Senin, 29 September 2025

Melemahnya Bursa Saham Ancam Keberlangsungan Sejumlah Startup China

Sejumlah perusahaan rintisan (startup) Tiongkok tidak dapat mencatatkan diri di bursa saham atau memulai penawaran umum perdana (IPO) mereka.

Editor: Wahyu Aji
handout/Istimewa
Ilustrasi startup 

TRIBUNNEWS.COM, JAKARTA - Sejumlah perusahaan rintisan (startup) Tiongkok tidak dapat mencatatkan diri di bursa saham atau memulai penawaran umum perdana (IPO) mereka.

Kondisi itu terjadi di tengah hampir terhentinya pasar saham di Tiongkok. 

Mengutip dari Greekcitytimes, Kamis (5/12/2024), hal ini berisiko memicu gugatan hukum terhadap sejumlah startup Tiongkok.

 

Gugatan kerap diajukan para pemodal awal yang ingin mendapatkan uang mereka kembali. 

Pasar IPO tahun ini sedang mengalami kesulitan di Tiongkok, dan krisis properti yang sedang berlangsung mengguncang kepercayaan investor.

Sesuai proses penataan startup global, investor dapat mengklaim kembali modalnya dengan premi, khususnya jika startup terkait tak bisa mencatatkan IPO dalam waktu yang ditentukan.

Sebaliknya, pemerintah Tiongkok ingin menciptakan swasembada perusahaan-perusahaan mereka. Namun, tidak mampu melindungi perusahaan itu dari gejolak ekonomi internal dan konflik geopolitik. 

Proses permintaan penebusan dari perusahaan rintisan yang gagal semakin cepat. Karena, lebih dari 641 perusahaan Tiongkok tidak dapat mencapai tahap IPO pada tahun 2023. 

Regulator pasar juga memperketat cengkeraman mereka terhadap perusahaan rintisan. Karena, mereka gagal membayar kembali investornya, sehingga mengakibatkan kerugian besar. 

Perselisihan terkait penebusan. Berdasarkan catatan, 14.000 startup Tiongkok dengan investasi sekitar 8,6 triliun yuan (USD1,2 triliun) menghadapi kemarahan investor.

Pasar IPO Tiongkok

Pemimpin tertinggi Tiongkok, Xi Jinping, telah melakukan upaya bertahun-tahun menghidupkan kembali perekonomian negaranya. Hal itu dilakukan melalui serangkaian paket stimulus, namun tidak membuahkan hasil. 

Hal ini menyebabkan pemodal ventura kehilangan kepercayaan, dan para pendiri startup sangat terguncang. Kasus terkenal perusahaan investor Luxin Capital yang menggugat pemegang saham pengendali startup Shandong Inlarin Technology, Peng Hongyue, menjadi pemberitaan luas. 

Luxin Capital mengklaim bahwa perusahaan gagal membayar kembali saham yang telah disepakati dalam persyaratan penebusan ketika tahap IPO tidak tercapai.

Pasar IPO Tiongkok berkembang pesat sebelum pandemi COVID-19, yang berarti hampir tidak ada masalah terkait penebusan. 

Halaman
12
Rekomendasi untuk Anda

Berita Terkini

© 2025 TribunNews.com, a subsidiary of KG Media. All Right Reserved
About Us Help Privacy Policy Terms of Use Contact Us Pedoman Media Siber Redaksi Info iklan