assad Tumbang Begitu Cepat? Ke Mana Bantuan Militer Iran saat Ibu Kota Damaskus Jatuh

Arya juga menyebut beberapa momen penting jelang tumbangnya Assad, yang tidak diekspose banyak media Barat.

khaberni/HO
Pasukan pemberontak menguasai Kota Damaskus, sekaligus menandai jatuhnya kekuasaan Bashar Al Assad di Suriah. 

TRIBUNNEWS.COM, JAKARTA - Runtuhnya kekuasaan Bashar Al Assad di Suriah tentu merupakan pukulan berat bagi Teheran.

Kejatuhan Assad dipastikan melemahkan "Poros Perlawanan" yang diinisiasi Iran untuk melawan Amerika, Israel dan sekutunya di Timur Tengah.

Kejatuhan Suriah juga bisa diartikan hilangnya jalur distribusi senjata Iran untuk Hizbullah di Lebanon. Mungkin juga Hamas di Gaza.

Selama empat dekade terakhir, Iran telah mencurahkan pikiran militer terbaiknya, miliaran dolar, dan persenjataan canggih untuk sebuah proyek besar — ​​melawan kekuatan AS dan Israel di Timur Tengah melalui apa yang disebutnya sebagai "poros perlawanan."

Namun di sisi lain, kejatuhan Assad menyisakan banyak pertanyaan, terutama soal dukungan Iran dan Rusia mempertahankan sekutu tradisional mereka. 

Ke mana Iran? Mengapa Damaskus jatuh begitu cepat?

Arya, pegiat media sosial Iran yang "concern" terhadap isu-isu di Timur Tengah, memberikan analisa yang berbeda dibanding kebanyakan analis dari Barat terkait jatuhnya Damaskus begitu cepat.

"Dapat dikatakan bahwa semua orang terkejut dengan kejadian di Suriah. Tidak ada yang menduga hal ini akan terjadi sekarang—sebenarnya itu tidak benar," tulisnya di X.

Menurutnya, enam bulan yang lalu, pemimpin Iran (Imam Ali Khamenei) telah memperingatkan Bashar Assad mengenai pemberontakan HTS—namun Assad mengabaikannya.

"Ketika ISIS muncul di Suriah dan situasi keamanan menjadi buruk, pemerintah Suriah secara resmi meminta bantuan dari Iran. "

"Kehadiran Iran di Suriah dibingkai dalam peran penasehat, yang berarti tentara dan pasukan militer Suriah sendirilah yang memerangi para teroris, sementara para penasihat Iran mendukung mereka."

"Meskipun Iran kadang-kadang diharuskan mengirim pasukan khusus terbatas (seperti IRGCQF) karena keadaan khusus, peran utamanya tetap bersifat penasehat."

Saat itu, sambungnya, ISIS tengah bergerak maju sedemikian rupa sehingga ketika pasukan sekutu yang mendukung Assad memasuki medan perang, mereka disambut oleh masyarakat.

Dukungan publik ini, menurutnya, dikombinasikan dengan kehadiran tentara Suriah (SAA) dan upaya konsultasi Iran atas permintaan resmi Suriah, pada akhirnya menghentikan ancaman ISIS.

Pada tahun 2017, berakhirnya kekuasaan ISIS diumumkan, terutama karena upaya dan kerja keras Jenderal Iran ketika itu, mendiang Qassem Soleimani.

Halaman
123
Rekomendasi untuk Anda

Berita Terkini

© 2025 TribunNews.com, a subsidiary of KG Media. All Right Reserved
About Us Help Privacy Policy Terms of Use Contact Us Pedoman Media Siber Redaksi Info iklan