Kamis, 2 Oktober 2025

Konflik Palestina Vs Israel

Kebakaran Besar di Dekat Pangkalan Militer Ofrit Israel Usai Hamas Tolak Rencana 'The Day After War'

Dua belas unit pemadam kebakaran Israel dikerahkan untuk mengendalikan kebakaran besar yang terjadi di dekat pangkalan militer Ofrit Israel

tangkap layar
Tangkap layar video yang menunjukkan kebakaran besar di dekat pangkalan militer Ofrit Israel di Gunung Scopus di Yerusalem Timur yang diduduki, Selasa (25/6/2024) malam. 

Kebakaran Besar di Dekat Pangkalan Militer Ofrit Israel, Terjadi Seusai Hamas Tolak Rencana 'The Day After War'

TRIBUNNEWS.COM - Kebakaran besar dilaporkan terjadi di dekat pangkalan militer Ofrit Israel di Gunung Scopus di Yerusalem Timur yang diduduki, Selasa (25/6/2024) malam.

Radio Angkatan Darat Israel mengatakan petugas pemadam kebakaran berupaya mengatasinya.

Pihak berwenang sedang menyelidiki dugaan pembakaran tersebut, tambahnya.

Baca juga: Terusir Hizbullah, Pemukim Israel Utara Tak Bisa Pulang Sebelum Akhir Agustus, IDF Sanggup 2 Bulan?

Polisi dalam pernyataan terpisah mengkonfirmasi kolaborasi mereka dengan tim pemadam kebakaran menyusul kobaran api di area terbuka dekat pangkalan Ofrit dan Universitas Ibrani.

Pada tahap ini, tidak ada bahaya bagi penduduk di kawasan tersebut, pangkalan militer, pengguna jalan atau gedung universitas, kata polisi.

Dua belas unit pemadam kebakaran Israel dikerahkan untuk mengendalikan kebakaran besar yang terjadi di dekat pangkalan militer Ofrit Israel di Gunung Scopus.

"Lebih banyak tim sedang menuju ke lokasi kejadian dalam upaya mencegah kerusakan pada pangkalan dan fasilitas di sekitarnya," tulis ynetnews.

Baca juga: Komandan Angkatan Darat Iran: Poros Perlawanan Membalas Keras Israel Jika Menyerang Lebanon

Kebakaran pangkalan militer Ofrit Israel di Gunung Scopus di Yerusalem Timur
Tangkap layar video yang menunjukkan kebakaran besar di dekat pangkalan militer Ofrit Israel di Gunung Scopus di Yerusalem Timur yang diduduki, Selasa (25/6/2024) malam.

Terjadi Beberapa Hari Setelah Hamas Menolak Rencana Israel Soal The After

The Express Tribun mengaitkan kebakaran besar ini terjadi beberapa hari setelah Hamas menolak rencana pasca-perang Israel.

Hamas disebutkan mengatakan pada tanggal 25 Juni kalau rencana yang dilontarkan Penasihat Keamanan Nasional Israel Tzachi Hanegbi tentang "rencana hari pasca perang" di Gaza utara tidak akan menemukan cara untuk dilaksanakan.

Dalam sebuah pernyataan yang dikirim ke Xinhua, Hamas menekankan kalau wacana Hanegbi mengenai “masa depan pascaperang” Gaza dan rencananya mencerminkan desakan pemerintah Israel pada “jalan yang sia-sia.”

“Rencana pasca perang untuk Hamas telah disiapkan dalam beberapa minggu terakhir, dan kita akan segera melihat ekspresi praktis dari langkah ini,” kata Hanegbi pada konferensi sebelumnya di Universitas Reichman di Herzliya.

Dia mengklaim kalau menetapkan alternatif pengganti Hamas sangat penting untuk mencapai kemenangan jangka panjang, dan menekankan bahwa alternatif tersebut haruslah pemerintahan yang bergantung pada penduduk lokal yang ingin hidup berdampingan dengan Israel dan mendapatkan dukungan dari negara-negara Arab yang moderat.

Berikut Video Kebakaran tersebut:

Empat Poin Rencana 'The Day After War' Israel

Perdana Menteri Benjamin Netanyahu mengungkapkan empat poin mengenai ' the day after the war' atau rencana pasca-perang di Gaza.

Selain itu Netanyahu, menyangkal laporan yang menyebut kalau Tel Aviv menggunakan strategi membuat warga Palestina kelaparan di Gaza.

Dia bersikeras kalau laporan-laporan dari berbagai lembaga internasional itu sebagai kebohongan.

Baca juga: Tentara IDF Unggul Senjata-Pasukan, Kenapa Hamas Malah Makin Kuat? Israel Gagal Paham Soal Gaza

Soal rencana pasca-perang, Netanyahu menyatakan kalau Tel Aviv perlu melucuti habis senjata secara menyeluruh dan berkelanjutan di Gaza, menurut situs berita Amerika Punchbowl dikutip RNTV, Sabtu (22/6/2024).

Pernyataannya ini menunjukkan kalau Netanyahu memang berniat terus melanjutkan perang di Gaza tanpa rencana untuk “hari setelahnya” dan menolak perjanjian politik apa pun untuk mengakhiri perang.

Soal kekeraskepalaan Netanyahu ini, Juru bicara Pasukan Pendudukan Israel (IOF) Daniel Hagari menegaskan bahwa tidak realistis untuk mengklaim tidak akan ada teror, roket, atau senjata di Gaza, sambil menekankan bahwa Hamas adalah ideologi yang sudah mengakar.

Hagari menilai kalau gembar-gembor menghancurkan Hamas tanpa menawarkan alternatif adalah menyesatkan masyarakat.

Baca juga: IDF Serahkan Kekuasaan ke Sipil Ekstremis di Bawah Smotrich, Tepi Barat di Tepi Aneksasi Israel 

Mengenai “hari setelahnya”, Netanyahu menyebutkan perlunya pihak sipil untuk mengelola tidak hanya distribusi bantuan kemanusiaan tetapi juga pemerintahan sipil, dan mengusulkan kerja sama dengan negara-negara Arab.

Netanyahu juga menyinggung soal adanya 'cuci otak' di berbagai elemen pendidikan warga Gaza agar pemahaman perlawanan seperti yang digaungkan Hamas bisa dihilangkan.

Dia menyoroti perlunya upaya deradikalisasi di sekolah dan masjid serta pentingnya rekonstruksi, yang menurutnya akan ditangani oleh komunitas internasional.

Netanyahu menolak laporan internasional, terutama Amerika, dan PBB mengenai strategi Israel menggunakan kelaparan di Gaza.

Baca juga: Mesir: Tentara Israel di Penyeberangan Rafah Ancam Sopir Truk Bantuan, Gaza Bahaya Kelaparan

Netanyahu mengklaim kalau sejak perang dimulai, ada 25.000 truk yang membawa setengah juta ton makanan dan obat-obatan telah memasuki Gaza.

Ia menegaskan, hal ini memberikan 3.200 kalori per orang, melebihi jumlah yang dibutuhkan.

Namun, laporan resmi menunjukkan kebutuhan akan 500 truk setiap hari, sementara klaim Netanyahu menunjukkan kalau rata-rata hanya 98 truk per hari masuk ke Gaza, itu pun kalau klaim tersebut benar.

Potret anak-anak kelaparan di Gaza
Potret anak-anak kelaparan di Gaza (X/UNRWA)

IDF Bersiap Umumkan Kekalahan Brigade Al Qassam

Terkait situasi pertempuran di Jalur Gaza, Pasukan Pendudukan Israel (IDF) dilaporkan bersiap mengumumkan kekalahan sayap militer Hamas, Brigade Qassam, setelah pertempuran Rafah.

Deklarasi yang diharapkan ini terjadi di tengah kemungkinan eskalasi besar-besaran pasukan IDF dengan gerakan Hizbullah di Lebanon.

Baca juga: Media Israel: IDF Rekomendasikan Tel Aviv Akhiri Operasi Rafah Lalu Serang Besar-besaran Lebanon

Otoritas Penyiaran Israel, KAN mengklaim pengumuman itu akan segera dilakukan.

Sejumlah analis menilai, deklarasi yang akan dilakukan IDF ini merupakan kamuflase untuk menutupi kegagalan tentara pendudukan menuntaskan misi berat di Rafah.

Baca juga: IDF Segera Mundur dari Rafah, Media Israel: Dua Batalyon Hamas Belum Terlibat Pertempuran

Adapun Channel 13 melaporkan kalau tentara Pendudukan Israel mengeluh kesulitan menyelesaikan misinya dengan dalih adanya pengurangan waktu dinas dari 32 bulan menjadi 30 bulan.

Dari aspek teknis, Pasukan Pendudukan Israel mengakui adanya peningkatan korban jiwa akibat serangan yang terus berlanjut di Gaza, yang memasuki hari ke-259.

Petempur Brigade Al Qassam, sayap bersenjata Hamas. Operasi darat tentara Israel di Rafah direspons dengan perlawanan sengit Brigade Al Qassam dan faksi milisi lain perlawanan Palestina.
Petempur Brigade Al Qassam, sayap bersenjata Hamas. Operasi darat tentara Israel di Rafah direspons dengan perlawanan sengit Brigade Al Qassam dan faksi milisi lain perlawanan Palestina. (khaberni/HO)

Aksi Brigade Al Qassam Masih Ganas di Pertempuran

Kenyataan di lapangan menunjukkan, Brigade Al Qassam masih menunjukkan perlawanan sengit dan jauh dari kata kalah atau menyerah.

Baca juga: Pejabat AS: Israel Masih Jauh dari Sukses Memberangus Hamas, Bermil-mil Terowongan Masih Utuh

Brigade Al Qassam bahkan menyergap dan membunuh seorang perwira dan seorang tentara, melukai delapan lainnya di Gaza selatan pada hari Kamis.

Baca juga: Garis Komando Tentara Israel Amburadul, 2 Sersan IDF Tewas Kena Sergapan Terbaru Qassam di Zaytoun

Pendudukan Israel mengidentifikasi korban sebagai Sersan Mayor (Cadangan) Omar Samadja dan Sersan Mayor (Cadangan) Saadia Yaacov Diri, yang tewas dalam bentrokan di Gaza.

Barisan petempur Brigade Al Qassam, sayap militer gerakan pembebasan Palestina, Hamas, dalam sebuah parade militer. Al-Qassam bersama faksi lain gerakan perlawanan melancarkan operasi gabungan yang menyerang Tentara Israel di Rafah dan Jabalia.
Barisan petempur Brigade Al Qassam, sayap militer gerakan pembebasan Palestina, Hamas, dalam sebuah parade militer. Al-Qassam bersama faksi lain gerakan perlawanan melancarkan operasi gabungan yang menyerang Tentara Israel di Rafah dan Jabalia. (khaberni)

Delapan Operasi Penyerangan oleh Brigade Al Qassam

Dalam laporannya, Kamis (20/6/2024), Al-Qassam mengumumkan setidaknya delapan hasil operasi terbaru mereka.

Pertama, Al-Qassam membenarkan mereka telah mengebom situs militer Israel, Mata Ketiga, menggunakan serangan roket.

Kedua, pejuang Al-Qassam berhasil menyergap pasukan Israel menggunakan jebakan ranjau berbahan peledak berat, di jalan al-Bahr, selatan lingkungan Tal al-Sultan, Rafah barat.

Jebakan itu ditanam Al-Qassam di bawah lorong setelah berhari-hari memantau pasukan Israel.

Ketiga, Al-Qassam merinci bagaimana pejuangnya berhasil 'memancing' tank Merkava ke posisi di mana jebakan ranjau telah disiapkan.

Dilansir Al Mayadeen, hal itu menyebabkan tank dan awaknya tewas.

Serangan terhadap tank Merkava lainnya juga terjadi di kamp al-Shaboura, Rafah, di mana Al-Qassam menyerangnya menggunakan peluru al-Yassin 105.

Buntut serangan itu, sejumlah pasukan Israel kabur.

Namun, beberapa tewas karena terlibat serangan jarak dekat dengan pejuang Al-Qassam.

Baca juga: Tentara IDF Unggul Senjata-Pasukan, Kenapa Hamas Malah Makin Kuat? Israel Gagal Paham Soal Gaza

Anak laki-laki menyaksikan asap mengepul selama serangan Israel di timur Rafah di Jalur Gaza selatan pada 13 Mei 2024, di tengah konflik yang sedang berlangsung antara Israel dan kelompok militan Palestina Hamas. (Photo by AFP)
Anak laki-laki menyaksikan asap mengepul selama serangan Israel di timur Rafah di Jalur Gaza selatan pada 13 Mei 2024, di tengah konflik yang sedang berlangsung antara Israel dan kelompok militan Palestina Hamas. (Photo by AFP) (AFP/-)

Kesuksesan keempat, Al-Qassam juga berhasil menargetkan dua kendaraan tempur IDF, Eitan, menggunakan rudal al-Tassin 105.

Kelima, sekumpulan pasukan Israel ditargetkan menggunakan mortir di poros Taqaddum di lingkungan Tal al-Sultan, Rafah barat.

Baca juga: IDF Hadapi Situasi Menantang di Rafah, Komandan Brigade Nahal Kewalahan: Ini Sangat Melelahkan

Keenam, Al-Qassam juga telah menyita quadcopter Mavic di kamp al-Shaboura.

Ketujuh, pejuang Al-Qassam berhasil membombardir lokasi komando dan kendali IDF di sebelah timur al-Zaytoun, menggunakan mortir kaliber berat.

Serangan itu mengakibatkan kerugian langsung di antara pasukan Israel.

Kedelapan, Al-Qassam mengirimkan drone bunuh diri al-Zouari ke arah pertemuan IDF di pemukiman Holit dekat Gaza.

IDF Frustrasi pada Netanyahu

Sebelumnya, Juru Bicara IDF, Daniel Hagari, mengatakan tentara Israel selalu merasa frustrasi terhadap Perdana Menteri Benjamin Netanyahu, bahkan sejak sebelum perang dimulai.

Tetapi, menurut Hagari, sejak 7 Oktober 2023, perselisihan antara militer dan pemerintahan Netanyahu telah mencapai puncaknya.

"Siapapun yang mengira Hamas bisa dihancurkan adalah kesalahan," ujarnya dalam wawancara Channel 13 Israel, Rabu, dikutip dari Palestine Chronicle.

"Mengatakan Hamas bisa dihancurkan dan dihilangkan sama saja dengan melempar debu ke mata publik," imbuhnya.

Pernyataan terbaru ini sangat berbeda dari setiap pengumuman yang dibuat Hagari sendiri soal tujuan serangan Israel di Gaza.

Baca juga: Warga Israel di Perbatasan Lebanon Takut Serangan Hizbullah: Tiba-tiba Ada Rudal, Kami Tak Tahan

Dalam pernyataan pers hariannya, Hagari menggambarkan kehancuran sistematis kemampuan militer Hamas di seluruh wilayah kantong itu.

Baru-baru ini, pernyataan Hagari juga bertentangan dengan pernyataan Netanyahu, di mana sang perdana menteri sekali lagi menekankan "kemenangan total" di Gaza.

Kontradiksi itu dapat secara mudah dikaitkan dengan meningkatnya konflik antara Israel dan Netanyahu, serta menteri sayap kanan.

Meski demikian, ketegangan antara dua kubu itu beberapa kali dapat diatasi, karena fakta mengenai perang Israel di Gaza dan Lebanon sebagian besar dikelola oleh Dewan Perang.

Seperti diketahui, Dewan Perang melibatkan para pemimpin oposisi dan individu berkredibilitas tinggi dalam institusi militer.

Antisipasi pengunduran diri pemimpin oposisi Israel, Benny Gantz, yang merupakan Kepala Staf tentara Israel pada tahun 2014, Gadi Eisenkot, dan lainnya, serta pembubaran Dewan Perang mengubah dinamika politik yang memerintah Israel selama sembilan bulan terakhir.

IDF kini merasa berani dan secara terbuka menyuarakan rasa frustrasinya karena tidak adanya rencana politik pasca-perang.

Perlu juga dinyatakan, meskipun tentara Israel mempunyai peran penting dalam pendirian negara Israel, konflik seperti ini belum pernah terjadi sebelumnya.

Secara historis, para jenderal Israel dimasukkan ke dalam lembaga politik setelah mereka pensiun, atau mereka cenderung bekerja sebagai konsultan di perusahaan manufaktur militer besar Israel.

Namun, formasi politik baru Netanyahu sengaja mengesampingkan kekuatan militer.

Pimpinan militer Israel pasti menyadari skenario pasca-perang di Israel harus mencakup kembalinya peran politiknya sebagai bagian dari institusi politik.

Baca juga: Israel Serang Jemaah Palestina yang akan Salat Idul Adha di Al-Aqsa, Bahkan Menyerbu Sampai Halaman

Untuk melakukan hal ini, tokoh sayap kanan seperti menteri Itamar Ben-Gvir dan Bezalel Smotrich, keduanya tidak memiliki pengalaman militer, tidak dapat menjadi bagian dari formasi politik skenario "hari setelahnya".

Hal ini seharusnya menjelaskan konteks persaingan yang sedang berlangsung di Israel, yang konsekuensinya tentu saja sangat luas.

(oln/rntv/khbrn/almydn/*)

Rekomendasi untuk Anda

Berita Terkini

© 2025 TribunNews.com, a subsidiary of KG Media. All Right Reserved