Sabtu, 4 Oktober 2025

Takut Donald Trump, Sejumlah Imigran Mulai Membatalkan Niat Pindah ke AS dan Balik dari Meksiko

Reuters mendapati mayoritas migran yang terdampar di Tapachula , Meksiko sepertinya mulai memikirkan untuk kembali ke negara asalnya

Penulis: Bobby W
ISAAC GUZMAN / AFP
Ratusan migran dari berbagai negara berangkat menuju perbatasan Meksiko-AS dari Tapachula, Negara Bagian Chiapas, Meksiko pada 20 November 2024. 

TRIBUNNEWS.COM - Sikap tegas presiden terpilih Amerika Serikat (AS) Donald Trump terkait masalah imigrasi tampaknya mulai menjadi momok menakutkan bagi kaum migran.

Hal ini pun meninggalkan dua pilihan bagi warga luar AS yang ingin mencoba peruntungannya di negeri Paman Sam.

Mulai menerobos masuk ke AS baik secara ilegal maupun resmi, sedangkan pilihan kedua adalah meninggalkan impian untuk mengadu nasib di Amerika.

Kegalauan ini yang dirasakan oleh Nadia Montenegro, imigran asal Venezuela yang mencoba peruntungannya untuk berpindah ke AS.

Dikutip dari wawancara bersama Reuters pada Selasa (3/12/2024), Nadia mengaku sudah berminggu-minggu "terdampar" di Tapachula, Meksiko menunggu kabar janji temunya untuk bisa bermigrasi secara legal ke AS.

Namun, seiring dengan pergantian pemerintahan AS yang terjadi setelah Pemilu 2024, Nadia sepertinya mulai mengurungkan ambisinya untuk bisa bermigrasi ke AS sebelum Presiden terpilih Donald Trump dilantik pada 20 Januari

Karena janji kampanyenya yang tegas soal migrasi, Nadia pun mengaku dirinya makin pesimis bisa memasuki AS secara sah melalui aplikasi pemerintah ketika Trump resmi dilantik.

Mengingat kemungkinan itu, Montenegro mengatakan dia lebih memilih untuk kembali ke rumahnya di Venezuela.

Nadia kini mengaku lebih takut dengan risiko kekerasan yang akan ia temui selama perjalanan pulang melalui Meksiko daripada kesulitan ekonomi yang ia alami selama di Venezuela.

"Saya trauma. Jika saya tidak mendapat janji temu, saya mungkin akan kembali ke Venezuela," katanya dengan putus asa.

Kasus serupa juga diungkapkan oleh Tito saat ditemui Reuters di luar kantor migrasi Tapachula, Meksiko.

Baca juga: Angela Merkel: Trump, Putin, dan Kim Jong Un Memiliki Sifat Serupa

Tito, yang hanya memberikan nama depannya, meninggalkan Haiti menuju Chili pada 2019, di mana ia mendirikan sebuah perusahaan yang menjual palet kayu dan bertemu dengan seorang wanita Haiti yang kemudian ia nikahi.

Namun, pandemi membuatnya terpaksa menutup usaha.

Pada tahun 2022 ia pun mencoba peruntungannya dengan melanjutkan perjalanan ke AS, berjanji kepada keluarganya untuk bisa bekerja di sana dan mengirim kembali uang ke rumah.

Namun demikian, Tito juga mengalami ketidakjelasan nasib dalam dua tahun terakhir.

Seperti halnya semua orang di Tapachula, dia terjebak menunggu bisa masuk ke AS tanpa kepastian.

Tito tiba di Meksiko 15 bulan lalu dan mengatakan dia telah menunggu janji temu CBP-One secara bergantian sejak saat itu.

Sekitar 1.450 janji temu dikeluarkan setiap hari, namun kriterianya sangat sulit dipahami.

“Beberapa orang datang dan mendapat janji temu keesokan harinya,” kata Tito. “Saya tidak mengerti itu.”

Saat wawancara, Tito kemudian dengan halus menunjuk para penyelundup manusia yang mengawasi dari balik dinding imigrasi.

Mereka sudah lama mencoba menawarkan jasa masuk ke AS secara ilegal kepada Tito, namun ia menolaknya

“Saya berpikir untuk menyeberang dengan coyote,” kata Tito, merujuk pada para penyelundup manusia yang ditunjuknya.

“Tapi itu berbahaya.” sambungnya.

Ratusan migran dari berbagai negara berangkat menuju perbatasan Meksiko-AS dari Tapachula, Negara Bagian Chiapas, Meksiko pada 20 November 2024.
Ratusan migran dari berbagai negara berangkat menuju perbatasan Meksiko-AS dari Tapachula, Negara Bagian Chiapas, Meksiko pada 20 November 2024. (ISAAC GUZMAN / AFP)

Setelah mewawancarai 12 orang imigran lainnya, Reuters mendapati sentimen serupa dan memperkirakan mayoritas migran yang terdampar di Tapachula , Meksiko sepertinya mulai memikirkan untuk kembali ke negara asalnya dibandingkan mencoba untuk masuk ke AS.

Meskipun tidak ada angka resmi, organisasi hak asasi manusia setempat memperkirakan bahwa saat ini terdapat 50.000 migran di Tapachula dengan status menggantung apakah bisa masuk ke AS atau tidak.

Sementara itu, jumlah penduduk tetap di Tapachula sendiri mencapai sekitar 350.000 jiwa sehingga seperdelapan kota yang dekat dengan perbatasan AS tersebut kini ditinggali migran nomaden.

Trump Sudah Hubungi Presiden Meksiko untuk Bendung Imigran

Gubernur The Fed Bank of Minneapolis Neel Kashkari menilai kebijakan deportasi imigran ilegal yang akan diberlakukan presiden baru Donald Trump  akan merugikan perekonomian Amerika Serikat (AS).
Guna mengatasi masalah imigran ilegal yang terus merangsek masuk ke Amerika Serikat, Donald Trump pun menggelar perbincangan empat mata dengan Presiden Meksiko, Claudia Sheinbaum Pardo.. (Global News)

Seperti yang diketahui sebelumnya, masalah imigrasi menjadi salah satu prioritas pertama dalam program kerja Presiden Terpilih Amerika Serikat 2024, Donald Trump.

Keseriusan dan komitmen Donald Trump guna mengatasi masalah tersebut dapat dilihat dalam langkah bilateral terbarunya yang dilakukan pada Rabu (27/11/2024) waktu setempat.

Guna mengatasi masalah imigran ilegal yang terus merangsek masuk ke Amerika Serikat, Donald Trump pun menggelar perbincangan empat mata dengan Presiden Meksiko, Claudia Sheinbaum Pardo.

"Saya baru saja melakukan percakapan yang luar biasa dengan Presiden baru Meksiko, Claudia Sheinbaum Pardo," tulisnya di Truth Social pada Rabu waktu setempat.

Dikutip dari Fox, keduanya dikabarkan mengangkat topik penghentian migrasi ilegal yang selama ini terjadi sebagai bahasan utama.

"Dia telah setuju untuk menghentikan migrasi melalui Meksiko dan menuju Amerika Serikat, secara efektif menutup perbatasan selatan kita." lanjutnya.

Presiden terpilih Donald Trump mengatakan bahwa ia telah berbicara dengan Presiden Meksiko Claudia Sheinbaum Pardo, yang menurutnya telah setuju untuk menghentikan aktivitas migrasi ilegal melalui Meksiko menuju Amerika Serikat.

"Meksiko akan menghentikan orang-orang untuk menuju perbatasan selatan kita, efektif segera. INI AKAN JAUH MENGURANGI INVASI ILEGAL KE AMERIKA SERIKAT. Terima kasih!!!"  lanjutnya.

Selain migrasi ilegal, Trump mengaku juga telah membahas masalah peredaran narkoba antara kedua negara dalam perbincangannya dengan Sheinbaum.

"Kami juga membahas apa yang bisa dilakukan untuk menghentikan aliran besar narkoba ke Amerika Serikat, serta konsumsi narkoba di AS. Percakapan ini sangat produktif!" pungkas Trump.

Dalam sebuah unggahan di X, Sheinbaum juga membagikan isi percakapannya dengan Donald Trump.

Claudia Sheinbaum
Claudia Sheinbaum (Tangkap layar X)

Sheinbaum mengatakan bahwa ia berbicara dengan Trump melalui telepon dan keduanya membahas "penguatan kolaborasi dalam isu-isu keamanan," .

Setelah menjalani diskusi cukup panjang dengan Trump, Sheinbaum mengatakan kedua belah pihak berhasil meraih kesepakatan dan kesepahaman "sangat baik,"  seperti yang dikutip dari Reuters.

Langkah Trump yang berhasil melakukan negosiasi dengan cepat bersama Sheinbaum ini diduga terjadi setelah muncul ancaman finansial yang dinyatakan Trump pada awal minggu ini.

Sebelumnya, sosok calon presiden dari Partai Republik tersebut telah mengeluarkan "ancaman" ke negara tetangganya tersebut bila mereka tak bisa memerketat perbatasan Meksiko dan Amerika Serikat.

Trump dikabarkan siap mengenakan sanksi berupa denda dalam bentuk kenaikan tarif pajak yang signifikan pada barang-barang impor Meksiko yang masuk ke AS.

Donald Trump juga diketahui sejak lama mengeluhkan bahwa Meksiko tidak cukup berupaya untuk menghentikan aliran migran dan narkoba ilegal di sisi perbatasan selatan mereka.

(Tribunnews.com/Bobby)

Sumber: TribunSolo.com
Rekomendasi untuk Anda

Berita Terkini

© 2025 TribunNews.com, a subsidiary of KG Media. All Right Reserved