Konflik Palestina Vs Israel
AS Pasok Senjata ke Israel Senilai Rp 3 Miliar Dolar atau Rp 49 Triliun Termasuk 25 Jet Tempur F-35
Israel mengatakan pada hari Selasa bahwa pihaknya menandatangani kesepakatan senilai $3 miliar Rp 48,9 Triliun untuk membeli skuadron ketiga
Tel Aviv kemudian mengakui bahwa pihaknya mengizinkan tim perunding untuk mempresentasikan rencana tersebut kepada mediator, namun para pejabat sejak itu menekankan bahwa rancangan yang diumumkan Biden “tidak lengkap.”
Menanggapi klaim Israel, juru bicara Dewan Keamanan Nasional AS John Kirby mengatakan pada Senin malam bahwa Gedung Putih tidak mengetahui adanya “celah” dalam proposal tersebut.
Pejabat Hamas Hussan Badran mengatakan kepada kantor berita Safa pada tanggal 3 Juni:
“Kami belum menerima proposal baru mengenai gencatan senjata di Jalur Gaza, dan proposal yang diajukan kepada kami oleh mediator pada tanggal 6 Mei, yang diterima oleh Hamas dan faksi perlawanan adalah sikap yang diambil.”
Pejabat Hamas lainnya, Yousef Hamdan, mengatakan kepada Arab World Press (AWP) bahwa gerakan tersebut “menyambut baik” usulan tersebut.
Tetapi menuduh Tel Aviv menghalangi upaya untuk mencapai kesepakatan dan menolak klaim bahwa ada kesenjangan antara rencana yang disampaikan oleh Joe Biden dan rencana yang diajukan Israel menyetujuinya.
Pada hari Sabtu, seorang pejabat yang dekat dengan Perdana Menteri Benjamin Netanyahu mengatakan bahwa Israel telah menyetujui proposal tersebut, meskipun itu merupakan “kesepakatan yang buruk.”
Netanyahu juga menekankan Israel tidak akan menyetujui gencatan senjata permanen sampai Hamas dikalahkan.
“Perang akan dihentikan dengan tujuan pengembalian sandera, dan kemudian kita akan melanjutkan diskusi,” katanya, Senin.
AS sebelumnya telah memveto tiga resolusi DK PBB untuk gencatan senjata di Gaza sejak dimulainya perang genosida.
Kesepakatan tiga fase yang baru diumumkan mencakup gencatan senjata permanen dan penarikan pasukan Israel dari Jalur Gaza.
Hal ini juga, sebagian besar, menyerupai proposal gencatan senjata abadi yang dirancang di bawah naungan Doha, Kairo, dan Washington yang diterima oleh para pemimpin Hamas pada awal Mei.
(Sumber: The Defense Post, The Cradle)
Isi komentar sepenuhnya adalah tanggung jawab pengguna dan diatur dalam UU ITE.