Pemerintah Indonesia mau tarik investasi dari orang superkaya - Apa itu Family Office dan enam hal yang perlu diketahui
Pemerintah Indonesia tengah mengkaji kebijakan untuk menarik investasi dari keluarga superkaya. Sejumlah kalangan memperingatkan potensi…
"Aman, kerahasiaan terjaga dan keuntungan tinggi," kata Esther Sri Astuti, Direktur Eksekutif Institute For Development of Economics and Finance (Indef).
Tapi persoalannya, baru-baru ini Pusat Data Nasional (PDN) diretas. Perlindungan data pribadi juga dipersoalkan. Hal ini berkaitan dengan syarat mengenai aman, dan kerahasiaan.
"Jika ingin membentuk family office maka harus masalah data protection harus segera diatasi," kata Eshter.
Lainnya, kata dia, perlu dipastikan investasi dari kantor keluarga dilarikan ke sektor riil seperti membangun pabrik, sehingga dapat menciptakan lapangan pekerjaan.
"Kalau hanya menyimpan uang saja, saya rasa tidak berdampak luas dan rentan terjadi capital flight (modal ditarik keluar) ketika suku bunga turun," tambah Esther.
Untuk menarik orang superkaya berinvestasi melalui kantor keluarga, pemerintah juga disarankan Esther agar mengarahkan penanaman modal pada proyek-proyek strategis jangka panjang yang menguntungkan.
Ke mana saja kemungkinan harta orang superkaya ini diputar?
Meskipun tercatat memiliki kantor keluarga di Indonesia, tapi, "Tidak ada jaminan uang yang dikelola dari kantor keluarga diinvestasikan di Indonesia," kata Guru Besar Fakultas Ekonomi dan Bisnis di Universitas Padjajaran (Unpad), Profesor Arief Anshory Yusuf.
Orang superkaya mengendalikan penuh harta kekayaannya termasuk bagaimana itu diinvestasikan, "Dia mau investasikan di mana, ya terserah mereka," kata Arief.
Kedua, Arief menilai kantor keluarga kemungkinan akan lebih banyak bermain di sektor keuangan dan perbankan dibandingkan sektor riil.
"Dan sektor-sektor ini kan padat modal, bukan padat karya. Job creation (lapangan pekerjaan) seperti apa yang akan diciptakan oleh sektor finansial lagi," katanya bertanya-tanya.
Ada kemungkinan lain, harta kekayaan dari kantor keluarga ini hanya terparkir di bank. Tapi risikonya itu tadi: berpotensi membuat bank goyang ketika modal ditarik keluar secara tiba-tiba oleh pemiliknya.
Mengapa dikhawatirkan berisiko dengan praktik pencucian uang?
Baru-baru ini negara tetangga, Singapura diguncang skandal pencucian uang yang melibatkan enam kantor keluarga. Nilainya mencapai 2,2 miliar dolar AS atau hampir Rp36 triliun.
Sebanyak 10 tersangka dalam kasus ini adalah buronan di China sejak 2017 yang dituduh terlibat dalam judi online.
Kantor keluarga mereka disebut memperoleh insentif pajak dari Otoritas Moneter Singapura (OMS). Namun, insentif pajak tersebut baru dicabut dari tahun keuangan ketika pemilik dana kantor keluarga mulai dihukum. Artinya selama ini kantor mereka dapat insentif pajak dan segala kemudahan berusaha.
Isi komentar sepenuhnya adalah tanggung jawab pengguna dan diatur dalam UU ITE.