Warga Iran Ingin Trump Menang Pemilu AS, Mengapa?
Banyak orang Iran memperhatikan pemilu AS, di tengah konflik yang membara antara Iran dan Israel. Bagi mereka, Donald Trump dan Kamala…
Israel menganggap program nuklir Iran sebagai ancaman eksistensial. Iran telah memperingatkan bahwa serangan Israel terhadap fasilitas nuklirnya akan mendapat respons keras.
"Untuk serangan yang berhasil di semua fasilitas nuklir Iran, Israel memerlukan dukungan AS," kata Sina Azodi, dosen di Elliott School of International Affairs di George Washington University di Washington, kepada DW.
Azodi mengatakan fasilitas nuklir Iran tersebar di beberapa lokasi, beberapa dengan bunker bawah tanah, yang membuatnya lebih sulit untuk dihancurkan sepenuhnya.
"Namun, menjelang pemilu, pemerintah AS ingin menghindari terlibat dalam perang," kata Azodi.
Ketika ditanya apakah ia mendukung perubahan sistem di Iran, Trump mengatakan kepada podcaster Iran-Amerika Patrick Bet David pada 17 Oktober: "Kita tidak bisa sepenuhnya ikut campur. Mari kita hadapi, kita bahkan tidak bisa mengatur diri kita sendiri."
"Saya ingin melihat Iran sangat sukses," kata Trump. "Satu-satunya masalah adalah mereka tidak boleh memiliki senjata nuklir."
Perdamaian Timur Tengah?
Apa yang akan terjadi setelah pemilu presiden AS masih harus dilihat. "Jika Kamala Harris memenangkan pemilu, pemerintahannya mungkin akan mencoba mencapai kesepakatan sementara dengan Iran," kata Azodi.
Di masa lalu, Harris membela perjanjian nuklir dengan Iran dan menganggapnya sebagai pencapaian signifikan dari kepresidenan Obama.
Dalam perannya sebagai wakil presiden, ia mendukung upaya untuk menghidupkan kembali perjanjian tersebut selama empat tahun terakhir. Namun, upaya tersebut tidak berhasil.
"Jika Donald Trump menang, ia bisa membawa perubahan mendasar dalam hubungan AS-Iran," kata Azodi.
"Ia memiliki potensi untuk menyatukan semua kritikus Iran di Partai Republik untuk mencapai kesepakatan yang berbeda dengan Iran," tambahnya.
Dalam wawancara minggu lalu dengan penyiar milik negara Saudi, Al Arabiya, Trump mengatakan bahwa jika terpilih, ia akan memasukkan Iran ke dalam Abraham Accords, bersama dengan setidaknya selusin negara lain.
"Abraham Accords dicapai selama masa kepresidenan saya," katanya. "Tidak ada yang mengira itu mungkin."
Kesepakatan yang ditandatangani di Gedung Putih pada September 2020 itu menormalkan hubungan antara Israel dan Uni Emirat Arab serta Bahrain, dan kemudian, Maroko.
Trump mengatakan kepada Al Arabiya bahwa perdamaian di Timur Tengah akan mungkin tercapai di bawah kepemimpinannya. Perpanjangan perjanjian itu akan melibatkan penataan ulang besar di mana Iran, musuh regional terbesar Israel dan AS, akan menjadi sekutu.
Namun, ia tidak memberikan rincian tentang bagaimana ia bermaksud mencapai kesepakatan besar ini. Sementara, rezim di Iran yang menghadapi ketidakpuasan di dalam negeri dan kemungkinan konflik yang semakin memanas dengan Israel, tidak menunjukkan tanda-tanda bersedia membuat kesepakatan.
Artikel ini diadaptasi dari DW berbahasa Jerman
Isi komentar sepenuhnya adalah tanggung jawab pengguna dan diatur dalam UU ITE.