Selasa, 30 September 2025

PM Australia Sambut Baik Kabar Pemulangan Julian Assange: Kasusnya Sudah Berlarut-larut Terlalu Lama

Perdana Menteri Australia Anthony Albanese mengapresiasi kabar bahwa pendiri WikiLeaks, Julian Assange, diperkirakan akan segera "dipulangkan"

Penulis: Bobby W
Editor: Sri Juliati
Yuichi YAMAZAKI / AFP
Pendiri WikiLeaks Julian Assange tiba di Gedung Pengadilan Federal AS di Persemakmuran Kepulauan Mariana Utara di Saipan, Kepulauan Mariana Utara, pada Rabu (26/6/2024) 

TRIBUNNEWS.COM - Perdana Menteri Australia Anthony Albanese pada Selasa (25/6/2024) mengapresiasi kabar, pendiri WikiLeaks, Julian Assange, diperkirakan akan  segera "dipulangkan" ke negeri asalnya.

Kepulangan Julian Assange ke tanah kelahirannya ini terjadi setelah sosok pendiri WikiLeaks tersebut mengakui bersalah atas kejahatan serius menyebarkan dokumen rahasia AS melalui situsnya.

Melalui kesepakatan pengakuan bersalah tersebut, Assange pun bisa melalui sisa masa hukumannya dengan kembali ke tanah kelahirannya.

Pengakuan bersalah dari Julian Assange ini merupakan bagian dari kesepakatan antara Departemen Kehakiman AS dengan Assange yang memungkinkannya  untuk menghindari masa penjara di Amerika Serikat.

Dalam persyaratan kesepakatan baru ini, jaksa Departemen Kehakiman akan menuntut hukuman 62 bulan penjara kepada Assange.

Durasi hukuman tersebut setara dengan waktu yang telah dihabiskan Assange di penjara keamanan tinggi di London saat dia menolak ekstradisi ke AS.

Kesepakatan tersebut juga memungkinkan Assange untuk segera kembali ke Australia, negara kelahirannya.

Albanese sendiri mengindikasikan bahwa pihaknya akan membuat pernyataan resmi mengenai kasus Assange setelah semua proses hukum selesai.

Dikutip Tribunnews dari ABC News, Jurubicara pemerintah Australia membenarkan hal tersebut.

Ia mengatakan Alabanese tidak akan memberikan komentar lebih lanjut sampai proses hukum Assange tersebut benar-benar rampung.

"yang jelas ia (Albanese) menilai bahwa kasus Julian Assange telah berlarut-larut terlalu lama dan tidak ada hikmah yang dapat diambil dengan terus memenjarakannya," ucapnya menyampaikan pesan dari Anthony Albanese.

Baca juga: Julian Assange Tiba di AS untuk Pengakuan Bersalah, segera Diekstradisi ke Australia usai Disidang

Adapun pengakuan bersalah ini masih harus disetujui oleh seorang hakim federal, namun pada pagi hari Senin (24/6/2024), Assange sudah dibebaskan dari penjara di Inggris, menurut WikiLeaks.

WikiLeaks mengabarkan bahwa Assange telah dibebaskan pada hari Senin dari penjara keamanan maksimum Belmarsh setelah mendapatkan jaminan dari Pengadilan Tinggi di London sebelum naik pesawat di Bandara Stansted pukul 17.00 waktu setempat.

"Julian Assange bebas. Dia meninggalkan penjara keamanan maksimum Belmarsh pada pagi hari tanggal 24 Juni, setelah menghabiskan 1901 hari di sana. Dia diberikan jaminan oleh Pengadilan Tinggi di London dan dibebaskan di bandara Stansted pada sore hari, di mana dia naik pesawat dan meninggalkan Inggris," demikian pernyataan WikiLeaks pada hari Selasa.

Dalam pernyataan tersebut, WikiLeaks juga mengatakan bahwa Julian Assange sudah sampai di wilayah hukum AS yakni Pulau Saipan guna mendengarkan vonis yang akan dijatuhkan kepadanya.

"Julian Assange telah tiba di wilayah AS di Pulau Saipan untuk menyelesaikan kesepakatan pengakuan bersalah yang seharusnya tidak perlu terjadi," tulis WikiLeaks.

Wikileaks: Kebebasan Julian adalah kebebasan kita

Menurut WikiLeaks, Assange meninggalkan penjara keamanan maksimum Belmarsh setelah menghabiskan 1.901 hari di sana.

"Setelah lebih dari lima tahun di sel berukuran 2x3 meter, terisolasi 23 jam sehari, dia akan segera bersatu kembali dengan istrinya, Stella Assange, dan anak-anak mereka, yang hanya mengenal ayah mereka dari balik jeruji," kata WikiLeaks dalam pernyataan di X.

"Pembebasannya adalah hasil dari kampanye global yang melibatkan organisasi basis-basis, pembela kebebasan pers, legislator, dan pemimpin dari berbagai spektrum politik, hingga PBB," tambah pihak Wikileaks dalam cuitannya.

"Selama bertahun-tahun penahanan dan penganiayaan terhadap Julian, gerakan luar biasa telah terbentuk. Orang-orang dari berbagai latar belakang dari seluruh dunia yang mendukung bukan hanya Julian ... tetapi apa yang Julian perjuangkan: kebenaran dan keadilan," kata istrinya, Stella.

Nama Julian Assange sendiri mulai terkenal pada medio tahun 2010-an karena situsnya yakni WikiLeaks membocorkan dokumen-dokumen rahasia AS di internet.

Bocoran yang mengungkap korespondensi sensitif diplomatik Amerika dan catatan militer rahasia yang dilakukan AS ini membuatnya mendapatkan pujian dan kritik internasional.

Salah satu yang menjadi sorotan termasuk video serangan udara AS tahun 2007 di Baghdad yang menewaskan beberapa orang, termasuk dua jurnalis Reuters.

Imbas penyebaran informasi tersebut, Assange kemudian menjadi buron Pemerintah AS yang berusaha untuk melakukan ekstradisi kepadanya.

Guna menghindari hal tersebut, Assange pun menghabiskan tujuh tahun di Kedutaan Besar Ekuador di London guna mencegah penangkapannya.

Pada tahun 2019, Assange yang diusir dari kompleks diplomatik Ekuador kemudian mendekam di penjara Inggris.

Assange kemudian menghabiskan lima tahun terakhir di penjara keamanan maksimum Belmarsh di Inggris sebelum ia akhirnya mengakui bersalah pada tahun ini agar bisa kembali pulang ke tanah kelahirannya di Australia.

(Tribunnews.com/Bobby)

Sumber: TribunSolo.com
Rekomendasi untuk Anda

Berita Terkini

© 2025 TribunNews.com, a subsidiary of KG Media. All Right Reserved